Show simple item record

dc.contributor.advisorKinseng, Rilus A.
dc.contributor.advisorSunito, Satyawan
dc.contributor.advisorDamanhuri, Didin S
dc.contributor.authorIshak, Andi
dc.date.accessioned2018-07-30T01:28:10Z
dc.date.available2018-07-30T01:28:10Z
dc.date.issued2018
dc.identifier.urihttp://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/92540
dc.description.abstractKonversi lahan pertanian sawah menjadi peruntukan lain telah terjadi di Indonesia sejak beberapa dekade terakhir. Laju konversi lahan sawah sebagai penghasil padi di kawasan irigasi diperkirakan mencapai 100 ribu hektar per tahun, sedangkan kemampuan mencetak sawah baru per tahun relatif terbatas yaitu hanya 40 ribu hektar, padahal jumlah penduduk terus meningkat yang otomatis mendorong peningkatan konsumsi beras sebagai pangan pokok rakyat. Hal ini berpotensi mengancam ketahanan pangan nasional. Konversi lahan sawah telah banyak terjadi di Indonesia. Konversi lahan sawah irigasi sebagian besar terjadi di Pulau Jawa sebagai lumbung beras nasional karena tekanan pemenuhan lahan perumahan, pabrik, infrastruktur, dan akitivitas industri. Berbeda dengan di Pulau Jawa, lahan sawah irigasi di Sumatera banyak dikonversi menjadi kebun kelapa sawit rakyat. Suatu kasus yang menarik terjadi di daerah irigasi Air Manjunto Kabupaten Mukomuko, Provinsi Bengkulu yang pola konversi lahan sawahnya berlangsung secara siklikal dalam kurun waktu 30 tahun terakhir. Air Manjunto merupakan daerah irigasi terluas di Provinsi Bengkulu (9.493 ha) yang meliputi areal persawahan di 21 desa pada 4 kecamatan. Lahan sawah irigasi di Air Manjunto sebelumnya dikonversi menjadi perkebunan kelapa sawit dan kemudian diubah kembali menjadi sawah. Fenomena konversi lahan sawah irigasi di Air Manjunto secara siklikal menjadi fokus pembahasan dalam disertasi ini. Masalah yang diangkat adalah “mengapa dan bagaimana terjadinya interaksi agensi – struktur dalam konversi lahan sawah secara siklikal yaitu dari sawah – kelapa sawit – sawah di daerah irigasi Air Manjunto Kabupaten Mukomuko serta perubahan struktural apa yang menyertainya?” Tujuan penelitian ini adalah: (1) menganalisis penyebab dan proses terjadinya ekspansi perkebunan kelapa sawit di Kabupaten Mukomuko dan dampaknya bagi petani di Air Manjunto, (2) menganalisis penyebab, proses, dan dampak struktural yang terjadi akibat konversi lahan sawah menjadi perkebunan kelapa sawit rakyat dan intensifikasi budidaya padi di daerah irigasi Air Manjunto, dan (3) menganalisis penyebab dan proses konversi perkebunan kelapa sawit rakyat kembali ke sawah di daerah irigasi Air Manjunto. Penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan strategi studi kasus yang berparadigma konstruktivisme. Peneliti memandang bahwa fenomena konversi lahan di Air Manjunto bersifat lokal dan spesifik sehingga hanya akan dipahami dengan baik oleh peneliti dengan mengungkap sudut pandang subyek penelitian (tineliti), khususnya petani sebagai pelaku konversi. Praktik konversi lahan di Air Manjunto yang siklikal itu merupakan hasil interaksi antara agensi – struktur dalam semesta sistem sosial ekonomi petani. Oleh karena itu, peneliti menggunakan Teori Strukturasi Giddens untuk menganalisis fenomena ini. Pilihan strategi penelitian dan teori mengarahkan peneliti untuk melibatkan 40 orang informan yang sebagian besar adalah petani sebagai unit analisis. Pengumpulan data dilakukan dengan cara wawancara mendalam dan observasi/ v pengamatan lapangan yang didukung dengan data sekunder. Individu yang diwawancarai adalah pegawai pemerintah daerah, manajer perusahaan swasta, pedagang pengumpul, tokoh adat/masyarakat, dan petani. Data yang dikumpulkan terkait dengan peranan agensi dan struktur yang mempengaruhi konversi siklikal. Pengambilan data lapangan dikonsentrasikan pada tiga kecamatan di daerah irigasi Air Manjunto yaitu Kecamatan Lubuk Pinang, XIV Koto, dan Air Manjunto. Proses penelitian lapangan menghabiskan waktu 10 bulan sejak bulan Agustus 2016 sampai dengan Mei 2017. Data yang diperoleh dianalisis secara deskriptif menggunakan model interaktif yang memadukan antara proses pengumpulan data, reduksi dan penyajian data, sampai dengan penarikan kesimpulan dalam suatu siklus yang saling berhubungan. Hasil penelitian menyimpulkan bahwa: (1) ekspansi perusahaan perkebunan kelapa sawit di Mukomuko sangat dipengaruhi oleh struktur pasar dari global sampai lokal. Ekspansi kelapa sawit terjadi “dari atas” melalui investasi perusahaan perkebunan besar swasta dan “dari bawah” melalui pembangunan perkebunan kelapa sawit rakyat yang dilakukan oleh beragam aktor. Struktur yang tercipta berciri faktual dan virtual; (2) konversi sawah menjadi perkebunan kelapa sawit rakyat di Air Manjunto disebabkan terutama karena tekanan struktural kondisi lahan gambut yang kurang optimal untuk budidaya padi. Di sisi lain, usaha untuk tetap bersawah pada lahan sawah yang lebih produktif menyebabkan terjadinya interaksi sosial antar etnis yang berakibat pada intensifikasi budidaya padi dan pada gilirannya menyebabkan terbentuknya struktur penyakapan lahan, komodifikasi tenaga kerja, dan komersialisasi surplus produksi padi di Air Manjunto. Praktik konversi lahan sawah menjadi kelapa sawit dan intensifikasi budidaya padi menunjukkan gejala dualisme; (3) konversi perkebunan kelapa sawit rakyat kembali ke sawah yang dilakukan secara manual maupun mekanis diinisiasi oleh petani transmigran yang disebabkan oleh motivasi ekonomi dan dukungan struktur budaya, serta perbaikan irigasi melalui berbagai program pemerintah. Konversi kebun kelapa sawit menjadi sawah secara besar-besaran oleh pemerintah kemudian dilakukan melalui program pencetakan sawah di Air Manjunto yang juga didukung petani. Konversi kelapa sawit kembali menjadi sawah hanya mungkin terjadi karena adanya sinergi antara petani dan pemerintah. Hasil penelitian ini berimplikasi secara teoritis maupun kebijakan. Dari sisi teoritis, peneliti menemukan bahwa struktur tidak selalu bersifat maya (virtual) namun juga nyata (factual), tindakan kolektif mampu mempertahankan praktik sosial untuk tetap bersawah di bawah struktur yang menekan, dan interaksi antara agensi – struktur dapat bersifat dualitas dan dualisme. Program pembangunan pertanian yang dilakukan pemerintah disarankan selain memperhatikan aspek teknis dan ekonomis, juga aspek sosial yang sesuai dengan kebutuhan petani.id
dc.language.isoidid
dc.publisherIPB (Bogor Agricultural University)id
dc.subject.ddcSociologyid
dc.subject.ddcRural Sociologyid
dc.subject.ddc2017id
dc.subject.ddcIndonesiaid
dc.titleDinamika Praktik Sosial di Pedesaan (Kasus Konversi Siklikal Sawah – Kelapa Sawit – Sawah pada Daerah Irigasi Air Manjunto Bengkulu).id
dc.typeDissertationid
dc.subject.keywordagensiid
dc.subject.keywordstrukturid
dc.subject.keywordpraktik sosialid
dc.subject.keywordkonversi siklikalid


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record