Show simple item record

dc.contributor.advisorWidiatmaka
dc.contributor.advisorSudadi, Untung
dc.contributor.authorMahingsa, Galih Raka
dc.date.accessioned2018-07-04T07:01:09Z
dc.date.available2018-07-04T07:01:09Z
dc.date.issued2018
dc.identifier.urihttp://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/92464
dc.description.abstractPerkembangan industri di Kabupaten Bekasi sangat pesat. Kondisi ini menimbulkan trade-off dengan posisinya sebagai salah satu lumbung padi Provinsi Jawa Barat, karena mengancam keberadaan lahan sawah serta berisiko terhadap daya dukung lingkungan dan kemandirian pangan. Optimalisasi pola ruang yang mengakomodasikan kepentingan sektor pertanian maupun industri dalam kerangka pengembangan wilayah Kabupaten Bekasi perlu segera dilakukan. Tujuan utama penelitian ini adalah menyusun arahan penyempurnaan pola ruang dalam Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten (RTRWK) Bekasi tahun 2011-2031 berbasis daya dukung lingkungan dan kemandirian pangan. Tujuan antara untuk mencapai tujuan utama adalah: (1) menganalisis perubahan penggunaan lahan 2001-2017 dan prediksi 2025, (2) menganalisis daya dukung lingkungan berbasis kemampuan lahan, (3) menganalisis keselarasan daya dukung lingkungan dengan: penggunan lahan aktual, penggunaan lahan prediktif 2025, dan pola ruang eksisting, serta (4) menganalisis tingkat kemandirian pangan. Metode yang digunakan meliputi intepretasi visual citra satelit, overlay, dan permodelan spasial dinamik Cellular Automata Markov dengan 3 skenario. Skenario 1 (business as usual) berasumsi perubahan penggunaan lahan tanpa batasan dan kontrol, hanya didasarkan pada matriks kemungkinan perubahan penggunaan lahan 2001-2009, Skenario 2 (moderate) berasumsi prediksi perubahan penggunaan lahan dikontrol melalui RTRWK Bekasi tahun 2011–2031, dan Skenario 3 (optimist) berasumsi prediksi perubahan penggunaan lahan diarahkan untuk mempertahankan luas Sawah, mencegah perluasan Lahan Terbuka Diusahakan serta memastikan perkembangan Permukiman dan Bangunan Industri hanya terjadi di areal Lahan Terbuka Diusahakan. Tingkat kemandirian pangan didasarkan atas hasil perhitungan neraca beras. Faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan penggunaan lahan secara umum dan lahan Sawah secara khusus didasarkan atas hasil analisis regresi logistik biner. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan lahan terluas pada 2001-2017 adalah Sawah. Pada periode tersebut, luas Sawah, Ladang dan Tambak Ikan cenderung menurun, sedangkan Lahan Terbuka Diusahakan, Permukiman, dan Bangunan Industri cenderung meningkat. Pola perubahan penggunaan lahan dominan (2,472 ha) adalah dari Sawah (2001) menjadi Permukiman (2009 dan 2017). Faktor penentu dominan perubahan penggunaan lahan Sawah adalah kepadatan penduduk. Keselarasan penggunaan lahan aktual dengan pola ruang RTRWK Bekasi 2011-2031 adalah 55.36% selaras dan 44.64% tidak selaras. Keselarasan penggunaan lahan Sawah dengan pola ruang RTRWK Bekasi lebih rendah (47.58%) dibandingkan Permukiman dan Bangunan Industri, masing-masing 92.81% dan 62.64%. Hal ini menggambarkan bahwa lahan Sawah cenderung dikonversi menjadi lahan terbangun. iii Hasil prediksi penggunaan lahan 2025 menurut Skenario 1 menunjukkan bahwa konversi lahan non terbangun menjadi lahan terbangun terus terjadi. Menurut Skenario 2, kebijakan RTRWK Bekasi lebih mendorong perluasan areal terbangun melalui konversi lahan non terbangun terutama Sawah. Menurut Skenario 3, kepentingan sektor pertanian dan industri dapat diseimbangkan dengan mempertahankan bahkan memperluas lahan Sawah 8 ha dibandingkan kondisi 2017, menghambat perluasan Lahan Terbuka Diusahakan untuk diarahkan pada perluasan lahan Permukiman dan Bangunan Industri, masing-masing 1,486 dan 1,610 ha. Wilayah Kabupaten Bekasi didominasi lahan dengan kelas kemampuan III dan IV, meliputi 92.73% luas keseluruhan. Faktor penghambat dominan meliputi drainase, erosi dan kedalaman tanah. Hal ini harus menjadi perhatian dalam penyempurnaan pola ruang karena lahan dengan kelas kemampuan III dan IV tersebut rentan masalah banjir dan penurunan kesuburan tanah. Analisis keselarasan kemampuan lahan dengan daya dukung lingkungan menghasilkan kategori selaras tertinggi pada penggunaan lahan prediktif 2025 Skenario 3 (51.61%) dan terendah pada rencana pola ruang (37.41%). Analisis tingkat kemandirian pangan memperlihatkan bahwa hingga tahun 2023 Kabupaten Bekasi surplus beras. Kondisi defisit pada 2025 dapat diubah menjadi surplus beras 2% jika luas pola ruang Petanian Lahan Basah diselaraskan dengan luas Sawah pada hasil prediksi penggunaan lahan 2025 Skenario 3. Arahan pola ruang Kabupaten Bekasi disarankan disesuaikan dengan hasil prediksi penggunaan lahan 2025 Skenario 3, khususnya pada lahan Sawah yang selaras dengan daya dukung lingkungan. Lahan sawah dalam pola ruang RTRWK eksisting harus diperluas sesuai luasan Sawah berkategori selaras dengan daya dukung lingkungan, yaitu 53,954 ha yang dominan berada di Utara jalan tol Jakarta-Cikampek yang merupakan lahan Sawah berkualitas tinggi dengan infrastruktur irigasi baik, sehingga mudah ditingkatkan produktivitasnya untuk mempertahankan kemandirian pangan. Untuk lahan Sawah berkategori selaras bersyarat/tidak selaras dengan daya dukung lingkungan seluas 9,389 ha yang dominan berada di Selatan jalan tol Jakarta-Cikampek dapat dimanfaatkan sesuai pola ruang yang telah ditetapkan, khususnya untuk perluasan areal Permukiman dan Bangunan Industri.id
dc.language.isoidid
dc.publisherIPB (Bogor Agricultural University)id
dc.subject.ddcRegional Planningid
dc.subject.ddcIndustrial Developmentid
dc.subject.ddc2016id
dc.subject.ddcKabupaten Bekasi, Jawa Baratid
dc.titleArahan Pola Ruang Kabupaten Bekasi 2025 Berbasis Daya Dukung Lingkungan dan Kemandirian Pangan: Mempertahankan Lahan Sawah di Wilayah dengan Perkembangan Industri Dinamisid
dc.typeThesisid
dc.subject.keywordCA-Markovid
dc.subject.keywordkemampuan lahanid
dc.subject.keywordneraca berasid
dc.subject.keywordpenggunaan lahanid


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record