Show simple item record

dc.contributor.advisorChikmawati, Tatik
dc.contributor.advisorMiftahudin
dc.contributor.authorTnunay, Ite Morina Yostianti
dc.date.accessioned2018-06-26T04:22:55Z
dc.date.available2018-06-26T04:22:55Z
dc.date.issued2018
dc.identifier.urihttp://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/92343
dc.description.abstractSorgum (Sorghum bicolor (L.) Moench) merupakan salah satu tanaman pangan non-beras yang berpotensi besar untuk dikembangkan di Indonesia. Sorgum memiliki daya adaptasi yang luas terhadap cekaman abiotik sehingga mampu hidup di lahan marginal seperti lahan kering termasuk di Nusa Tenggara Timur (NTT). Pemanfaatan sorgum sebagai bahan pangan terhambat oleh keberadaan tanin. Kandungan tanin sering dihubungkan dengan warna kulit biji, akan tetapi warna kulit biji dipengaruhi oleh keberadaan antosianin. Pengembangan sorgum di NTT kini telah dilakukan, namun keragaman morfologi kultivar lokal yang ada belum dideskripsikan dan didokumentasikan secara baik. Ciri morfologi yang dapat digunakan sebagai parameter untuk meningkatkan pemuliaan dan mendeskripsikan keragaman genetik juga belum didata. Informasi kadar tanin dan antosianin yang mempengaruhi warna pada kulit biji sorgum serta plastisitasnya juga belum tersedia. Penelitian ini bertujuan untuk: mendeskripsikan keragaman morfologi, mengelompokkan, menganalisis keragaman genetik berdasarkan ciri morfologi, mengukur dan mengetahui plastisitas kadar tanin dan antosianin sorgum kultivar lokal di NTT, serta menganalisis potensi sorgum kultivar lokal di NTT untuk bahan pangan dan obat berdasarkan kandungan tanin dan antosianin. Penelitian ini dilakukan pada bulan Juli 2016 sampai Mei 2017. Prosedur penelitian yang dikerjakan meliputi (1) eksplorasi dan koleksi sampel, (2) penanaman di rumah kaca dan pengamatan ciri pertumbuhan, (3) pengamatan ciri morfologi, (4) analisis tanah, (5) analisis tanin, dan (6) analisis antosianin. Pengambilan bahan tanaman dilakukan pada 3 pulau di NTT, yaitu di Timor (kabupaten Kupang, Timor Tengah Utara, Timor Tengah Selatan dan Belu), Sumba (kabupaten Sumba Timur dan Sumba Barat Daya), dan Flores (Flores Timur, Sikka, Ende, Nagekeo, dan Ngada). Ciri pertumbuhan dianalisis menggunakan analisis ragam satu arah pada taraf kepercayaan 95%. Sebanyak 17 ciri morfologi terpilih digunakan untuk analisis fenetik dan analisis keragaman genetik. Analisis fenetik menggunakan indeks keserupaan Simple Matching (SM) dan dendrogram dibentuk dengan menggunakan metode Unweighted Pair Group Method with Arithmatic Average (UPGMA). Keragaman genetik yang dianalisis meliputi jumlah alel teramati (Na), jumlah alel efektif (Ne), keragaman genetik Nei (h), nilai indeks Shannon (I), jumlah lokus polimorfik, persentase lokus polimorfik, keragaman genetik antar aksesi pada keseluruhan total populasi (HT), heterosigositas di dalam populasi (HS), tingkat diferensiasi genetik antar populasi (GST), dan aliran gen (Nm). Kadar tanin dan antosianin disajikan dalam diagram batang kemudian dianalisis korelasinya dengan ciri morfologi biji menggunakan analisis korelasi Pearson. Sebanyak 38 ciri bervariasi pada 36 aksesi sorgum yang ditemukan dari 41 ciri yang diamati. Keseluruhan aksesi sorgum asal NTT tergabung pada satu kelompok besar pada koefisien keserupaan 45% dan selanjutnya memisah membentuk 2 kelompok pada koefisien keserupaan 48% berdasarkan ciri keberadaan lapisan aleuron. Kelompok I sebanyak 12 aksesi tidak memiliki lapisan aleuron, sedangkan kelompok II yang terdiri dari 24 aksesi memiliki lapisan aleuron. Hasil analisis juga menunjukkan terdapat beberapa aksesi yang serupa pada koefisien keserupaan sebesar 100%. Jumlah alel yang teramati pada keseluruhan aksesi sorgum di NTT berkisar antara 2.35–3.12 dan jumlah alel efektif adalah 1.91–2.04, sedangkan persentase polimorfik lokus antar pulau berkisar antara 76.47–94.12. Keragaman genetik askesi sorgum di NTT tergolong rendah karena nilai Indeks Informasi Shannon sorgum antara 0.62–0.71 (I<1) dan keragaman genetik Nei’s adalah 0.37–0.42. Keragaman genetik antar populasi sorgum di NTT (HT=0.4203) lebih tinggi daripada di dalam populasi (HS=0.3961). Aliran gen antar populasi tinggi (Nm=8.2008) meskipun diferensiasi genetik antar populasi (GST=0.0575) tergolong sedang. Kisaran kadar tanin dan antosianin cenderung mengalami penurunan ketika sorgum ditanam di Bogor. Kadar tanin biji dari NTT antara 0.067–1.028% dan yang ditanam di Bogor pada kisaran 0.084–0.502%. Kadar antosianin biji dari NTT berkisar 15.8–628.3 ppm sedangkan yang ditanam di Bogor antara 15.4–375.4 ppm. Kadar tanin dan antosianin mengalami plastisitas. Sebagian aksesi mengalami penurunan kadar sedangkan aksesi lainnya mengalami kenaikan kadar baik tanin maupun antosianin. Jadi, plastisitas tanin dan antosianin dipengaruhi oleh lingkungan dan genetik. Aksesi watar holo 2, wara blong mera 1, lolo 1, lolo 3, dan olo wolo 1 dapat dijadikan sebagai bahan pangan karena kadar taninnya antara 0.085–0.104%, sedangkan aksesi pen mina 2, pen mina 4, sain 1, buka 2, batar ainaruk 1, batar ainaruk 2, batar ainaruk 3, batar ainaruk 4, watar 1, watar holo 1, batar nae eke 1, riang kemie 1, riang kemie 2, watar holo 4, watar holo 5, watar 2, watar 3, watar 5, watar 6, lolo 2, latung 1, rolo 1, olo wolo viki 1, dan sae lewa 1 dapat dimanfaatkan untuk pengobatan.id
dc.language.isoidid
dc.publisherBogor Agricultural University (IPB)id
dc.subject.ddcPlant biologyid
dc.subject.ddcPlant morphologyid
dc.subject.ddc2017id
dc.subject.ddcKupang Timur Tengahid
dc.titleKeragaman Morfologi dan Plastisitas Kadar Tanin dan Antosianin Sorgum (Sorghum bicolor (L.) Moench) Kultivar Lokal di Nusa Tenggara Timur.id
dc.typeThesisid
dc.subject.keywordaleuronid
dc.subject.keywordkoefisien keserupaanid
dc.subject.keywordNusa Tenggara Timurid
dc.subject.keywordUPGMAid


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record