dc.description.abstract | Ratusan jenis tumbuhan telah digunakan sebagai pewarna alami di berbagai negara dan digunakan secara luas dalam berbagai industri. Taman Buah Mekarsari sebagai pusat pelestarian plasma nutfah buah-buahan tropika terbesar di Indonesia telah banyak mengembangkan penelitian terkait kandungan kimia, kegunaan, budi daya, dan teknik pengolahan buah-buahan. Namun, pemanfaatannya sebagai pewarna alami belum banyak diketahui. Penelitian ini bertujuan untuk mendata keanekaragaman tanaman buah yang dikoleksi oleh Taman Buah Mekarsari yang berpotensi menghasilkan zat pewarna alami untuk pewarnaan tekstil dan mengidentifikasi warna yang dihasilkan dari tanaman sebagai salah satu ciri untuk bukti taksonomi masing-masing tanaman.
Penelitian dilakukan dari November 2016 hingga Juni 2017. Bahan tanaman umumnya diambil dari Taman Buah Mekarsari, namun ada beberapa jenis tanaman yang diambil dari tempat lain di sekitar Bogor. Ekstraksi dan identifikasi zat pewarna alami dilakukan di Laboratorium Biologi Tumbuhan Pusat Penelitian Sumberdaya Hayati dan Bioteknologi Institut Pertanian Bogor (PPSHB IPB). Uji potensi warna yang dihasilkan oleh masing-masing tanaman dilakukan dengan mencelupkan kain ke dalam ekstrak zat warna. Optimalisasi pewarnaan kain dilakukan dengan penambahan mordan saat proses fiksasi pada kain katun. Kain yang telah melalui proses pencelupan dan fiksasi diidentifikasi warnanya menggunakan Red Green Blue (RGB) Color Chart Reader. Stabilitas warna terhadap luntur dari pewarnaan pada kain katun dilakukan pengujian ketahanan luntur warna terhadap pencucian dan ketahanan terhadap sinar matahari yang mengacu pada SNI ISO 105 – C06 – 2010 dan SNI ISO 105 – B01: 2010.
Tanaman buah yang ditemukan di kawasan Taman Buah Mekarsari dan tempat lain di sekitar Bogor adalah sebanyak 122 spesies, dan 12 spesies tanaman berpotensi baik dalam menghasilkan warna yang dapat digunakan untuk pewarnaan kain katun. Sumber pewarna alami yang diperoleh umumnya berasal dari daun. Penambahan mordan saat proses fiksasi menimbulkan variasi warna dan memberikan pengaruh baik terhadap ketahanan luntur warna pada kain katun akibat pencucian dan paparan sinar matahari. Umumnya, kain katun yang difiksasi menggunakan tawas [KAl(SO4)2.I2H2O] menghasilkan warna yang lebih terang, sedangkan yang difiksasi menggunakan kapur sirih (Ca(OH)2) menimbulkan warna yang lebih pekat dari pada kain yang tanpa fiksasi dan kain yang difiksasi menggunakan tunjung (FeSO4) menimbulkan warna gelap yaitu abu-abu hingga berwarna kehitaman. Warna-warna yang dihasilkan dari masing-masing ekstrak daun tanaman buah dapat dijadikan sebagai pewarna alternatif dalam industri tekstil. | id |