Show simple item record

dc.contributor.advisorAfendi, Farit Mochamad
dc.contributor.advisorMochamad, Farit
dc.contributor.advisorSadik, Kusman
dc.contributor.authorMaulida, Asih
dc.date.accessioned2018-06-26T03:59:43Z
dc.date.available2018-06-26T03:59:43Z
dc.date.issued2018
dc.identifier.urihttp://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/92293
dc.description.abstractKeanekaragaman topografi dan geografis yang dimiliki oleh Indonesia mengakibatkan beberapa daerah di Indonesia memiliki keterbatasan akses. Keterbatasan ini menyebabkan besarnya anggaran yang harus dikeluarkan dan lamanya waktu yang diperlukan ketika harus mengumpulkan data melalui kegiatan survei di daerah tersebut. Terbatasnya waktu dan anggaran pelaksanaan survei menyebabkan para peneliti cenderung untuk tidak memilih daerah tersebut dalam pelaksanaan kegiatan survei sehingga secara tidak langsung daerah tersebut dikeluarkan dari kerangka percontohan. Kondisi tersebut menyebabkan kerangka percontohan menjadi tidak lengkap. Ketidaklengkapan kerangka tersebut mengakibatkan tidak terpenuhinya prinsip pengacakan sehingga nilai dugaan yang diperoleh mengandung nilai bias yang besar dan rendahnya nilai keakuratannya. Banyak pendekatan yang sudah dikembangkan untuk mengatasi permasalahan yang disebabkan oleh ketidaklengkapan kerangka percontohan. Dikarenakan kajian ini lebih menitikberatkan daerah sulit sebagai penyebab ketidaklengkapan kerangka percontohan, maka metode Predecessor-Successor (P-S) yang dipandang bisa menjadi solusi atas permasalahan yang diangkat dalam penelitian ini. Metode P-S merupakan metode yang dirancang untuk menduga parameter dalam kerangka percontohan tidak lengkap. Metode ini membagi unit populasi menjadi dua kelompok yaitu kelompok unit yang tercakup dalam kerangka dan kelompok unit yang tidak tercakup dalam kerangka. Kedua kelompok tersebut memiliki peluang yang sama untuk terambil sebagai contoh dengan mengasumsikan bahwa posisi keduanya saling berurutan menurut prinsip geografis yang sudah ditentukan atau jalur perjalanan (path of travel). Untuk melihat performa metode ini dibanding metode yang lain, penelitian ini juga menggunakan metode pendugaan dari teori percontohan klasik. Selain itu, kajian ini juga melakukan simulasi pendugaan parameter di tingkat kabupaten dan kecamatan. Dengan melihat performa dari kedua metode pendugaan tersebut pada berbagai tingkat populasi maka diharapkan dapat diperoleh metode pendugaan yang tepat untuk menduga parameter dengan kondisi kerangka percontohan tidak lengkap. Kajian ini mengambil studi kasus data banyaknya keluarga pertanian di Kabupaten Ogan Komering Ilir Provinsi Sumatera Selatan. Pemilihan ini didasarkan pada cukup tingginya persentase desa tertinggal (Bappenas 2015) dan banyaknya desa sulit (Master File Desa (MFD) 2016) yang dimiliki oleh kabupaten ini dibandingkan kabupaten lain di Provinsi Sumatera Selatan. Pendugaan langsung terhadap banyaknya keluarga pertanian di Kabupaten Ogan Komering Ilir diambil sebagai ilustrasi pendugaan parameter dalam penelitian ini. Hal ini dikarenakan pertanian merupakan sektor unggulan dan memiliki kontribusi yang signifikan pada Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kabupaten Ogan Komering Ilir (BPS Kab OKI 2016). Hasil simulasi menunjukkan bahwa terdapat perbedaan performa dari ukuran contoh, metode pendugaan dan interaksi antara kedua faktor tersebut pada penurunan bias yang disebabkan ketidaklengkapan kerangka percontohan. Performa metode P-S akan semakin efektif dalam menurunkan bias dibandingkan teori percontohan klasik dengan semakin besar ukuran contoh yang digunakan. Teori percontohan klasik yang digunakan dalam kajian ini meliputi penarikan contoh acak sederhana (PCAS) dan penarikan contoh acak berlapis (PCAB). Secara keseluruhan selisih nilai bias dari hasil pendugaan dengan metode PCAS dan metode PCAB baik lapisan klasifikasi pedesaan/perkotaan maupun keberadaan menara telepon seluler di tingkat kabupaten tidak signifikan sehingga dapat dikatakan bahwa kedua lapisan yang digunakan cukup relevan dalam menduga banyaknya keluarga pertanian. Pada tingkat kecamatan, hasil simulasi menunjukkan bahwa lapisan keberadaan menara telepon seluler hanya relevan dalam menduga banyaknya keluarga pertanian di dua kecamatan yaitu Kecamatan Cengal dan Sungai Menang. Hal ini menunjukkan bahwa pentingnya pemilihan dasar lapisan yang relevan dalam PCAB untuk mendapatkan hasil dugaan dengan tingkat keakuratan dan validitas yang tinggi. Beberapa faktor yang perlu diperhatikan dalam melakukan pendugaan paramater dengan metode P-S yakni: ukuran contoh, banyaknya dan posisi desa sulit pada kerangka percontohan serta karakteristik yang dimiliki oleh kedua kelompok desa baik desa sulit maupun desa tidak sulit. Tiga faktor pertama berpengaruh pada performa dari hasil pendugaan dengan metode P-S. Semakin besar ukuran contoh yang diambil, dan semakin banyak desa sulit yang tercakup dalam kerangka serta semakin menyebar posisi desa sulit dalam kerangka maka performa metode P-S akan semakin baik dalam meminimalkan nilai biasnya. Faktor yang keempat digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam memilih cara perhitungan pendugaan parameter dari metode P-S yang akan digunakan. Perhitungan pendugaan parameter yang dilakukan oleh metode P-S disesuaikan dengan karakteristik yang dimiliki oleh kedua kelompok desa. Ketika karakteristik kedua kelompok sama maka perhitungannya menggunakan metode P-S yang dirancang untuk dua kelompok dengan karakteristik sama. Sebaliknya, ketika karakteristik kedua kelompok berbeda maka perhitungannya menggunakan metode P-S yang dirancang untuk dua kelompok dengan karakteristik berbeda. Metode P-S untuk dua kelompok dengan karakteristik sama memerlukan waktu yang lebih cepat dalam menjalankan simulasinya. Selain itu, perhitungan pendugaan parameternya jauh lebih sederhana dibandingkan metode P-S untuk dua kelompok dengan karakteristik berbeda. Pada kondisi ini pendugaan parameternya hanya memperhitungkan nilai peubah yang diamati pada desa tidak sulit yang terambil sebagai contoh dan banyaknya desa sulit yang terletak antara desa tidak sulit yang menjadi contoh dan desa tidak sulit terdekat lainnya. Menggunakan metode pendugaan yang tepat dengan kerangka percontohan yang lengkap akan menghasilkan pendugaan yang paling baik. Namun, ketika kondisi di lapangan sangat tidak memungkinkan untuk mendapatkan kerangka percontohan yang lengkap terutama daerah yang memiliki desa sulit dan tidak ada batasan mengenai ukuran contoh yang digunakan maka metode Predecessor-Successor dapat dipilih sebagai metode alternatif dalam pendugaan parameter.id
dc.language.isoidid
dc.publisherBogor Agricultural University (IPB)id
dc.subject.ddcStatistical Applicationid
dc.subject.ddcEstimation methodid
dc.subject.ddc2017id
dc.subject.ddcOKI-SUMSELid
dc.titlePerbandingan Metode Pendugaan Parameter dalam Kerangka Percontohan Tidak Lengkapid
dc.typeThesisid
dc.subject.keywordcakupan kesalahanid
dc.subject.keyworddesa sulitid
dc.subject.keywordPredecessor-Successorid


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record