Show simple item record

dc.contributor.advisorBengen, Geoffrey Dietriech
dc.contributor.advisorPartono, Tri
dc.contributor.advisorWouthuyzen, Sam
dc.contributor.authorSidabutar, Tumpak
dc.date.accessioned2018-06-26T03:57:37Z
dc.date.available2018-06-26T03:57:37Z
dc.date.issued2018
dc.identifier.urihttp://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/92282
dc.description.abstractMarak alga atau Harmful algal bloom (HABs) merupakan fenomena alam dimana satu atau beberapa spesies fitoplankton berkembang sangat pesat mencapai kepadatan yang tinggi jauh melampaui kepadatan yang normal dan dapat mengakibatkan terjadinya perubahan warna di permukaan perairan yang dihasilkan oleh jenis-jenis fitoplankton yang predominan saat itu. Kejadian HABs dewasa ini semakin meningkat frekuensi dan distribusinya di perairan Teluk Jakarta. Fenomena HABs ini telah menimbulkan banyak permasalahan yang menyebabkan sering terjadi kematian ikan secara massal dan biota hidup lainnya, kerugian industri perikanan dan masyarakat nelayan, penurunan nilai estetika perairan yang berdampak pada aktivitas parawisata bahari bahkan dikhawatirkan dapat mengakibatkan keracunan bagi manusia yang mengkonsumsi ikan dan molluska yang di panen dari perairan ini. Di perairan Teluk Jakarta fenomena HABs ini cenderung terjadi pertama, setelah memasuki musim timur atau setelah musim hujan dan kedua pada musim peralihan ke musim barat. Dalam kaitan dengan fenomena ini, penelitian telah dilakukan dari tahun 2008 hingga 2015 untuk mempelajari pemicu fenomena HABs dan spesies penyebabnya (causative species) dan keterkaitannya dengan karakteristik osenografi dan faktor iklim. Secara khusus tujuan penelitian ini untuk mempelajari jenis-jenis fitoplankton berpotensi HABs yang tergolong toxic, harmful ataupun harmless. Dengan diketahuinya jenis yang potential dan faktor pemicunya di perairan ini diharapkan sistem peringatan dini HABs di perairan ini dapat dilakukan dengan baik. Koleksi sampel fitoplankton dilakukan dengan net plankton bentuk kerucut berukuran 20 μm yang diaplikasikan secara vertikal. Analisa nutrien dengan spektrofotometer, serta pengukuran parameter oseanografi dilakukan menggunakan CTD dan current meter. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa fenomena HABs di Teluk Jakarta memiliki keterkaitan yang erat dengan eutrofikasi atau pengkayaan nutrien (over enrichment) di perairan terutama kadar fosfat dan nitrat. Dalam hal ini nitrat sebagai faktor pemicu pertumbuhan fitoplankton dan fosfat sebagai pembatas dalam pertumbuhan populasi fitoplankton di Teluk Jakarta. Kadar nutrien nitrat dan fosfat yang dibutuhkan bersifat komplementer, dimana tingginya kadar nitrat yang diperlukan harus diikuti dengan kadar fosfat dalam jumlah yang proporsional. Sedang silikat bersifat suplemen dimana kadarnya di perairan dibutuhkan dalam jumlah yang relatif tinggi sehingga diatom akan bertumbuh dan dapat memanfaatkan nitrogen yang kadarnya tinggi. Variabilitas kelimpahan HABs di perairan Teluk Jakarta sangat berkaitan dengan perubahan rasio nitrat, fosfat dan silikat. Kelimpahan fitoplankton cenderung meningkat bila rasio N/P meningkat dengan kata lain nitratlah sebagai pemicu pertumbuhan (triggering factor) dan fosfat sebagai faktor pembatas (limiting factor) pertumbuhan fitoplankton. Kisaran rasio N/P di perairan Teluk Jakarta pada musim timur berkisar antar 0.2 – 45.5. Dapat disimpulkan bahwa faktor yang paling berpengaruh dalam pertumbuhan populasi fitoplankton di Teluk Jakarta adalah rasio nutrien terutama nitrat dan fosfat. Populasi fitoplankton cenderung bertumbuh lebih cepat bila rasio N/P lebih besar dari 16 yang berarti N sebagai pemicu dan P sebagai pembatas. Dari penelitian ini berhasil diidentifikasi beberapa jenis fitoplankton yang berpotensi HABs pada musim timur, dan yang sering mengakibatkan bencana akuatik kematian masal ikan dan biota hidup lainnya selama ini. Di perairan ini kelompok diatom selalu mendominasi komunitas fitoplankton jauh melampaui populasi dinoflagellata. Diatom merupakan kelompok yang paling berpotensi mengakibatkan fenomena HABs atau marak alga di perairan ini. Jenis-jenis fitoplankton HABs yang berpotensi harmful dan bloom maker di perairan Teluk Jakarta adalah Skeletonema, Chaetoceros dan Thalassiosira. Beberapa jenis lain yang berpotensi harmful di perairan ini antara lain adalah Navicula, Thalassiotrix, Nitschia, Leptocylindrus, Asterionella, Ceratium dan Bacteriastrum. Beberapa jenis yang berpotensi toxic di perairan ini diantaranya adalah Alexandrium, Gymnodinium, Dinophysis dan Scriepsiella. Kelompok dinoflagelata ini pada umumnya dapat menghasilkan toxin sebagai produk metabolisme sekunder. Kondisi fisika-kimia oseanografi yang berperan menonjol dalam terjadinya fenomena algal bloom adalah kadar nutrient (fosfat, nitrat dan silikat) serta pola arus pada saat kejadian. Nutrien berperan dalam memicu pertumbuhan sedang pola arus berperan dalam akumulasi dan distribusi populasi fitoplankton. Fenomena HABs di perairan Teluk Jakarta ini dapat terjadi jika perairan dalam kondisi eutrofikasi (kaya nutrien terutama fosfat dan nitrat). Walaupun demikian, tidak selamanya kejadian fenomena HABs akan mengakibatkan bencana akuatik seperti kematian ikan secara massal di perairan tersebut. Faktor kondisi yang dapat memicu kematian massal ikan di perairan ini adalah secara bersama-sama jika perairan berada dalam kondisi eutrofikasi sehingga terjadi algal bloom (marak alga) dan kondisi pasang terendah pada saat itu berlangsung lama, kondisi perairan cukup tenang (no mixing) sehingga terbentuk stratifikasi di perairan. Keadaan ini akan mengakibatkan perairan berada pada kondisi hypoxia (kadar O2<2 ppm) dan selanjutnya akan terbentuk zona mematikan bersifat sementara (temporary dead zone) yang berdampak pada kematian ikan-ikan dan biota hidup lainnya yang ada di lokasi perairan. Dead zone atau kondisi anoxic akan terbentuk bila kadar oksigen terlarut telah mencapai nilai sangat rendah hingga 0 ppm. Peran unsur-unsur iklim terutama curah hujan dan hari hujan tidak langsung terhadap fenomena HABs akan tetapi berkaitan dengan kenaikan bahan organik atau nutrien di perairan sehingga akan tercapai kondisi eutrofikasi di perairan. Jadi curah hujan dan hari hujan sangat berkaitan erat dengan kondisi kadar nutrien di perairan yang terlihat nyata pada musim timur dimana pada musim ini pertumbuhan fitoplankton cenderung meningkat dan mengakibatkan terjadi fenomena algal bloom atau marak alga.id
dc.language.isoidid
dc.publisherIPB (Bogor Agricultural University)id
dc.subject.ddcMarine Sciencesid
dc.subject.ddcOceanographyid
dc.subject.ddc2015id
dc.subject.ddcTeluk Jakartaid
dc.titleFenomena Marak Alga Berpotensi HABs dan Keterkaitan dengan Karakteristik Oseanografi dan Iklim di Perairan Teluk Jakarta.id
dc.typeDissertationid
dc.subject.keywordmarak algaid
dc.subject.keywordharmful algal bloomsid
dc.subject.keywordeutrofikasiid
dc.subject.keywordrasio N/Pid


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record