Show simple item record

dc.contributor.advisorGhulamahdi, Munif
dc.contributor.advisorLubis, Iskandar
dc.contributor.authorAkhmad, Risfandi
dc.date.accessioned2018-05-16T02:04:37Z
dc.date.available2018-05-16T02:04:37Z
dc.date.issued2018
dc.identifier.urihttp://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/92208
dc.description.abstractPotensi luas lahan pasang surut di Indonesia yang besar dapat digunakan untuk upaya ekstensifikasi peningkatan produksi pangan Indonesia, terutama kedelai. Masalah di lahan pasang surut berupa kandungan pirit dapat diatasi dengan budidaya jenuh air. Peningkatan intensifikasi dengan tumpangsari dilakukan agar produktivitas lahan dapat meningkat. Kombinasi kedelai dan jagung merupakan sistem tumpangsari yang umum digunakan oleh petani. Tujuan penelitian ini adalah untuk mempelajari respon beberapa varietas kedelai kuning dan hitam pada sistem tumpangsari dengan tingkat kepadatan populasi jagung yang berbeda dengan budidaya jenuh air di lahan pasang surut dan mengetahui potensi varietas kedelai unggul pada sistem tumpangsari dengan jagung. Penelitian dilakukan pada bulan April hingga September 2016 di lahan pasang surut tipe B Desa Mulyasari, Kecamatan Tanjung Lago, Kabupaten Banyuasin Sumatera Selatan. Penelitian ini menggunakan rancangan kelompok teracak lengkap dengan dua faktor. Faktor pertama adalah varietas kedelai yang terdiri dari : Tanggamus, Anjasmoro, Burangrang, Cikuray, Malika, dan Detam-2. Faktor kedua adalah tingkat populasi jagung yaitu 40 000, 50 000, 60 000, dan 70 000 tanaman ha-1. Hasil penelitian menunjukkan terdapat perbedaan respon antara varietas kedelai. Kedelai varietas Tanggamus menunjukkan pertumbuhan tercepat dengan nilai laju tumbuh relatif tertinggi. Nilai laju asimilasi bersih tertinggi diperoleh kedelai varietas Cikuray. Kedelai hitam varietas Cikuray, Malika, dan Detam-2 menghasilkan potensi hasil yang lebih tinggi dibandingkan dengan kedelai kuning varietas Tanggamus, Anjasmoro, dan Burangrang. Potensi hasil kedelai tertinggi dihasilkan varietas Detam-2 yaitu 1.13 ton ha-1. Populasi jagung berpengaruh terhadap bobot 100 biji dan bobot biji tongkol-1 jagung. Ukuran biji dan bobot biji tongkol jagung pada populasi jagung 40 000 tanaman ha-1 memiliki ukuran biji yang paling besar dan bobot biji tongkol-1 yang paling tinggi dibandingkan dengan populasi jagung yang lebih tinggi. Potensi hasil tertinggi dihasilkan oleh jagung pada populasi 60 000 dan 70 000 tanaman ha-1 yaitu 4.92 dan 5.25 ton ha-1. Berdasarkan nisbah kesetaraan lahan perlakuan varietas Cikuray dengan populasi jagung 70 000 tanaman ha-1 menghasilkan nisbah tertinggi yaitu 1.56. Nisbah 1.56 mengindikasikan sistem tumpangsari memberikan hasil 56% lebih efektif dibandingkan dengan sistem monokultur.id
dc.language.isoidid
dc.publisherIPB (Bogor Agricultural University)id
dc.subject.ddcAgronomyid
dc.subject.ddcSoybeanid
dc.subject.ddc2016id
dc.subject.ddcBogor-JABARid
dc.titleRespon Varietas Kedelai pada Populasi Jagung dalam Sistem Tumpangsari dengan Budidaya Jenuh Air di Lahan Pasang Surutid
dc.typeThesisid
dc.subject.keywordbudidaya jenuh airid
dc.subject.keywordnisbah kesetaraan lahanid
dc.subject.keywordPioneer 27id
dc.subject.keywordpotensi hasilid
dc.subject.keywordvarietas kedelaiid


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record