Show simple item record

dc.contributor.advisorArdiansyah, Muhammad
dc.contributor.advisorMansur, Irdika
dc.contributor.authorYusmur, Armaiki
dc.date.accessioned2018-05-08T06:26:08Z
dc.date.available2018-05-08T06:26:08Z
dc.date.issued2018
dc.identifier.urihttp://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/92195
dc.description.abstractMetode identifikasi dan mitigasi sumber penyebab air asam tambang di lahan pasca tambang berbeda dengan metode mitigasi air asam tambang (AAT) saat operasi penambangan. Salah satu pilihan pengelolaan AAT adalah passive treatment melalui hutan rawa buatan yang merupakan teknik yang dapat dilakukan di lahan pasca tambang. Aplikasi penginderaan jarak jauh menggunakan teknologi Unmanned Aerial Vehicle (UAV) untuk mengidentifikasi distribusi AAT telah dilakukan sebagai bagian dari proses mitigasi yang telah dilakukan di PT. Jorong Barutama Greston. Citra UAV ditafsirkan secara visual untuk menghasilkan peta tutupan lahan. Lahan terbuka dari peta tutupan lahan digunakan sebagai batas wilayah analisis untuk mitigasi sumber AAT. Warna tanah pada gambar UAV digunakan sebagai area contoh dalam proses klasifikasi terbimbing untuk membedakan pH yang berbeda. Hasilnya menunjukkan bahwa distribusi tanah dengan pH antara 2 - ≤3 adalah 1,2 ha, pH >3 - ≤4 adalah 4,5 ha, dan pH >4 - ≤5 adalah 9 ha. Analisis ini dapat menunjukkan bahwa hasil pemetaan dengan menggunakan foto udara efektif untuk mengetahui pH tanah di lahan kosong sebagai sumber penyumbang asam terhadap air dalam void dan digunakan sebagai masukan untuk perencanaan revegetasi dan arahan pengelolaan AAT melalui hutan rawa sebagai upaya perbaikan kualitas air melalui biofitoremediasi. Hutan rawa sebagai lahan basah merupakan salah satu usaha mitigasi AAT untuk meningkatkan pH dan mengurangi kandungan logam berat. Keberhasilan hutan rawa yang dibangun sebagai metode pasif melalui bio-fitoremediasi ditentukan oleh penentuan lokasi yang tepat, pemilihan jenis tanaman, desain dan konstruksi hutan rawa serta pemeliharaan. Typha latifolia, Melaleuca leucadendra, Melaleuca cajuputi, Nauclea subdita dan Nauclea orientalis L. direkomendasikan sebagai tanaman pilihan lokal untuk fitoremediasi. Enam variabel yang secara signifikan mempengaruhi penentuan lokasi untuk hutan rawa adalah elevasi (T), kemiringan (S), tutupan lahan (L), area cathment (C), jarak dari saluran (K) dan jarak dari kolam pemantauan (P). Model X = 0.2T + 0.2S + 0.1L + 0.15C + 0.3K + 0.05P diterapkan untuk menemukan area yang sangat sesuai untuk hutan rawa dengan nilai α = 0,05 dan R-square (R2) 93,4%.id
dc.language.isoidid
dc.publisherIPB (Bogor Agricultural University)id
dc.subject.ddcMitigation disasterid
dc.subject.ddcPost mining areaid
dc.subject.ddc2017id
dc.subject.ddcBogor-JABARid
dc.titleIdentifikasi dan Mitigasi Air Asam Tambang Melalui Hutan Rawa Buatan di Lahan Pasca Tambangid
dc.typeThesisid
dc.subject.keywordAATid
dc.subject.keywordUAVid
dc.subject.keywordpHid
dc.subject.keywordfitoremediasiid
dc.subject.keywordlahan basahid
dc.subject.keywordhutan rawaid


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record