Ekologi dan Risiko Keinvasifan Iwul (Orania sylvicola (Griff.)H. E. Moore) di Cagar Alam Dungus Iwul, Bogor
Abstract
Iwul (Orania sylvicola) adalah spesies palem yang mendominasi di Cagar
Alam Dungus Iwul (CADI) selama bertahun-tahun. Kondisi tersebut
mengindikasikan kemapanan iwul. Hal ini didukung oleh karakteristik habitat
(fisik, biotik) dan karakteristik perbanyakan individu (propagule). Kemapanan
adalah salah satu karakteristik yang muncul pada spesies invasif. Karakter invasif
dapat muncul pada spesies asli ketika spesies tersebut mampu menduduki habitat
secara masif dan berpengaruh terhadap keberadaan spesies lain. Kecenderungan
invasif dapat diprediksi melalui analisis risiko keinvasifan. Analisis tersebut
membutuhkan informasi data ekologi seperti faktor habitat, pola sebaran, asosiasi,
produksi biji, perkecambahan dan daya adaptasi yang mendukung kelimpahan
(mapan). Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk menentukan faktor
penentu habitat iwul, menelaah faktor kelimpahan iwul, menganalisis risiko
keinvasifan iwul dan menyusun prioritas pengelolaan.
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni sampai November 2016.
Terdapat beberapa tahapan pengambilan data yakni data habitat, percobaan
perkecambahan dan wawancara. Data habitat yang diambil di CADI
menggunakan metode pengambilan sampel tanah, analisis vegetasi, dan
pengukuran langsung. Parameter yang dianalisis adalah Indeks Nilai Penting
(INP), indeks keanekaragaman, indeks kemerataan, indeks kekayaan, indeks
similaritas dan diagram profil. Analisis dilanjutkan menggunakan teknik PCA
(Principle Component Analysis) untuk menentukan faktor yang berpengaruh
dengan memperhitungkan faktor habitat, indeks Morisita untuk pola sebaran, tabel
kontingensi 2 x 2 dan Jaccard index untuk asosiasi, dan penghitungan buah jatuh
untuk produksi buah. Percobaan perkecambahan didesain dengan rancangan petak
terbagi (split split plot design) pada rancangan acak lengkap di kebun persemaian
Puslitbanghut, Bogor. Wawancara ditujukan kepada masyarakat Desa Wirajaya
dan Desa Curug serta pihak pengelola Perseroan Terbatas Perkebunan Nusantara
(PTPN) VIII Cikasungka mengggunakan teknik purposive sampling. Semua data
yang diperoleh kemudian digunakan untuk menentukan risiko keinvasifan (risiko
tumbuhan invasif dan fisibilitas pengelolaan) dengan kategori sangat tinggi,
tinggi, sedang, rendah dan abaikan.
CADI mengalami proses dinamika hutan tinggi yang ditunjukkan dengan
kondisi sebaran kelas diameter pohon membentuk kurva J tidak sempurna, tajuk
terbuka, perubahan struktur vegetasi serta keanekaragaman menurun. Di samping
itu, CADI memiliki jenis tanah podsolik dengan kesuburan sedang. Meskipun
demikian iwul tetap menjadi spesies dominan karena memiliki INP tertinggi di
setiap tingkat pertumbuhan dan membentuk tutupan tajuk tertinggi (33.83 %).
Dominansi iwul diduga dapat menghambat pertumbuhan spesies intoleran. Hasil
penelitian membuktikan terjadi penurunan indeks keanekaragaman, indeks
kemerataan, indeks kekayaan spesies dan indeks similaritas dari tahun 2010 dan
2017. Tempat tumbuh atau habitat iwul di CADI ditentukan oleh faktor antara lain
fraksi liat, porositas, permeabilitas, kelerangan, jumlah individu pohon, intensitas
cahaya dan suhu tanah yang membentuk tiga komponen baru dengan total persen
kumulatif 73.9 %. Variabel kelerengan dan intensitas cahaya memberikan
pengaruh terbesar terhadap komponen yang terbentuk.
Kelimpahan iwul didukung oleh karakteristik propagule (kecambah) iwul
terdiri atas produksi biji tinggi (966 - 3 864 biji), karakteristik perkecambahan
remote tubular dan waktu berkecambah relatif lama (31 hari). Karakteristik
tersebut menyebabkan iwul menyebar secara kelompok. Keberadaan kelelawar
besar (Cynopterus titthaecheilus) serta asosiasi dengan spesies pioneer dan
spesies toleran merupakan faktor biotik yang berpengaruh besar dan kuat terhadap
kelimpahan iwul. Faktor fisik seperti tanah yang kurang subur, aliran permukaan
di lahan lereng dan intensitas cahaya yang bervariasi (38 – 541 100 lux)
berpengaruh terhadap kelimpahan iwul namun bersifat lemah. Meskipun
populasinya mendapat tekanan, iwul mampu beradaptasi melalui interaksi faktor
fisik dan biotik diantaranya pertumbuhan akar serabut di permukaan tanah dan
segmen batang yang berasosiasi dengan jamur arbuskula; bukaan tajuk
menyebabkan C. titthaecheilus menyebarkan biji secara meluas. Benih yang
berasal dari biji muntahan C. titthaecheilus dengan naungan 80 % memberikan
tingkat perkecambahan yang tinggi. Kelimpahan iwul dan semua faktor tidak
terlepas dari pengaruh aktivitas manusia. Masyarakat masuk ke hutan dan
merusak hampir seluruh tumbuhan terkecuali iwul yang dianggap tidak
bermanfaat.
Hasil kajian menunjukkan bahwa iwul adalah spesies yang memiliki risiko
tumbuhan invasif yang tinggi dengan tingkat fisibilitas pengelolaan medium.
Proses invasi iwul berada pada tingkatan invasi mapan secara spontan. Prioritas
pengelolaan lebih difokuskan untuk melindungi situs dengan tujuan perlindungan
kawasan. Perlindungan kawasan dapat diwujudkan melalui strategi yang
direkomendasikan yakni strategi kolaborasi dengan pihak yang berkepentingan;
strategi perlindungan kawasan melalui penutupan akses jalan; strategi konservasi
melalui penanaman tumbuhan lokal yakni Ixora acuminate di dekat dengan
kawasan; dan strategi pemanfaatan kawasan melalui membangun sarana pusat
pendidikan konservasi di dekat pemukiman masyarakat.
Collections
- MT - Forestry [1419]