dc.description.abstract | Longsor merupakan proses pergerakan massa tanah secara cepat dan
gravitatif yang mengikuti kemiringan lereng. Menurut BNPB (2014), Provinsi
Jawa Barat termasuk daerah yang rawan terhadap bencana longsor karena
didukung oleh kondisi topografi yang dominan berbukit dan bergunung serta
curah hujan yang tinggi. Kabupaten Bandung Barat dari tahun 2015 hingga 2019
ini akan dibangun sebuah jalur kereta cepat Jakarta-Bandung yang melewati
banyak wilayah perbukitan. Oleh karena itu, penelitian yang terkait dengan
bahaya longsor di area pembangunan jalur kereta cepat tersebut menjadi sangat
diperlukan baik untuk keperluan teknis pembangunan jalur kereta maupun untuk
menunjang program mitigasi bencana longsor secara luas. Penelitian ini bertujuan
untuk melakukan pemetaan faset lahan skala 1: 25.000, pemetaan penggunaan
lahan skala 1:25.000, pemetaan sub-faset lahan skala 1:25.000, dan pemetaan
bahaya longsor skala 1:25.000. Metode penelitian mencakup interpretasi visual
citra penginderaan jauh untuk pemetaan faset lahan dan penggunaan lahan dan
MCE (Multi Criteria Evaluation) untuk penilaian bahaya longsor Skor dan bobot
dari setiap parameter longsor dalam MCE diperoleh dari pendapat para pakar
bencana melalui analisis AHP (Analytical Hierarchy Process). Pada penelitian ini,
peta sub-faset lahan digunakan sebagai peta satuan analisis dan peta sub-faset
lahan diperoleh dari hasil tumpang tindih (overlay) antara peta faset lahan dan
peta penggunaan lahan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa daerah penelitian
tersusun atas 19 jenis faset lahan, 6 jenis penggunaan lahan, dan 68 satuan subfaset
lahan. Berdasarkan hasil analisis AHP dan MCE, didapatkan bahwa faktor
utama penyebab longsor di lokasi penelitian (rencana pembangunan jalur kereta
cepat Jakarta-Bandung CK 88-CK 114) adalah faktor geologi. Hasil penelitian
juga menunjukkan bahwa kelas bahaya longsor yang dominan luasannya adalah
kelas bahaya longsor sedang, seluas 42% dari total luas lokasi penelitian,
kemudian kelas bahaya longsor tinggi seluas 30%, dan kelas bahaya longsor
rendah seluas 28%. Jika dilakukan perbandingan antara jumlah titik longsor yang
diperoleh di lapangan terhadap luasan kelas bahaya longsor dari titik-titik tersebut
maka didapatkan suatu nilai kerapatan longsor dari tinggi hingga rendah yang
berturut-turut terdapat pada kelas bahaya tinggi, sedang, dan rendah. Dengan
demikian prediksi zona bahaya longsor yang dilakukan dalam penelitian ini dapat
dikategorikan baik. | id |