Show simple item record

dc.contributor.advisorSimbolon, Domu
dc.contributor.advisorWisudo, Sugeng Hari
dc.contributor.advisorHaluan, John
dc.contributor.advisorYusfiandayani, Roza
dc.contributor.authorSala, Ridwan
dc.date.accessioned2018-04-18T08:02:38Z
dc.date.available2018-04-18T08:02:38Z
dc.date.issued2018
dc.identifier.urihttp://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/91560
dc.description.abstractPerikanan tangkap merupakan salah satu aktivitas ekonomi yang dilakukan oleh masyarakat Misool, raja Ampat. Sejak tahun 2006 perairan di Selatan Misool dicanangkan sebagai kawasan konservasi perairan (KKPD). Sebagian dari KKPD tersebut dialokasikan zona pemanfaatan tradisional (ZPT) untuk perikanan tradisional menggunakan berbagai jenis alat penangkapan ikan. Kehadiran kawasan konservasi diharapkan memberikan dampak positif bagi perikanan tangkap karena adanya rekrutmen yang terjadi melalui spillover dari daerah perairan yang dilindungi. Namun demikian, dampak negatif dari adanya kawasan konservasi juga dirasakan oleh masyarakat nelayan, misalnya semakin jauh daerah penangkapan dan berkurangnya daerah penangkapan sehingga berdampak pada penurunan pendapatan nelayan. Tujuan umum dari penelitian ini adalah mengembangkan model perikanan tangkap berkelanjutan di ZPT Misool. Penelitian ini memiliki empat tujuan khusus, yakni: (1) menentukan tingkat keberlanjutan perikanan tangkap di kawasan konservasi perairan Misool; (2) mengalokasikan jenis alat tangkap yang sesuai pada zona pemanfaatan tradisional, kawasan konservasi perairan Misool; (3) menentukan prioritas strategi pengembangan perikanan tangkap yang berkelanjutan di kawasan konservasi perairan; (4) menyusun model konseptual kelembagaan dalam pengelolaan perikanan tangkap berkelanjutan di kawasan konservasi perairan Misool; dan (5) menyusun strategi implementasi model konseptual kelembagan perikanan tangkap di kawasan konservasi perairan Misool. Tujuantujuan penelitian tersebut dicapai dengan menggunakan alat analisis, yakni: (1) multidimensional analysis (MDS); (2) analytical hierarchy process (AHP); (3) model hybrid SWOT-AHP; dan (4) soft system methodology (SSM). Hasil analisis data menggunakan MDS mendapatkan bahwa perikanan tangkap di ZPT Misool berada pada level yang kurang berkelanjutan. Dimensi yang berada pada level cukup berkelanjutan hanya ekologi dan teknologi; sedangkan dimensi yang lain, yakni ekonomi, sosial, etik, dan kelembagaan berada pada level kurang berkelanjutan. Hasil tersebut menjelaskan bahwa pengelolaan perikanan di KKPD Misool lebih menonjolkan perlindungan/konservasi terhadap sumberdaya hayati perairan tetapi masih sangat sedikit memberikan perhatian terhadap aspek manusia. Oleh karena itu, untuk mencapai sistem perikanan yang berkelanjutan, pengelolaan perikanan tangkap di KKPD Misool harus memberikan fokus yang seimbang bagi semua dimensi sistem perikanan. Pengaturan penggunaan alat tangkap ikan di ZPT Misool merupakan salah satu cara untuk meningkatkan status keberlanjutan perikanan tangkap di wilayah ini. Pengaturan alat tangkap tersebut memperhatikan aspek bioekologi, sosial, dan legal. Hasil analisis menunjukkan bahwa alat tangkap yang paling sesuai digunakan di zona perairan kedalaman kurang dari 50 m adalah pancing ulur; dengan kriteria yang paling menentukan adalah tidak merusak ekosistem terumbu karang dan ekosistem padang lamun. Di sisi lain, alat tangkap yang sesuai digunakan di zona perairan dengan kedalaman lebih dari 50 m adalah pancing tonda dan pancing ulur; dengan kriteria yang paling menentukan adalah ketersediaan target ikan dan tidak menimbulkan konflik antara nelayan. Alat tangkap jaring insang dan bagan perahu memiliki kesesuain yang rendah untuk digunakan di kedua zona tersebut. Pengembangan perikanan tangkap di ZPT Misool mencakup berbagai dimensi sehingga banyak aspek yang harus diperhatikan. Oleh karena itu, perlu prioritas strategi yang dirumuskan berdasarkan kondisi internal (kekuatan dan kelemahan) dan eksternal (peluang dan ancaman) dari perikanan tersebut. Berdasarkan kondisi-kondisi tersebut dirumuskan delapan alternatif strategi yang dapat diterapkan dalam pengembangan perikanan tangkap di ZPT Misool. Namun demikian, penerapan strategi tersebut berdasarkan skala prioritas sehingga lebih terfokus dan menyesuaikan dengan kemampuan sumberdaya (biaya, tenaga kerja, dan waktu) yang dimiliki. Dari delapan alternatif strategi, pengembangan kelembagaan yang melibatkan secara aktif nelayan dalam pengelolaan SDI dan habitat merupakan strategi yang paling tinggi bobot prioritasnya. Strategi ini dapat menjadi landasan untuk strategi-strategi yang lain. Untuk mencapai keselaran antara pengelolaan KKPD dan pengelolaan perikanan tangkap diperlukan pengembangan kelembagaan, yakni: 1) struktur organisasi KKPD yang memasukan komponen pelaku perikanan; 2) mekanisme penyusunan peraturan di KKPD melibatkan partisipasi aktif pelaku perikanan; 3) mekanisme yang jelas tentang peran serta pelaku perikanan dalam pengawasan dan pemantauan aktivitas di KKPD; 4) sistem pendataan perikanan yang baik dengan mengikutsertakan pelaku perikanan; dan 5) mekanisme dalam pemberdayaan pelaku perikanan yang berdasarkan aspirasi masyarakat sasaran sehingga tepat sasaran, tepat guna dan berkesinambungan. Model-model kelembagaan tersebut berupa struktur dan proses dalam pengelolaan perikanan yang secara eksplisit melibatkan pelaku perikanan dalam aktivitas pengelolaan perikanan di KKPD Misool. Strategi untuk implementasi dari model konseptual kelembagaan berupa sasaran dan rencana aksi merupakan arahan bagi otoritas pemerintah dalam memperbaiki kelembagaan perikanan tangkap di ZPT Misool. Sasaran yang diharapkan dicapai dari implemntasi model konseptual kelembagaan adalah: 1) terformalisasinya struktur organisasi UPTD dengan memasukan kelompok pelaku perikanan dan kelompok pakar; 2) terbentuknya kelompok pelaku perikanan di setiap kampung; 3) meningkatnya keterlibatan pakar dalam penentuan kebijakan pengelolaan KKPD; 4) tersusunnya peraturan tentang pengelolaan perikanan tangkap (antara lain: pengaturan alat tangkap dan ukuran ikan yang diperbolehkan) di KKPD Misool yang disusun bersama dengan pelaku perikanan; 5) terlibatnya semua pelaku perikanan dalam kegiatan pemantauan dan pengawasan aktivitas di KKPD; 6) tidak ada lagi aktivitas yang merusak ekosistem perairan dan sumberdaya perikanan di dalam KKPD Misool; 7) tersedianya basis data perikanan tangkap yang berkualitas; dan 8) tercapainya kemandirian teknologi dan ekonomi dari pelaku perikanan di KKPD Misool.id
dc.language.isoidid
dc.publisherIPB (Bogor Agricultural University)id
dc.subject.ddcMarine Technologyid
dc.subject.ddcCapture Fisheryid
dc.subject.ddc2016id
dc.subject.ddcPapua Baratid
dc.titleModel Pengelolaan Perikanan Tangkap Berkelanjutan pada Zona Pemanfaatan Tradisional di Perairan Selatan Pulau Misool, Raja Ampatid
dc.typeDissertationid
dc.subject.keywordkeberlanjutan perikananid
dc.subject.keywordKKPD Misoolid
dc.subject.keywordperikanan tangkapid
dc.subject.keywordRaja Ampatid
dc.subject.keywordzona pemanfaatan tradisionalid


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record