dc.description.abstract | Ekspor pertanian merupakan salah satu andalah ekspor Indonesia yang
mendorong pertumbuhan ekonomi, sumbangsih bagi devisa negara, dan
penyerapan tenaga kerja. Pada tiga tahun terakhir yakni dari tahun 2013 hingga
2015, kondisi ekspor pertanian Indonesia mengalami penurunan sebasar 28.13
persen. Nilai tukar merupakan salah satu yang memengaruhi daya saing ekspor.
Kondisi nilai tukar rupiah selama tiga tahun terakhir relatif terdepresiasi. Namun,
kondisi tersebut tidak mampu meningkatkan ekspor pertanian Indonesia. Fluktuasi
nilai tukar yang menimbulkan volatilitas nilai tukar di duga memengaruhi hal
tersebut. Selain nilai tukar, fasilitasi perdagangan juga termasuk yang
memengaruhi daya saing ekspor. Kondisi fasilitasi perdagangan Indonesia
cenderung tidak banyak mengalami perubahan. Bahkan pada tahun 2015,
beberapa indeks indikator pengukuran fasilitasi perdagangan mengalami
penurunan.
Studi ini secara khusus meneliti pengaruh volatilitas nilai tukar rupiah dan
fasilitasi perdagangan terhadap kinerja ekspor utama pertanian Indonesia, yaitu
Crude Palm Oil (CPO), karet alam, kopi dan udang. Volatilitas nilai tukar akan
dianalisis untuk mengidentifikasi besarnya volatilitas nilai tukar dengan
menggunakan model ARCH-GARCH. Adapun pengukuran fasilitasi perdagangan
dalam penelitian ini yaitu menggunakan indeks kualitas infrastruktur pelabuhan
dan indeks lingkungan regulasi. Kemudian variabel-variabel tersebut di masukkan
ke dalam gravity model untuk dianalisis pengaruhnya terhadap kinerja ekspor
pertanian Indonesia. Data yang digunakan yaitu data triwulanan untuk melihat
pengaruh volatilitas nilai tukar terhadap kinerja ekspor pertanian Indonesia, dan
data tahunan untuk melihat pengaruh fasilitasi perdagangan.
Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa: (1) volatilitas nilai tukar
berpengaruh negatif dan signifikan terhadap ekspor karet alam, kopi, dan udang
Indonesia, serta berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap ekspor CPO
Indonesia. Pengaruh negatif menunjukkan adanya penghindaran risiko yang
dilakukan oleh pelaku usaha dan pada akhirnya berimplikasi terhadap penurunan
ekspor. (2) kualitas infrastruktur pelabuhan Indonesia menentukan kinerja ekspor
CPO Indonesia, yaitu mampu meningkatkan ekspor CPO Indonesia, (3)
lingkungan regulasi Indonesia tidak optimal dalam memfasilitasi perdagangan dan
memiliki dampak buruk pada kinerja ekspor CPO, karet alam, dan kopi Indonesia.
Usaha peningkatan kinerja ekspor utama pertanian yang dapat dilakukan
yaitu menjaga pertumbuhan produksi, peningkatan produktivitas, kemudahan
akses ke lembaga keuangan, menjaga stabilitas nilai tukar, penerapan lidnung nilai
(hedging), peningkatan kualitas infrastruktur, serta mereformasi regulasi dengan
cara keterbukaan informasi dan transparansi publik. | id |