Model Dinamik Manajemen Rantai Pasok Berkelanjutan pada Produksi Kelapa Sawit Indonesia
View/ Open
Date
2017Author
Muzayanah, Fety Nurlia
Cahyadi, Eko Ruddy
Munandar, Jono M
Metadata
Show full item recordAbstract
Sektor pertanian berperan penting dalam perekonomian di Indonesia. Hal ini dapat dilihat dari kontribusinya terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) yang cukup besar yaitu 13.46 persen pada tahun 2016 atau urutan kedua setelah sektor industri pengolahan. Kelapa sawit merupakan salah satu komoditas ekspor Indonesia yang cukup penting sesudah minyak dan gas. Namun, industri kelapa sawit menghadapi permasalahan mulai dari hulu sampai ke hilir, termasuk dampak lingkungan dan sosial masyarakat. Oleh karena itu, perlu dilakukan penelitian tentang analisis sistem manajemen rantai pasok berkelanjutan dilihat dari aspek ekonomi, sosial dan lingkungan industri kelapa sawit di Indonesia dengan pendekatan model dinamik. Tujuan penelitian ini adalah (1) memetakan tren luas kebun kelapa sawit, produksi dan ekspor CPO Indonesia; (2) mensimulasikan skenario peningkatan keberlanjutan pada model sistem dinamik manajemen rantai pasok kelapa sawit; dan (3) merumuskan alternatif kebijakan dalam rangka pengembangan manajemen rantai pasok berkelanjutan kelapa sawit di Indonesia.
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari wawancara pakar untuk mengkonfirmasi sistematika berfikir pada pembentukan model penelitian. Pakar yang menjadi responden dalam penelitian ini adalah peneliti kelapa sawit di PT Riset Perkebunan Nusantara (RPN) dan Masyarakat Perkelapa-Sawitan Indonesia (MAKSI). Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah pemodelan dinamik.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa tren luas kebun kelapa sawit meningkat 226%, produksi meningkat 273% dan jumlah ekspor CPO meningkat 600% dari tahun 2001-2020. Skenario 7 merupakan skenario terbaik karena mampu meningkatkan nilai net present value (NPV) sebesar 11.077% dari kondisi baseline. Namun jika dilihat dari sudut pandang ketersediaan lahan maka skenario 5 merupakan skenario terbaik. Peremajaan sesuai kebutuhan kebun TTM penting untuk dilakukan karena dapat meningkatkan produksi sebesar 3.58% dan net benefit sebesar 3.604% dari kondisi baseline sehingga secara ekonomi, sosial dan lingkungan menguntungkan. Moratorium pembukaan kebun kelapa sawit yang diperpanjang selama 5 tahun (2016-2022) dapat menurunkan biaya lingkungan sebesar 28.77%. Namun, moratorium tersebut menurunkan pendapatan dari penjualan CPO sebesar 34.07%. Moratorium dapat menguntungkan dilihat dari aspek lingkungan, tetapi hal tersebut merugikan secara ekonomi dalam jangka pendek.
Collections
- MT - Economic and Management [2877]