| dc.description.abstract | Beras masih menjadi komoditi pangan utama dan strategis bagi masyarakat Indonesia. Hal tersebut diantaranya karena beras masih merupakan makanan utama rakyat Indonesia. Sekitar 95 persen dari 230 juta rakyat Indonesia memilih kebutuhan makanan pokoknya berupa beras, sehingga tidak mengherankan bila permintaan beras di Indonesia sangat besar (BPS 2012). Kerjasama antara Badan Ketahanan Pangan (BKP) Kementerian Pertanian dengan Badan Pusat Statistik mencatat, untuk tahun 2011 data konsumsi beras di Indonesia masih cukup tinggi yaitu sebesar 113.72 kilogram perkapita pertahun (BPS 2012). Bahkan menurut IIham et al. (2011) lebih dari 60 persen rata-rata pengeluaran rumah tangga digunakan untuk pangan. Adapun hasil SUSENAS September 2012 menunjukkan bahwa pengeluaran untuk makanan adalah sebesar 47.71 persen dari total pengeluaran.
Pada pasar yang terhubung secara vertikal dengan pasar yang lain dalam perdagangan, harga di pasar acuan akan mempengaruhi harga yang terbentuk di pasar pengikut. Harga beras juga dipengaruhi oleh jumlah produksi karena pola produksi yang mengikuti musim. Selain itu, komoditas beras memerlukan waktu mulai dari proses pengolahan lahan sampai panen dan pemasaran hasil panen sehingga harga beras dipengaruhi juga oleh penyesuaian pasar.
Tujuan penelitian ini yaitu Menganalisis tingkat transmisi harga beras dari produsen ke konsumen di Indonesia, menganalisis faktor yang mempengaruhi pembentukan harga beras di tingkat konsumen akhir serta menganalisis perilaku pedagang dalam pembentukan harga beras di Indonesia. Data yang digunakan untuk menganalisis transmisi harga beras dari tingkat konsumen ke tingkat produsen dan faktor yang mempengaruhi pembentukan harga beras tingkat produsen yaitu data time series bulanan dari Juni 2011 sampai dengan Mei 2017. Error Correction Model (ECM) yang dikembangkan oleh von Cramon-Taubadel and Loy (1996) digunakan untuk menganalisis transmisi harga beras dari tingkat konsumen ke tingkat produsen serta faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukan harga beras tingkat konsumen, sedangkan untuk menganalisis perilaku pedagang beras digunakan analisis game theory
Hasil pengujian kausalitas menunjukkan bahwa harga beras di tingkat konsumen mempengaruhi pembentukan harga beras di tingkat produsen. Selanjutnya dilakukan estimasi ECM diperoleh hasil bahwa dalam jangka pendek transmisi harga beras dari tingkat konsumen ke tingkat produsen berjalan secara asimetri. Hal ini terjadi karena adanya adjustment cost yang tinggi yang dikeluarkan oleh pedagang perantara dan informasi yang asimetri. Sebaliknya dalam jangka panjang transmisi harga beras dari tingkat konsumen ke tingkat produsen berjalan secara simetri artinya saat terjadi kenaikan harga beras di tingkat konsumen maka produsen akan merespon dengan kenaikan harga dan sebaliknya saat terjadi penurunan harga beras di tingkat konsumen maka produsen
akan merespon dengan penurunan harga pada kecepatan yang sama. Setelah dilakukan uji Wald diperoleh hasil bahwa tidak terbukti terjadi transmisi harga asimetri dari tingkat konsumen ke tingkat produsen dalam jangka panjang sehingga kondisi ini menunjukkan bahwa dalam jangka panjang pemasaran beras di Provinsi Lampung efisien dari segi harga. Selain itu, kondisi ini juga mengindikasikan bahwa tidak terdapat penyalahgunaan market power yang dimiliki pedagang perantara.
Harga beras yang terbentuk di tingkat konsumen dipengaruhi oleh harga beras di tingkat grosir, harga beras di tingkat produsen, harga bahan bakar minyak dan harga beras di tingkat konsumen pada periode sebelumnya sedangkan harga beras impor tidak berpengaruh. | id |
