Respon Morfologi dan Fisiologi Tanaman Terung (Solanum melongena L.) terhadap Cekaman Salinitas
Abstract
Budidaya terung (Solanum melongena L.) membutuhkan tanah subur
untuk mengoptimalkan hasil panen, namun karena keterbatasan lahan subur, maka
diperlukan perluasan budidaya terung ke lahan sub optimal seperti tanah yang
bersifat salin. Sayangnya, budidaya di tanah salin menghadapi cekaman salinitas
yang bisa menghambat pertumbuhan dan mengurangi hasil panen. Genotipe
toleran terhadap cekaman salinitas dapat menjadi salah satu solusinya, oleh karena
itu perlu dikembangkan varietas-varietas yang bersifat toleran terhadap cekaman
salinitas, yang nantinya akan dijadikan sebagai induk donor pada program
pemuliaan tanaman yang toleran terhadap cekaman salinitas, sehingga tujuan dari
penelitian ini adalah untuk mempelajari respon morfologi dan fisiologi dari enam
genotipe terung hasil koleksi Pusat Kajian Hortikultura Tropika (PKHT) untuk
menentukan genotipe potensial yang akan digunakan sebagai induk toleran dalam
program pemuliaan terung.
Bahan tanaman yang digunakan adalah 6 genotipe terung (002, 032, 034,
061, 072 dan 081) dari 60 genotipe koleksi Pusat Kajian Hortikultura Tropika
(PKHT) IPB. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli 2014 sampai September
2015 di Rumah Kaca Departemen Biologi dan Laboratorium Fisiologi dan Biologi
Molekuler Tumbuhan, Departeman Biologi FMIPA, IPB. Penelitian ini dirancang
menggunakan rancangan acak kelompok yang terdiri dari dua faktor yaitu faktor
genotipe dengan 6 genotipe dan faktor perlakuan salinitas (NaCl) yang terdiri atas
4 taraf yaitu 0-1, 2-4, 5-7, 8-10 mS cm-1) dan diulang sebanyak 5 kali. Diawali
dengan penapisan 60 genotipe menjadi 6 genotipe dengan media tanam berupa
kapas basah dengan konsentrasi larutan garam 4 dan 16 mS cm-1 . 6 genotipe hasil
penapisan duji lanjut pada media tanam kompos, pasir, sekam bakar dan tanah
yang ditanam dalam polibag. Pemberian perlakuan salinitas dimulai dari 5 minggu
setelah tanam dan dilakukan setiap 2 hari sekali. Pengamatan peubah
pertumbuhan meliputi tinggi tajuk, panjang akar jumlah daun, persentase daun
mati, jumlah cabang, bobot basah dan kering tajuk, bobot basah dan kering akar,
umur berbunga (waktu berbunga), persentase kuncup dan bunga hidup dan
persentase kuncup dan bunga mati serta jumlah dan bobot buah, sedangkan
karakter fisiologis meliputi laju fotosintesis, laju transpirasi, konduktansi stomata,
CO2 interselular, kandungan klorofil daun kandungan air relatif daun, dan
akumulasi prolin. Data yang diperoleh dianalisis secara statistik menggunakan
analisis sidik ragam dan dilanjutkan dengan uji DMRT jika terdapat perbedaan
yang nyata pada tingkat kepercayaan α = 0.05 (SPSS versi 15.0). Pengelompokan
tanaman terung berdasarkan tingkat toleransinya terhadap cekaman salinitas
menggunakan nilai Stress Susceptibility Index (SSI) atau indek kepekaan cekaman.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa cekaman salinitas sampai 8-10 mS
cm-1 terhadap 6 genotipe terung menyebabkan penurunan terhadap keragaan
morfologi meliputi tinggi tanaman, jumlah daun, jumlah cabang, bobot basah dan
kering tajuk , bobot basah maupun kering akar, bobot buah dan meningkatkan
persentase kuncup bunga mati, serta menekan beberapa proses fisiologi tanaman
meliputi laju fotosintesis, laju transpirasi, konduktansi stomata, CO2 interselular,
konsentrasi klorofil dan kadar air relatif daun dan meningkatkan kandungan prolin,
akan tetapi cekaman salinitas tidak memberikan dampak yang signifikan terhadap
panjang akar, jumlah buah, umur berbunga, persentase daun mati, , persentase
kuncub bunga hidup. Berdasarkan nilai SSI, genotipe 061 dengan nilai SSI 0.71-
0.73 dan genotipe 072 dengan nilai SSI 0.66-0.91 dapat dikelompokkan sebagai
genotipe moderat terhadap salinitas, berdasarkan respon karakter morfologi dan
fisiologi, ke dua genotipe ini dapat dikaji kedepan untuk dijadikan tetua toleran
dalam program pemuliaan terung, sedangkan genotipe 002, 032, 034 dan 081
merupakan genotipe moderat ke peka karena memiliki nilai SSI 0.96-1.29.