Waktu Perkembangan dan Dinamika Populasi Wereng Batang Coklat Berdasarkan Variabilitas Iklim
View/ Open
Date
2017Author
Romadhon, Syahru
Koesmaryono, Yonny
Hidayati, Rini
Metadata
Show full item recordAbstract
Wereng batang coklat (WBC) atau Nilaparvata lugens Stal. adalah salah satu hama utama padi di Indonesia yang dapat mengakibatkan kerusakan parah dan meluas, serta hampir selalu muncul pada setiap musim tanam sehingga menimbulkan kerugian ekonomi yang besar, seringkali kejadian ledakan populasi (outbreaks) WBC diawali oleh kondisi iklim yang sangat cocok bagi WBC untuk hidup dan cepat berkembangbiak. Kabupaten Indramayu adalah salah satu wilayah endemik yang selalu terserang WBC dan merupakan wilayah sentra produksi padi nasional yang umumnya menanam padi dua hingga tiga kali dalam setahun baik di musim penghujan maupun musim kemarau. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan waktu perkembangan, dinamika populasi, dan mengidentifikasi hubungan antar faktor iklim yang mempengaruhi kehidupan WBC.Kesesuaian hasil simulasi waktu perkembangan WBC dari model dibandingkan waktu perkembangan WBC aktual menunjukkan hasil yang cukup baik dengan tingkat kesesuaian mencapai lebih dari 70% untuk fase telur dan imago, sedangkan untuk fase nimfa mencapai 24%. Waktu perkembangan pada setiap fase WBC bervariasi bergantung pada kondisi lingkungannya terutama oleh faktor suhu. Hasil keluaran model simulasi waktu perkembangan saat fase telur dan fase imago WBC sesuai dengan konsep satuan panas (heat unit) yaitu hingga 10 hari dan 28 hari berturut-turut, tetapi pada fase nimfa keluaran model simulasi diperoleh hasil yang kurang sesuai dengan konsep satuan panas. Hal ini disebabkan terdapat faktor lain yang lebih berpengaruh nyata selain suhu yang memperpanjang periode waktu perkembangan nimfa WBC. Hasil keluaran model simulasi untuk dinamika populasi menunjukkan kemunculan awal populasi WBC terlihat sejak bulan Desember dengan puncak kelimpahan populasi di bulan Januari (musim tanam utama), dan bulan Mei sampai Juli (musim tanam kemarau), hasil ini memiliki pola yang relatif sama dengan hasil observasi pengamatan lampu perangkap (light trap) WBC maupun dengan data luas serangan WBC dengan waktu tunda dua bulan dan menunjukkan bahwa model simulasi mampu memprediksi pola populasi dan luas serangan WBC dua bulan sebelum kejadian sebenarnya terjadi. Faktor suhu merupakan faktor iklim terkuat yang berpengaruh secara langsung terhadap tangkapan lampu perangkap WBC maupun terhadap luas serangan WBC, sedangkan faktor anomali suhu permukaan laut lokal di sekitar kabupaten Indramayu adalah faktor terkuat yang berpengaruh secara tidak langsung terhadap tangkapan lampu perangkap WBC berdasarkan model analisis jalur.