Show simple item record

dc.contributor.advisorSuharsono
dc.contributor.advisorMiftahudin
dc.contributor.authorSinaga, Ayu Oshin Yap
dc.date.accessioned2018-04-18T06:13:27Z
dc.date.available2018-04-18T06:13:27Z
dc.date.issued2017
dc.identifier.urihttp://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/91397
dc.description.abstractKentang (Solanum tuberosum L.) merupakan salah satu tanaman sumber karbohidrat yang cukup penting dan merupakan pangan alternatif pengganti makanan pokok. Produktivitas kentang di Indonesia sangat berfluktuatif yang disebabkan oleh penyakit pada tanaman kentang. Penyakit utama pada tanaman kentang yang disebabkan oleh bakteri adalah layu bakteri (Ralstonia solanacearum) dan busuk umbi (Erwinia carotovora) atau yang sekarang disebut Pectobacterium carotovorum subsp. Carotovorum yang menyebabkan gejala blackleg. Salah satu upaya penanggulangan penyakit ini adalah penggunaan kultivar unggul yang tahan terhadap patogen penyebab penyakit. Salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah rekayasa genetika dengan menggunakan gen ketahanan. C-lisozim adalah salah satu gen ketahanan yang telah banyak diketahui dan dimanfaatkan untuk merakit suatu tanaman yang tahan terhadap serangan penyakit yang disebabkan oleh bakteri. Gen c-lisozim telah diintegrasikan dengan tanaman kentang kultivar Atlantic. Analisis ekspresi gen tersebut dilakukan dengan quantitative PCR dan ketahanannya diuji dengan bakteri Ralstonia solanacearum dan Pectobacterium carotovorum subsp. Carotovorum baik secara in vitro dan rumah kaca. Secara in vitro seluruh klon tanaman transgenik (100%) terlihat tahan terhadap kedua bakteri tersebut. Sedangkan di rumah kaca, 6 klon transgenik tahan terhadap R. solanacearum dan P. carotovorum, sedangkan satu klon lainnya tergolong agak tahan. Tanaman transgenik mempunyai bobot basah tajuk, bobot umbi dan jumlah umbi yang lebih tinggi dibandingkan dengan tanaman kentang non-transgenik. Analisis ekspresi gen c-lisozim dengan Real Time Quantitative PCR dengan gen aktin sebagai standar menunjukkan bahwa keenam klon tanaman transgenik mengekspresikan gen c-lisozim jauh lebih tinggi daripada tanaman non-transgenik, yaitu berkisar 12-44 kali. Tingkat ekspresi gen c-lisozim berhubungan erat dengan tingkat resistensi tanaman kentang transgenik terhadap penyakit layu bakteri dan busuk lunak. Klon ATT1 mempunyai resistensi terhadap penyakit layu bakteri dan busuk lunak paling tinggi dan mempunyai ekspresi gen c-lisozim paling tinggi.id
dc.language.isoidid
dc.publisherBogor Agricultural University (IPB)id
dc.subject.ddcPlant biologyid
dc.subject.ddcLysotimeid
dc.subject.ddc2016id
dc.subject.ddcBogor-JABARid
dc.titleEkspresi Gen c-lisozim dan Ketahanan Kentang Transgenik (cv. Atlantic) terhadap Bakteri Ralstonia solanacearum dan Pectobacterium carotovorumid
dc.typeThesisid
dc.subject.keywordbusuk umbiid
dc.subject.keywordkentangid
dc.subject.keywordlayu bakteriid
dc.subject.keywordlisozimid
dc.subject.keywordresistensi, transgenikid


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record