dc.description.abstract | Perkembangan Usaha Mikro Kecil (UMK) sangat baik di Kota Bogor. UMK
yang berkembang baik salah satunya adalah usaha pembuatan tempe. Usaha
pembuatan tempe memiliki karakteristik yang unik yaitu suplai bahan baku tempe
yang seratus persen berasal dari impor. Hal ini mengindikasikan dengan adanya
ketergantungan bahan baku pada impor akan memengaruhi kegiatan usaha
pembuatan tempe seperti perubahan harga kedelai maupun ketersediaan kedelai di
pasar. Namun demikian, usaha pembuatan tempe ini bisa bertahan dalam waktu
yang lama meski perkembangannya usahanya tidak signifikan. Oleh karena itu,
dibutuhkan penelitian yang berkaitan dengan kinerja usaha dengan melihat orientasi
pasar sebagai salah satu faktor yang dapat meningkatkan kinerja usaha.
Tujuan dari penelitian ini adalah (1) Menganalisis faktor-faktor yang
memengaruhi orientasi pasar untuk meningkatkan kinerja usaha pada usaha mikro
kecil tempe di Kota Bogo; (2) Menganalisis indikator yang memengaruhi faktor
dari orientasi pasar untuk meningkatkan kinerja usaha pada usaha mikro kecil
tempe di Kota Bogor; (3) Menganalisis pengaruh orientasi pasar terhadap kinerja
usaha pada usaha mikro kecil tempe di Kota Bogor.
Penelitian ini dilakukan pada bulan Maret 2017 sampai Mei 2017. Lokasi
penelitian ini dilaksanakan kepada pelaku UMK tempe di Kota Bogor. Pemilihan
responden dalam penelitian ini menggunakan teknik purpossive sampling pada tiga
puluh pelaku UMK tempe yang tersebar di Kota Bogor. Data kuantitatif diperoleh
dengan menggunakan analisis Structural Equation Modelling (SEM) menggunakan
pendekatan smart partial least squares (smart PLS).
Hasil evaluasi pengukuran menunjukkan bahwa model telah lulus kriteria uji
validasi dan reliabilitas setelah melakukan satu kali respesifikasi. Indikator yang
dihilangkan adalah intelligence dissemination (X2) dan competitor intelligence
(X4). Model struktural (Inner model) dievaluasi dengan menggunakan R-square.
Hasil menunjukan bahwa nilai R-squares variabel endogen setelah dilakukan
respesifikasi sebesar 0,741 yang dapat diinterpretasikan bahwa sebesar 74,1 persen
dapat dijelaskan oleh model dan sisany 25,9 persen dijelaskan diluar model.
Berdasarkan hasil output PLS nilai variabel orientasi pasar yang signifikan
yaitu orientasi pelanggan dan orientasi pesaing memberikan hasil secara berturutturut
0,373 dan 0,371. Hal ini berarti setiap kenaikan orientasi pelanggan, orientasi
pesaing sebesar satu persen maka akan meningkatkan kinerja usaha sebesar 0,373
persen dan 0,371 persen. Pelaku usaha pembuatan tempe di Kota Bogor akan
mengalami peningkatan kinerja usahanya, apabila pelaku usaha tersebut dapat
menerapkan dan mengadopsi orientasi pasar dalam menjalankan usahanya.
Penerapan orientasi pasar adalah salah satu solusi dalam meningkatkan kinerja
usaha. | id |