dc.description.abstract | Perhutani dalam menentukan kelas hutan untuk setiap petaknya didasarkan
pada kondisi biofisik berupa Kerapatan Bidang Dasar (KBD), Derajat
Kesempurnaan Jumlah Pohon (DKN), Bonita, dan kesesuaian lahan, tidak terlalu
memerhatikan pengaruh sosial terhadap tutupan lahan di lapangan. Hal tersebut
mengakibatkan dinamika perubahan tutupan lahan tinggi. Kelas perusahaan KPH
Bogor berupa jenis pohon meranti dengan jumlah kelas di BKPH Jasinga-
Leuwiliang sebanyak 14 kelas hutan. Pengamatan kondisi tutupan lahan di lapang
dilakukan dengan metode purposive sampling dengan kriteria kelas hutan
bertegakan dan aksesbilitas. Titik pengamatan yang dibuat 109 titik
diklasifikasikan menjadi 21 kelas tutupan lahan menurut tingkat homogenitas,
heterogenitas, dan dominansi. Selain itu, 109 titik pengamatan dibagi menjadi tiga
kategori tutupan lahan didasarkan pada perbedaan kelas hutan dengan kondisi
lapangnya yaitu kelas hutan sesuai, kelas hutan berubah, dan kelas hutan kurang
detail. Hasil identifikasi tersebut diuji nilai keterpisahannya dengan dasar nilai
Digital Number (DN) dan tujuan manajemen. Penafsiran visual kelas tutupan
lahan hasil uji separebilitas pada citra landsat komposit terpilih dapat dibedakan
enam kelas tutupan lahan. | id |