Show simple item record

dc.contributor.advisorSuwardi
dc.contributor.advisorSumawinata, Basuki
dc.contributor.authorRahmi, Eka
dc.date.accessioned2018-04-04T02:02:54Z
dc.date.available2018-04-04T02:02:54Z
dc.date.issued2018
dc.identifier.urihttp://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/91244
dc.description.abstractSenyawa humat merupakan produk yang terbentuk selama proses dekomposisi bahan organik yang dapat ditemukan di lingkungan perairan, sedimen dan tanah. Senyawa humat pada lingkungan tanah dapat ditemukan pada tanah yang memiliki bahan organik tinggi seperti Andisol, Spodosol, dan gambut. Selain itu senyawa humat juga terkandung di dalam lignit. Senyawa humat yang terkandung dalam bahan tanah dan lignit tersebut dapat dimanfaatkan sebagai bahan ameliorant, karena antara lain senyawa humat memiliki peranan yang penting dalam memperbaiki kesuburan tanah dan pertumbuhan tanaman. Pemanfaatan senyawa humat yang terkandung di dalam bahan-bahan tersebut tidak mudah, karena senyawa humat perlu diekstrak terlebih dahulu. Cara ekstraksi dan jenis serta karakteristik bahan yang diekstrak akan menghasilkan senyawa humat yang berbeda satu sama lain. Berdasarkan hal tersebut, maka perlu dilakukan penelitian tentang karakteristik dan penggunaan senyawa humat hasil ekstraksi dari bahan yang berbeda untuk mengetahui pengaruhnya terhadap pertumbuhan tanaman. Proses ekstraksi dan analisis karakteristik senyawa humat dari berbagai bahan dilakukan di Laboratorium Pengembangan Sumberdaya Fisik Lahan Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Percobaan aplikasi senyawa humat hasil ekstraksi pada tanaman jagung dilakukan di rumah kaca Kebun Persemaian Permanen, Institut Pertanian Bogor. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kandungan C dan rasio C/N tertinggi dijumpai pada senyawa humat dari gambut, kandungan N tertinggi dijumpai pada humat dari Spodosol. Kemasaman total paling tinggi terdapat pada senyawa humat dari Andisol disusul oleh humat dari gambut, lignit, dan Spodosol. Kemasaman total yang tinggi didukung oleh gugus-gugus karboksil dan OHfenolat yang merefleksikan kompleksitas dari senyawa humat. Spektra hasil analisis dengan Fourier Transform Infra Red (FTIR) menunjukkan senyawa humat hasil penelitian didominasi oleh gugus –COOH dan –OH. Morfologi permukaan senyawa humat hasil Scanning Electron Microscopy (SEM) menunjukkan kerapatan dan bentuk yang berbeda-beda akibat perbedaan tingkat dekomposisi dan proses pembentukan dari masing-masing senyawa humat. Pemberian senyawa humat dari lignit dengan dosis 30 liter/ha (H4K2) merupakan perlakuan yang paling baik dalam meningkatkan pertumbuhan tanaman jagung ditandai dengan stimulasi lebar daun, jumlah daun, bobot biomassa tanaman, dan bobot kering akar yang lebih baik.id
dc.language.isoidid
dc.publisherIPB (Bogor Agricultural University)id
dc.subject.ddcSoil Agrotechnologyid
dc.subject.ddcAmeliorantid
dc.subject.ddc2017id
dc.subject.ddcBogor, Jawa Baratid
dc.titleKarakterisasi Senyawa Humat Hasil Ekstraksi Beberapa Bahan dan Pengaruhnya terhadap Pertumbuhan Tanaman Jagung (Zea mays).id
dc.typeThesisid
dc.subject.keywordamelioranid
dc.subject.keywordgugus fungsionalid
dc.subject.keywordsenyawa humatid


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record