dc.description.abstract | Tandan kosong kelapa sawit (TKKS) memiliki potensi sebagai sumber
nanoserat untuk penguat film komposit karena dapat diperbaharui, dapat
terdegradasi, berdensitas rendah, pengganti serat sintetis, dan memiliki sifat
mekanis yang baik. Metode isolasi nanoserat dapat dilakukan melalui metode
mekanik, kimiawi, biologi, atau kombinasi ketiga metode di atas. Di sisi lain,
polimer polivinil alkohol (PVA) dan citosan dapat dicampurkan untuk
mendapatkan sifat-sifat baru film komposit, yaitu mudah terdegradasi, sifat fisis
dan mekanik yang baik, penghalang air dan oksigen, dan antimikroba. Untuk
memaksimalkan sifat polimer campuran tersebut, nanoserat TKKS dapat
digunakan sebagai bahan penguat. Penelitian ini terdiri dari tiga tahap, yaitu: 1)
karakterisasi sifat−sifat dasar kumpulan pembuluh TKKS, 2) isolasi nanoserat
TKKS dengan metode mekanik multitahap atau steam explosion berperlakuan
kimiawi, dan 3) fabrikasi dan karakterisasi film komposit PVA/citosan/nanoserat
TKKS.
Pada penelitian tahap I, perlakuan panas suhu 190 ºC dapat mengubah sifat
dasar (sifat morfologi, kimiawi, dan panas) kumpulan pembuluh TKKS. Terjadi
perubahan warna selama perlakuan pengovenan kumpulan pembuluh TKKS dan
silika masih terdeposit pada kumpulan pembuluh TKKS. Setelah penggilingan
selama 27 menit pada 2895 rpm, serat mengalami kerusakan, tidak rata, dan
bergelombang pada permukaan luar. Selain itu, ukuran partikel serat yang
dihasilkan berkisar antara 322.25 hingga 479.80 nm dan terjadi perubahan
persentase elemen kimiawi dari C, O, K, dan Si. Stabilitas panas hasil pengovenan
dan penggilingan TKKS mengalami sedikit perubahan pada puncak suhu
evaporasi, degradasi hemiselulosa, dan degradasi selulosa dan lignin.
Pada tahap penelitian II, nanoserat TKKS berhasil diisolasi dengan metode
mekanik multitahap (nanoserat lignoselulosa) dan steam explosion berperlakuan
kimiawi (selulosa termikrofibrilasi). Nanoserat lignoselulosa (LCNFs) memiliki
permukaan yang tidak rata, tidak halus, dan teragregasi setelah dikeringan dengan
oven. Ukuran optimal LCNFs yang berhasil diisolasi antara 53.72 hingga 446.80
nm untuk penggilinggan 7 kali dengan sifat stabilitas panas paling rendah. Terjadi
pergeseran bilangan gelombang, perubahan polimorfik selulosa, penurunan
ukuran kristal atom, dan peningkatan kristalinitas dengan peningkatan waktu
penggilingan. Penggilingan bervibrasi diprediksi dapat mentransformasi selulosa I
ke selulosa II dikarenakan bagian amorf LCNFs sangat rentan untuk mengalami
penyusunan struktural dan molekuler. Setelah mengalami pengovenan, selulosa
termikrofibrilasi (MFC) memiliki permukaan luar yang halus dan rata dengan
bentuk nanoserat individu agak bulat keovalan. Rentang diameter MFC berkisar
antara 23.45 nm hingga 77.65 nm untuk perlakuan satu kali steam explosion.
Selulosa termikrofibrilasi memiliki bentuk selulosa I, dan mengalami penurunan
elemen Si, hemiselulosa, dan lignin. Peningkatan waktu steam explosion
meningkatkan derajat kristalin dan stabilitas panas MFC.
Pada tahap penelitian III, PVA/citosan film komposit diproduksi dengan
metode solvent casting dengan konsentrasi bahan penguat LCNFs (0%, 0.5%, 1%,
2.5%, 5%, 7.5%, and 10%) dan MFC (0%, 0.5%, 1%, 1.5%, 2.5%, 5%, dan 7.5%)
yang berbeda−beda. Peningkatan konsentrasi LCNFs di atas 0.5% dan MFC di
atas 5% pada polimer campuran PVA/citosan menyebabkan kekasaran dan
diskontinuitas, dan munculnya tonjolan keluar dan agregasi serat pada permukaan
film komposit. Penambahan bahan penguat tersebut meningkatkan penyusunan
molekular amorf film dan mengubah struktural periodik kristal film. Bahan
penguat amorf LCNFs mengurangi proses nukleasi sedangkan kristalin MFC
meningkatkan proses nukleasi pada polimer campuran sehingga mempengaruhi
sifat mekanis film komposit. Terdapat pergeseran bilangan gelombang dan
perubahan intensitas dari PVA/citosan film komposit ketika diperkuat dengan
LCNFs dan MFC, yang mengindikasikan adanya interaksi kimia antara bahan
penguat dan polimer komposit. Penambahan bahan penguat LCNFs dan MFC ke
dalam polimer PVA/citosan meningkatkan suhu degradasi maksimum film
komposit. Distribusi bahan penguat LCNFs 0.5% dan MFC 5% yang terdistribusi
homogen pada polimer matrik dapat meningkatkan kekuatan tarik secara
optimum. Film komposit yang diperkuat dengan LCNF dan MFC tidak
menunjukkan zona inhibisi yang mengindikasikan bahwa film tersebut tidak
memiliki sifat antibakteri terhadap Escherichia coli dan Staphylococcus aureus
dan antijamur terhadap Candida albicans dan Ganoderma sp.
Serat TKKS memiliki potensi sebagai sumber nanoserat (LCNFs dan MFC)
untuk bahan penguat dan pengisi film komposit PVA/citosan. Isolasi LCNFs
dapat dilakukan dengan metode multitahap mekanik, yaitu: penggilingan
cakram−kering, penggilingan bervibrasi, dan ultrasonikasi. Sementara itu, isolasi
MFC dilakukan dengan steam explosion dibantu dan proses kimia alkali dan
fibrilasi. Bagian amorf dari selulosa, lignin, hemiselulosa, dan ekstraktif
mendominasi LCNFs tetapi lignin dan hemiselulosa sedikit terdeposisi pada MFC.
Penambahan LCNFs 0.5% dan MFC 5% pada polimer campuran PVA/citosan
memiliki transparansi, stabilitas panas, dan kekuatan tarik yang baik. Akan tetapi,
LCNFs dan MFC yang ditambahkan pada PVA/citosan film komposit tidak
mempunyai sifat antibakteri dan antijamur. | id |