dc.description.abstract | Kerusakan hutan mangrove yang terjadi telah mengakibatkan turunnya
penyimpan karbon dan penyerap CO2 dari atmosfer. Karbon erat kaitannya
dengan biomassa, sehingga dalam menduga potensi simpanan karbon suatu hutan
dapat dilakukan dengan menduga potensi biomassanya. Pengembangan model
alometrik yang diperoleh dari destructive sampling merupakan cara pendugaan
potensi biomassa dan karbon yang akurat. Adapun model alometrik biomassa
pohon hutan mangrove yang telah dikembangkan di Indonesia masih sedikit dan
terbatas pada daerah tertentu saja. Selanjutnya, pengembangan model alometrik
biomassa pohon bagian atas (above-ground biomass/AGB) dan bawah tanah
(below-ground biomass/BGB) untuk jenis Sonneratia spp. belum dilakukan,
sehingga sangat penting untuk diteliti. Hal ini dikarenakan jenis tersebut
merupakan jenis pionir yang berperan sebagai penahan gelombang air laut
pertama dan membantu pengikatan sedimen pada hutan mangrove.
Penelitian dilaksanakan selama tiga bulan, yaitu dari bulan Januari–Maret
2017. Pengambilan data lapang dilakukan di hutan mangrove Bagian Kesatuan
Pemangkuan Hutan (BKPH) Rawa Timur, Cilacap, Perum Perhutani Divisi
Regional Jawa Tengah (7030’–7044’ LS dan 108042’–10902’ BT). Adapun analisis
kimia karbon bagian pohon dilakukan di Laboratorium Kimia Kayu dan Energi,
Puslitbang Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Bogor, Jawa Barat.
Penelitian dilakukan dengan menganalisis vegetasinya terlebih dahulu,
untuk mengetahui sebaran dan potensinya. Enam petak ukur (PU) berukuran 50 x
50 m (1.50 ha) diletakan secara acak pada lokasi terpilih. Pada setiap PU
diidentifikasi nama dan jumlah individu jenis, diameter batang, dan tinggi tajuk
pohon yang ditemukan. Selanjutnya 30 pohon Sonneratia spp. ditebang dan pada
masing-masing pohon tersebut dipisahkan bagian batang, cabang, ranting, daun,
bunga–buah, akar nafas, dan akar dalam tanah. Bagian yang telah diambil
kemudian ditimbang berat basahnya dan diambil contoh sebanyak 500 g untuk
diuji biomassa dan karbon terikatnya di laboratorium. Adapun pengambilan
contoh kerapatan kayu dilakukan dengan membuat contoh uji berukuran 2 cm x 2
cm x 2 cm sebanyak lima buah pada masing-masing pangkal segmen batang dan
pengukuran specific leaf area (SLA) dilakukan dengan mengambil contoh daun
sebanyak 50 g. Pengembangan model alometrik dilakukan menggunakan analisis
regresi non-linier dan terdapat sembilan persamaan yang dieksplorasi untuk
mendapatkan model alometrik terbaik, yang terdiri dari fungsi power dan
eksponensial. Selanjutnya model terbaik dipilih berdasarkan kriteria: (1) sisaan
menyebar acak dan tidak membentuk pola tertentu (homokedastisitas); (2) nilai pvalue
< 0.05; (3) nilai Akaike Information Criteria (AIC), Bayesian Information
Criteria (BIC), dan simpangan baku (RMSE) paling kecil; dan (4) nilai R2 dan R2
terkoreksi (R2adj) paling besar. Model alometrik terbaik akan digunakan untuk
menduga potensi biomassa dan karbon jenis Sonneratia spp., sedangkan untuk
jenis lainnya menggunakan model alometrik yang telah tersedia.
Hasil analisis vegetasi menunjukkan bahwa terdapat 14 jenis tumbuhan
mangrove (9 jenis mayor dan 5 jenis minor) yang berasal dari 10 genera dari 8
famili. Rhizophora apiculata mendominasi tingkat semai dan pancang serta
Avicennia alba mendominasi tingkat pohon, sedangkan jenis Sonneratia spp.
merupakan jenis kodominan pada tingkat pohon. Adapun jenis-jenis penyusunnya
memiliki diameter batang berkisar antara 1.2–39.4 cm dengan tinggi tajuk
berkisar antara 0.5–17.3 m. Kelas diameter batang 2–5 cm dan kelas tinggi tajuk
0.5–5 m memiliki kerapatan individu terbanyak, yaitu secara berturut-turut
sebesar 20 533 ind ha-1 (79.52% dari individu total) dan 21 675 ind ha-1 (83.95%
dari individu total).
Karakteristik pohon contoh Sonneratia spp. menunjukkan bahwa besarnya
biomassa (W) rata-rata per pohon adalah 34.21 kg (82% AGB dan 18% BGB).
Proporsi biomassa terbesar terdapat pada bagian batang (32%), yang selanjutnya
diikuti oleh bagian akar dalam tanah (18%), ranting dan daun (masing-masing
17%), cabang (12%), akar nafas (4%), dan bunga–buah (0.4%). Diameter
batangnya (D) berkisar antara 1.3–20.0 cm dengan tinggi tajuk (H) berkisar antara
1.48–9.76 m dan kerapatan kayu (ρ) sebesar 0.20–0.65 g cm-3. Selain itu, jenis
Sonneratia spp. memiliki SLA berkisar antara 33.5–43.6 cm2 g-1 dengan leaf area
index (LAI) berkisar antara 2.28 ± 0.59–3.82 ± 0 m2 m-2 dan nisbah pucuk akar
(NPA) sebesar 5.83 ± 1.11–1.88 ± 0. Selanjutnya volume batangnya berkisar
antara 0.0019–0.1381 m3 dengan nilai Biomass Expansion Factor (BEF) berkisar
antara 2.40 ± 0–3.10 ± 0.28 dan Biomass Conversion and Expansion Factor
(BCEF) sebesar 1 413 ± 160.58–1 590.61 ± 0 kg m-3.
Hasil analisis laboratorium menunjukkan bahwa kadar air pada setiap
bagian pohon Sonneratia spp. bervariasi antara 8–60%. Akar nafas dan ranting
memiliki kadar air terbesar (23–60%), sedangkan cabang dan batang memiliki
kadar air terendah (8–46%). Adapun kandungan kimia kayunya, yaitu sebagian
besar adalah zat terbang (65.07–77.90%), sisanya adalah karbon terikat (19.31–
27.90%) dan abu (2.14–10.33%). Selanjutnya, kandungan karbon terikat terbesar
terdapat pada bagian bunga–buah (27.90 ± 0.70 %) dan terendah pada bagian
batang (19.96 ± 0.60 %).
Berdasarkan karakteristik pohon contoh yang ada, maka model alometrik
biomassa terbaik bagian-bagian pohon Sonneratia spp. adalah: W = 0.056
(D2H)0.912 untuk batang, W = 0.011 D3.604H-1.081 untuk cabang, W = 0.090 D3.501H-
1.910 untuk ranting, W = 0.217 D2.411H-0.973 untuk daun, W = ρ exp (82.591 - 423.7
ln (D) + 277.3 (ln (D))2 – 48.4 (ln (D))3) untuk bunga–buah, W = 0.040 exp
(0.320 D) untuk akar nafas, W = 0.230 ρ (D2H)0.740 untuk BGB, W = 0.258 D2.287
untuk AGB, dan W = 0.299 D2.300 untuk total. Biomassa masing-masing bagian
pohon tersebut juga dapat dijelaskan dengan baik menggunakan persamaan yang
hanya terdiri dari variabel diameter batang (R2 dan R2adj > 0.70), kecuali pada
bagian ranting dan bunga–buah. Selanjutnya biomassa dan karbon masing-masing
bagian pohon menunjukkan hubungan linier positif, yaitu kandungan karbon
meningkat seiring dengan meningkatnya biomassa. Adapun besarnya potensi
biomassa dan karbon pohon hutan mangrove BKPH Rawa Timur secara berturutturut
adalah 308.4 ± 55.7 t ha-1 dan 139.1 ± 25.7 t C ha-1. Potensi biomassa dan
karbon pohon jenis Sonneratia spp. hanya berkisar 8% total. | id |