Show simple item record

dc.contributor.advisorKusmana, Cecep
dc.contributor.advisorTiryana, Tatang
dc.contributor.authorHidayat, Topik
dc.date.accessioned2018-02-22T07:41:05Z
dc.date.available2018-02-22T07:41:05Z
dc.date.issued2017
dc.identifier.urihttp://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/91100
dc.description.abstractKerusakan hutan mangrove yang terjadi telah mengakibatkan turunnya penyimpan karbon dan penyerap CO2 dari atmosfer. Karbon erat kaitannya dengan biomassa, sehingga dalam menduga potensi simpanan karbon suatu hutan dapat dilakukan dengan menduga potensi biomassanya. Pengembangan model alometrik yang diperoleh dari destructive sampling merupakan cara pendugaan potensi biomassa dan karbon yang akurat. Adapun model alometrik biomassa pohon hutan mangrove yang telah dikembangkan di Indonesia masih sedikit dan terbatas pada daerah tertentu saja. Selanjutnya, pengembangan model alometrik biomassa pohon bagian atas (above-ground biomass/AGB) dan bawah tanah (below-ground biomass/BGB) untuk jenis Sonneratia spp. belum dilakukan, sehingga sangat penting untuk diteliti. Hal ini dikarenakan jenis tersebut merupakan jenis pionir yang berperan sebagai penahan gelombang air laut pertama dan membantu pengikatan sedimen pada hutan mangrove. Penelitian dilaksanakan selama tiga bulan, yaitu dari bulan Januari–Maret 2017. Pengambilan data lapang dilakukan di hutan mangrove Bagian Kesatuan Pemangkuan Hutan (BKPH) Rawa Timur, Cilacap, Perum Perhutani Divisi Regional Jawa Tengah (7030’–7044’ LS dan 108042’–10902’ BT). Adapun analisis kimia karbon bagian pohon dilakukan di Laboratorium Kimia Kayu dan Energi, Puslitbang Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Bogor, Jawa Barat. Penelitian dilakukan dengan menganalisis vegetasinya terlebih dahulu, untuk mengetahui sebaran dan potensinya. Enam petak ukur (PU) berukuran 50 x 50 m (1.50 ha) diletakan secara acak pada lokasi terpilih. Pada setiap PU diidentifikasi nama dan jumlah individu jenis, diameter batang, dan tinggi tajuk pohon yang ditemukan. Selanjutnya 30 pohon Sonneratia spp. ditebang dan pada masing-masing pohon tersebut dipisahkan bagian batang, cabang, ranting, daun, bunga–buah, akar nafas, dan akar dalam tanah. Bagian yang telah diambil kemudian ditimbang berat basahnya dan diambil contoh sebanyak 500 g untuk diuji biomassa dan karbon terikatnya di laboratorium. Adapun pengambilan contoh kerapatan kayu dilakukan dengan membuat contoh uji berukuran 2 cm x 2 cm x 2 cm sebanyak lima buah pada masing-masing pangkal segmen batang dan pengukuran specific leaf area (SLA) dilakukan dengan mengambil contoh daun sebanyak 50 g. Pengembangan model alometrik dilakukan menggunakan analisis regresi non-linier dan terdapat sembilan persamaan yang dieksplorasi untuk mendapatkan model alometrik terbaik, yang terdiri dari fungsi power dan eksponensial. Selanjutnya model terbaik dipilih berdasarkan kriteria: (1) sisaan menyebar acak dan tidak membentuk pola tertentu (homokedastisitas); (2) nilai pvalue < 0.05; (3) nilai Akaike Information Criteria (AIC), Bayesian Information Criteria (BIC), dan simpangan baku (RMSE) paling kecil; dan (4) nilai R2 dan R2 terkoreksi (R2adj) paling besar. Model alometrik terbaik akan digunakan untuk menduga potensi biomassa dan karbon jenis Sonneratia spp., sedangkan untuk jenis lainnya menggunakan model alometrik yang telah tersedia. Hasil analisis vegetasi menunjukkan bahwa terdapat 14 jenis tumbuhan mangrove (9 jenis mayor dan 5 jenis minor) yang berasal dari 10 genera dari 8 famili. Rhizophora apiculata mendominasi tingkat semai dan pancang serta Avicennia alba mendominasi tingkat pohon, sedangkan jenis Sonneratia spp. merupakan jenis kodominan pada tingkat pohon. Adapun jenis-jenis penyusunnya memiliki diameter batang berkisar antara 1.2–39.4 cm dengan tinggi tajuk berkisar antara 0.5–17.3 m. Kelas diameter batang 2–5 cm dan kelas tinggi tajuk 0.5–5 m memiliki kerapatan individu terbanyak, yaitu secara berturut-turut sebesar 20 533 ind ha-1 (79.52% dari individu total) dan 21 675 ind ha-1 (83.95% dari individu total). Karakteristik pohon contoh Sonneratia spp. menunjukkan bahwa besarnya biomassa (W) rata-rata per pohon adalah 34.21 kg (82% AGB dan 18% BGB). Proporsi biomassa terbesar terdapat pada bagian batang (32%), yang selanjutnya diikuti oleh bagian akar dalam tanah (18%), ranting dan daun (masing-masing 17%), cabang (12%), akar nafas (4%), dan bunga–buah (0.4%). Diameter batangnya (D) berkisar antara 1.3–20.0 cm dengan tinggi tajuk (H) berkisar antara 1.48–9.76 m dan kerapatan kayu (ρ) sebesar 0.20–0.65 g cm-3. Selain itu, jenis Sonneratia spp. memiliki SLA berkisar antara 33.5–43.6 cm2 g-1 dengan leaf area index (LAI) berkisar antara 2.28 ± 0.59–3.82 ± 0 m2 m-2 dan nisbah pucuk akar (NPA) sebesar 5.83 ± 1.11–1.88 ± 0. Selanjutnya volume batangnya berkisar antara 0.0019–0.1381 m3 dengan nilai Biomass Expansion Factor (BEF) berkisar antara 2.40 ± 0–3.10 ± 0.28 dan Biomass Conversion and Expansion Factor (BCEF) sebesar 1 413 ± 160.58–1 590.61 ± 0 kg m-3. Hasil analisis laboratorium menunjukkan bahwa kadar air pada setiap bagian pohon Sonneratia spp. bervariasi antara 8–60%. Akar nafas dan ranting memiliki kadar air terbesar (23–60%), sedangkan cabang dan batang memiliki kadar air terendah (8–46%). Adapun kandungan kimia kayunya, yaitu sebagian besar adalah zat terbang (65.07–77.90%), sisanya adalah karbon terikat (19.31– 27.90%) dan abu (2.14–10.33%). Selanjutnya, kandungan karbon terikat terbesar terdapat pada bagian bunga–buah (27.90 ± 0.70 %) dan terendah pada bagian batang (19.96 ± 0.60 %). Berdasarkan karakteristik pohon contoh yang ada, maka model alometrik biomassa terbaik bagian-bagian pohon Sonneratia spp. adalah: W = 0.056 (D2H)0.912 untuk batang, W = 0.011 D3.604H-1.081 untuk cabang, W = 0.090 D3.501H- 1.910 untuk ranting, W = 0.217 D2.411H-0.973 untuk daun, W = ρ exp (82.591 - 423.7 ln (D) + 277.3 (ln (D))2 – 48.4 (ln (D))3) untuk bunga–buah, W = 0.040 exp (0.320 D) untuk akar nafas, W = 0.230 ρ (D2H)0.740 untuk BGB, W = 0.258 D2.287 untuk AGB, dan W = 0.299 D2.300 untuk total. Biomassa masing-masing bagian pohon tersebut juga dapat dijelaskan dengan baik menggunakan persamaan yang hanya terdiri dari variabel diameter batang (R2 dan R2adj > 0.70), kecuali pada bagian ranting dan bunga–buah. Selanjutnya biomassa dan karbon masing-masing bagian pohon menunjukkan hubungan linier positif, yaitu kandungan karbon meningkat seiring dengan meningkatnya biomassa. Adapun besarnya potensi biomassa dan karbon pohon hutan mangrove BKPH Rawa Timur secara berturutturut adalah 308.4 ± 55.7 t ha-1 dan 139.1 ± 25.7 t C ha-1. Potensi biomassa dan karbon pohon jenis Sonneratia spp. hanya berkisar 8% total.id
dc.language.isoidid
dc.publisherBogor Agricultural University (IPB)id
dc.subject.ddcSilvicultureid
dc.subject.ddcBiomassa modelid
dc.subject.ddc2017id
dc.subject.ddcCilacap-JATENGid
dc.titleModel Penduga Biomassa Bagian Atas (Above-Ground) dan Bawah Tanah (Below-Ground) Kelompok Jenis Sonneratia sppid
dc.typeThesisid
dc.subject.keywordbiomassaid
dc.subject.keywordbiometrika hutanid
dc.subject.keywordhutan mangroveid
dc.subject.keywordkarbonid
dc.subject.keywordSonneratia sppid


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record