dc.description.abstract | Boktor (Xystrocera festiva) merupakan salah satu hama yang paling parah
dan merugikan bagi hutan tanaman sengon (Falcataria moluccana). Boktor
menyerang batang pohon sengon dengan cara menggerek batang dan meninggalkan
lubang gerek. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis insidensi serangan
dan tingkat kerusakan tegakan sengon akibat hama boktor dari segi umur, diameter,
dan tinggi pohon, serta menganalisis karakteristik kimia kayu dari kayu-kayu yang
terserang. Data lapangan diambil dari tegakan sengon berumur 1 hingga 5 tahun di
RPH Pandantoyo, BKPH Pare, KPH Kediri, Perum Perhutani Unit II Jawa Timur.
Data yang diambil berupa diameter, tinggi bebas cabang, tinggi total, jumlah larva,
jumlah lubang gerek, dan jumlah pohon yang terserang. Sampel batang dari plot
contoh tegakan umur 2, 3 dan 4 tahun ditebang sebanyak 1 pohon, dengan kriteria
pohon umur 2 tahun mewakili tegakan sehat (belum terserang) dan pohon umur 3
dan 4 tahun mewakili tegakan terserang. Ekstraksi dan uji fitokimia menggunakan
beberapa reagen pendeteksi senyawa metabolit sekunder. Karakteristik kimia kayu
sengon dilakukan dengan mengamati sifat anatomi kayu (berupa diameter lubang
pori), sifat kimia kayu (kadar holoselulosa, α-selulosa, selulosa, hemiselulosa,
lignin, dan zat ekstraktif), serta analisis pirolisis.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa serangan boktor terjadi pada tegakan
sengon umur 3 tahun dengan insidensi serangan dan tingkat kerusakan masingmasing
sebesar 20.26 % dan 13.32%. Hasil pengamatan anatomi kayu
menunjukkan bahwa kayu sengon umur 2 tahun memiliki diameter pori berukuran
149.552±34.983 μm, umur 3 tahun berukuran 140.451±30.685 μm, dan kayu
sengon umur 4 tahun berukuran 165.185±37.213 μm. Tidak ditemukan adanya
hubungan antara pori kayu sengon dengan perilaku menggerek larva boktor atau
pemilihan batang sengon untuk digerek. Hasil uji fitokimia menunjukkan bahwa
kayu sengon yang sehat maupun yang terserang tidak mengandung alkaloid dan
tanin. Peningkatan kadar saponin dan steroid pada kayu sengon yang terserang
menandakan bahwa terhadap serangan boktor, fungsi steroid dan saponin sebagai
salah satu bentuk pertahanan diri kurang berperan. Hasil analisis kimia kayu
menunjukkan bahwa penurunan kadar hemiselulosa pada kayu yang terserang
(umur 3 dan 4 tahun) bila dibandingkan dengan kayu sehat (umur 2 tahun), dan
berbanding terbalik dengan kadar ligninnya disebabkan oleh preferensi makan larva
boktor yang lebih mudah mencerna hemiselulosa dibandingkan lignin. Hasil
analisis pirolisis menunjukkan bahwa komponen kimia penyusun zat ekstraktif
yang terkandung dalam kayu yang sehat tetapi tidak ada dalam kayu yang terserang
adalah senyawa 4,11-dioxa-3,5-dimethyl tetracycloundecane. Diduga senyawa
inilah yang merupakan penanda serangan boktor pada periode awal pertumbuhan. | id |