Kajian Tipologi Desa Berdasarkan Status Perkembangan dan Kemandirian Desa.
View/ Open
Date
2017Author
Budiarto, Tri
Rustiadi, Ernan
Dharmawan, Arya Hadi
Metadata
Show full item recordAbstract
Kebijakan pembangunan di masa lalu cenderung lebih mengedepankan kepada pentingnya pencapaian pertumbuhan ekonomi. Pembangunan desa dan kawasan perdesaan secara komprehensif merupakan faktor penting bagi pembangunan daerah, pengentasan kemiskinan, dan pengurangan kesenjangan antar wilayah. Perencanaan pembangunan daerah memerlukan informasi dan data mengenai perbandingan perkembangan dan kemandirian antar desa.
Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi status perkembangan desa, mengidentifikasi status kemandirian desa, dan memetakan tipologi desa berdasarkan status perkembangan dan kemandirian desa. Penelitian dilakukan di Kabupaten Bogor, penentuan status perkembangan desa dibangun dengan 11 indikator sedangkan status kemandirian desa didasarkan atas enam indikator. Penelitian menggunakan data sekunder dari BPS yaitu PODES Tahun 2014 atas 434 desa di Kabupaten Bogor. Data primer digunakan untuk mendukung hasil analisis diambil dengan observasi lapangan pada dua desa perwakilan tipologi yang dipilih. Data kualitatif dipakai untuk mendukung data-data kuantitatif sebelumnya.
Berdasarkan status perkembangan, terdapat 187 desa berstatus desa berkembang dan 247 desa berstatus desa tertinggal. Secara spasial, wilayah yang maju cenderung tersebar merata di daerah pinggiran perkotaan dan beberapa kecamatan yang berada di posisi sebelah utara dari Kabupaten Bogor. Berdasarkan status kemandirian terdapat 78 desa dan 356 desa tergolong tidak mandiri. Secara spasial wilayah yang cenderung tidak mandiri air dan pangan ialah wilayah yang berada di Kabupaten Bogor sebelah utara. Sedangkan, wilayah yang mandiri relatif ada di bagian barat dan timur dari Kabupaten Bogor. Berdasarkan status perkembangan dan kemandirian yang disusun sebelumnya, maka terdapat tiga desa masuk tipologi I (maju dan mandiri), 184 desa tipologi II (maju dan tidak mandiri) yang secara keruangan berada di dekat daerah perkotaan, seperti Kecamatan Citeurep, dan Kecamatan Bojonggede. Selanjutnya, ada 172 desa termasuk tipologi III (tertinggal dan tidak mandiri) yakni daerah ini berada di sebelah ujung timur dan ujung barat dari Kabupaten Bogor meliputi Kecamatan Jasinga, Kecamatan Cibungbulang; dan terakhir ada 75 desa termasuk tipologi IV (tertinggal dan mandiri) meliputi beberapa kecamatan yakni Kecamatan Sukajaya, dan Kecamatan Sukamakmur. Nilai korelasi Spearman antara perkembangan dan kemandirian desa adalah -0,371 artinya bahwa semakin maju status perkembangannya cenderung semakin tidak mandiri. Sebaliknya, kecenderungan desa mandiri adalah desa-desa yang relatif tidak maju atau tertinggal. Berdasarkan pada hubungan tersebut, muncul gagasan bahwa di Kabupaten Bogor menghasilkan muka dua pembangunan.
Collections
- MT - Economic and Management [2962]