dc.description.abstract | Sektor industri kimia dasar memiliki prospek yang cerah namun kontribusi
terhadap nilai ekspor nasional masih rendah khususnya pada industri oleokimia,
sehingga membuat pemerintah memberlakukan beberapa kebijakan dan upaya di
level pelaksana. Peningkatan kapasitas produksi dan stimulasi pertumbuhan bisnis
baru merupakan upaya yang dilakukan pada industri ini. Ketersediaan bahan baku
yang melimpah memunculkan peluang untuk merealisasikan peningkatan ekspor
produk olahan di sektor industri olekimia.
PT XYZ merupakan salah satu perusahaan yang bergerak di industri
oleokimia yang telah menerapkan manajemen rantai pasok dan melakukan
peningkatan kapasitas produksi. Munculnya perusahaan baru menyebabkan
terjadinya persaingan antar perusahaan dalam memberikan pelayanan terbaik
kepada pelanggan, sehingga perlu melihat efisiensi sediaan minyak inti sawit
sebagai bahan baku dan kinerja rantai pasok pada PT XYZ yang menjadi subjek
tujuan penelitian ini. Metode yang digunakan untuk mengukur efisiensi sediaan
minyak inti sawit sebagai bahan baku adalah Economic Order Quantity (EOQ),
sedangkan metode yang digunakan untuk mengukur kinerja rantai pasok adalah
Supply Chain Operation Reference (SCOR). Penelitian ini dibatasi pada bahan
baku PKO dari pemasok dan produk lauric acid 99 persen dan myristic acid 99
persen yang diproduksi oleh PT XYZ.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa metode sediaan bahan baku dengan
menggunakan metode EOQ dapat menghemat 2 865.1 USD atau 0.003 persen
dibandingkan dengan metode perusahaan. Bila dilihat dari jumlah pemesanan
dengan menggunakan metode EOQ dalam setahun sebanyak 436 kali tidak dapat
dilakukan oleh PT XYZ. Perusahaan melakukan pemesanan sebanyak 44 kali
selama setahun, namun pengiriman bahan baku disesuaikan dengan kebutuhan
produksi harian. Hal ini disebabkan oleh hubungan antara pemasok dan PT XYZ
yang berada dalam satu grup, sehingga kegiatan dari hulu hingga hilir terintegrasi
dengan baik. Aliran rantai pasok PT XYZ melibatkan pemasok, perusahaan (PT
XYZ), dan langsung ke pelanggan. Kinerja rantai pasok PT XYZ dapat dikatakan
belum optimal karena nilai matrik Perfect Order Fullfilment (POF) sebesar 88.36
persen lebih rendah dibandingkan dengan target perusahaan. Sedangkan matrik
Order Fullfilment Cycle Time (OFCT) selama 44 hari dan Cash to Cash Cycle Time
(CTCCT) selama 51 hari sesuai dengan target. Pada level 2, PT XYZ melakukan
seluruh kegiatan pada proses planning (P1-P5), executing (S2, M1, M2, M3, D2,
D3, dan DR1) dan enabling. Pada pemetaan level 2 diperoleh hasil bahwa proses
deliver memiliki kinerja paling rendah dibandingkan sources dan make.
Selanjutnya dilihat level 3 guna memaparkan lebih detil lagi proses deliver yang
merupakan kinerja paling rendah. | id |