Show simple item record

dc.contributor.advisorSuharno
dc.contributor.advisorJahroh, Siti
dc.contributor.authorAmiruddin, Achmad
dc.date.accessioned2018-02-22T02:08:21Z
dc.date.available2018-02-22T02:08:21Z
dc.date.issued2017
dc.identifier.urihttp://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/90926
dc.description.abstractKelapa sawit merupakan salah satu komoditi hasil perkebunan yang mempunyai peran penting dalam perekonomian di Indonesia dan juga merupakan komoditi ekspor sebagai penghasil devisa negara selain minyak dan gas. Kelapa sawit menghasilkan produk utama yaitu minyak sawit atau Crude Palm Oil (CPO) dan produk turunan lainnya seperti RBD palm olein dan Palm Fatty Acid Distillate (PFAD). Sebagai produk utama, CPO terus mengalami peningkatan volume ekspor seiring dengan kebutuhan CPO di negara tujuan ekspor yang kian meningkat, baik itu sebagai bahan baku pangan dan biodiesel. Namun, ketika penerapan kebijakan bea keluar pada tahun 2009 terjadi perubahan komposisi ekspor dari CPO ke produk turunan sawit yaitu RBD palm olein dan PFAD. Kebijakan ini telah mendorong hilirisasi industri sawit Indonesia untuk menghasilkan nilai tambah yang lebih tinggi dari produk kelapa sawit dalam mendominasi perdagangan internasional. Kebijakan ini termasuk baru jika dibandingkan dengan Malaysia yang telah melakukan kegiatan hilirisasi sejak tahun 1970, Malaysia merupakan salah satu negara produsen terbesar kelapa sawit dan juga sebagai pesaing Indonesia dalam perdagangan kelapa sawit dunia. Pasar utama produk kelapa sawit Indonesia terdapat di kawasan Asia dan Eropa, empat negara terbesar diantaranya adalah India, Malaysia, Belanda dan Italia. Volume ekspor CPO Indonesia di negara tujuan ekspor tersebut ditentukan oleh daya saing dan faktor-faktor penentu lainnya. Oleh karena itu, tujuan penelitian ini adalah: (1) menganalisis posisi daya saing produk kelapa sawit Indonesia dalam perdagangan intenasional dan (2) menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi volume ekspor CPO Indonesia di negara tujuan ekspor. Data sekunder yang digunakan berupa data time series, mulai dari tahun 1990-2015. Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah: (1) analisis daya saing dengan metode Revealed Comparative Advantage (RCA), (2) analisis products mappping dengan dua indeks yaitu Revealed Symmetric Comparative Advantage (RSCA) dan Trade Balance Index (TBI) dan (3) analisis Ordinary Least Square (OLS). Hasil penelitian ini menunjukan bahwa produk utama dari kelapa sawit yaitu CPO memiliki keunggulan komparatif yang tinggi (nilai rata-rata RCA sebesar 64.84) jika dibandingkan dengan Malaysia (nilai rata-rata RCA sebesar 20.35), walaupun CPO Indonesia memiliki nilai RCA yang tinggi namun, memiliki tren yang negatif sedangkan Malaysia memiliki tren yang positif. Berbeda halnya dengan produk turunan sawit, RBD palm olein dan PFAD Indonesia yang memiliki tren yang positif (nilai rata-rata RCA sebesar 37.85 dan 18.62) dan Malaysia memiliki tren yang negatif (nilai rata-rata RCA 38.00 dan 22.22). Sedangkan hasil products mapping menunjukan bahwa produk kelapa sawit Indonesia dan Malaysia berada pada kelompok A (memiliki keunggulan komparatif dan spesialisasi ekspor). Untuk hasil RCA ketiga produk kelapa sawit Indonesia di negara tujuan ekspor, menunjukan bahwa Italia dan Belanda mempunyai rata-rata RCA yang tinggi dibandingkan dengan India dan Malaysia. v Berdasarkan hasil Ordinary Least Square (OLS), variabel-variabel yang berpengaruh secara signifikan terhadap ekspor CPO Indonesia di negara tujuan ekspor yaitu: (1) India: lag volume ekspor, (2) Malaysia: harga minyak kedelai, (3) Belanda: RCA, (4) Italia: harga minyak bunga matahari, RCA, exchange rate dan dummy bea keluar. Dari tiga analisis yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa Indonesia dapat meningkatkan produksi dan berfokus pada RBD palm olein dan PFAD sebab mempunyai nilai tambah yang lebih tinggi serta telah didukung oleh kebijakan untuk mendorong hilirisasi domestik. Selanjutnya Indonesia dapat meningkatkan pangsa pasarnya dengan memprioritaskan ekspor CPO nya ke negara-negara yang berada di kawasan Eropa, sebab kebutuhan industri yang berbahan baku CPO yang sangat tinggi dan juga CPO lebih berdaya saing jika dibandingkan komoditi subtitusinya seperti minyak kedelai atau bunga matahari.id
dc.language.isoidid
dc.publisherBogor Agricultural University (IPB)id
dc.subject.ddcAgribusinessid
dc.subject.ddcExport productid
dc.subject.ddc2017id
dc.subject.ddcIndonesiaid
dc.titleAnalisis Daya Saing dan Dinamika Ekspor Produk Kelapa Sawit Indonesia dalam Perdagangan Internasionalid
dc.typeThesisid
dc.subject.keywordkebijakanid
dc.subject.keywordRCAid
dc.subject.keywordproducts mappingid
dc.subject.keywordkelapa sawitid


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record