Integrasi Sapi Potong dan Tanaman Pangan Di Lahan Pasang Surut Tipe C Kabupaten Tanjung Timur Provinsi Jambi (Model Pertanian Techno-Ekologis).
View/ Open
Date
2017Author
Tani, Sri Arnita Abu
Purwanto, Bagus Priyo
Ghulamahdi, Munif
Fuah, Asnah M
Salundik
Ridwan, Wonny Ahmad
Metadata
Show full item recordAbstract
Penelitian ini secara umum bertujuan untuk mengkaji penerapan integrasi
sapi potong dan tanaman pangan di lahan pasang surut. Secara khusus tujuan
penelitian (1) menguji dampak pemberian bio-slury, kompos kotoran sapi dan
kapur terhadap produktivitas dan limbah tanaman pangan serta pendapatan petani
melalui implementasi integrasi sapi potong dan tanaman pangan di lahan pasang
surut (2) menguji pengaruh pemberian Silase Probiotik Molasses (SIPROMO)
limbah tanaman pangan sebagai pakan suplemen terhadap produktivitas sapi
potong (3) mengevaluasi emisi gas rumah kaca (CH4,N2O dan CO2) hasil integrasi
sapi potong dan tanaman pangan di lahan pasang surut tipe C. Penelitian
dilaksanakan di desa Simpang Kecamatan Berbak Kabupaten Tanjung Jabung
Timur di lahan pasang surut tipe C dengan kedalam pirit < 50 cm. Waktu
pengamatan dimulai dari bulan April 2014 sampai dengan Agustus 2015.
Penelitian dilakukan dalam 3 tahap yakni sapi potong dengan tanaman kedelai,
sapi potong dengan tanaman jagung dan sapi potong dengan tanaman padi dengan
mengimplementasikan model pertanian tekno-ekologis melalui adopsi teknologi
budidaya jenuh air (BJA) dan jajar legowo serta silase Probiotik Molasses
(SIPROMO).
Hasil pengujian menunjukkan bahwa aplikasi kapur, kompos kotoran sapi
dan bioslury (LA,CA,SA) dengan input produksi yang sama terhadap
produktivitas kedelai menghasilkan produksi kedelai ha-1 2.62, 260, 2.68 ton lebih
tinggi dari pada produktivitas kedelai pada lahan tanpa aplikasi amelioran (NA)
yakni 1.89 ton. Produksi jagung diperoleh ha-1 6.30,6.59,7.29 ton pada lahan yang
diapilikasi kapur, kompos dan bio-slury dibandingkan produksi jagung pada lahan
tanpa aplikasi amelioran (NA) dengan produksi ha-1 4.86 ton. Pada tanaman padi
implementasi budidaya jenuh air (BJA) dan jajar legowo dengan aplikasi kapur,
kompos dan bio-slury diperoleh produksi ha-1 4.43 , 5.53, 5.72 ton lebih tinggi
dari produksi padi pada lahan tanpa aplikasi amelioran (NA) ha-1 yakni 4.04 ton.
Produksi limbah tanaman pangan erat hubungannya dengan produksi tanaman
pangan, semakin tinggi produksi tanaman pangan, limbah yang dihasilkan
semakin tinggi pula. Limbah tanaman pangan yang diperoleh dari lahan yang di
aplikasikan kapur, kompos dan bio-slury (LA, CA,dan SA) pada tanaman kedelai
menghasilkan limbah ha-1 5.41, 5.45, 5.59 ton, tanaman jagung 12.73,12.92 dan
12.64 ton dan tanaman padi 6.65, 8.29 dan 8.59 ton, produksi limbah tanaman
pangan ini lebih tinggi dari produksi limbah tanaman pangan pada lahan tanpa
aplikasi amelioran ha-1 yakni 4.32 ton,11.40 ton dan 6.06 ton. Tingginya produksi
tanaman pangan beserta limbah tanaman pangan disebabkan adanya kombinasi
implementasi teknologi budidaya jenuh air (BJA) dan aplikasi berbagai amelioran
(kapur, kompos dan bio-slury) yang dapat mencegah terjadinya oksidasi pirit di
lahan pasang surut sebagai akibat meningkatnya pH tanah.
Limbah tanaman pangan yang diperoleh dapat dijadikan sebagai bahan
pakan ternak sapi. Daya dukung limbah tanaman pangan sebagai pakan sapi
potong dalam bahan kering (BK ha-1) ini dapat menampung 7-8 ST dalam 3
musim tanam (MT). Limbah tanaman pangan yang diolah menjadi silase
probiotik molasses (SIPROMO) sebagai feed suplemen dapat meningkatkan
konsumsi bahan kering (BK) 5.04-7.93 kg e-1hr-1 dan konsumsi protein ransum
406.72- 635.0 gr e-1hr -1. Pertambahan bobot badan harian (PBBH) pada sapi yang
diberi silase probiotik molasses (SIPROMO) limbah tanaman pangan mencapai
0.30- 0.32 kg e-1hr-1. Pemberian silase probiotik molasses (SIPROMO) limbah
tanaman pangan sebagai feed suplemen cukup palatabel walaupun pencapaian
pertambahan bobot badan harian (PBBH) belum optimal.
Evaluasi emisi gas rumah kaca (GRK) hasil dari integrasi sapi potong dan
tanaman pangan menunjukkan bahwa aplikasi kapur pada lahan meningkatkan
emisi gas rumah kaca (GRK). Aplikasi bio-slury pada lahan menurunkan emisi
gas rumah kaca (GRK). Jika dibandingkan dengan emisi gas rumah kaca (GRK)
dari lahan tanpa aplikasi amelioran, penurunan emisi gas rumah kaca (GRK) pada
aplikasi bio-slurry sebesar 20.76 % (kedelai), 15.04% (jagung) dan 72.30% (padi).
Aplikasi kapur meningkatkan emisi gas rumah kaca (GRK) dikarenakan kapur
yang diaplikasikan pada tanah akan menghasilkan suatu reaksi melepaskan CO2,
dimana gas CO2 merupakan salah satu gas yang berkontribusi terjadinya emisi gas
rumah kaca (GRK ). Penurunan emisi gas rumah kaca (GRK) pada aplikasi bioslury
diperkirakan gas metan (CH4) yang dihasilkan dari kotoran sapi telah
digunakan untuk pembakaran dan menghasilkan energi, sehingga bio-slury yang
dihasilkan menjadi stabil dan bisa langsung dijadikan sumber pupuk tanpa
terjadinya reaksi dalam tanah, menghasilkan nutrisi bagi tanah sehingga bisa
diserap oleh tanah. Penumpukan kotoran sapi dalam jangka panjang tanpa
dimanfaatkan sebagai sumber pupuk organik secara optimal, akan berkontribusi
terhadap emisi CH4 dan CO2 yang besar perannya dalam menghasilkan emisi gas
rumah kaca (GRK). Oleh karena itu perlu dilakukan manajemen pengolahan
limbah ternak sapi untuk menjadi kompos ataupun biogas (bioslury) sebagai
sumber amelioran ataupun pupuk.
Kajian tentang pendapatan petani dari dari usahatani terintegrasi (sapi dan
tanaman pangan) melalui model pertanian tekno-ekologis di lahan pasang surut
akan menghasil pendapatan lebih tinggi, dibandingkan dengan usahatani non
integrasi. Pendapatan tertinggi diperoleh, jika petani mengimplementasikan
usahatani terintegrasi (sapi dan tanaman pangana) melalui pemanfaatan seluruh
limbah dari ternak sapi dan tanaman pangan secara menyeluruh. Pemanfaatan
kotoran sapi tidak hanya sebagai kompos tapi juga sumber biogas, sehingga
terjadinya efisiensi biaya rumah tangga, dan sumber pupuk . Pola usaha tani
terintegrasi (sapi dan tanaman pangan) ini akan mengefisienkan biaya produksi
dalam budidaya tanaman pangan.
Kesimpulan, pemanfaatan bio-slurry dalam integrasi sapi potong dan
tanaman pangan melalui model pertanian tekno-ekologis di lahan pasang surut
meningkatkan produktifitas tanamanan pangan, limbah tanaman pangan,
menurunkan emisi gas rumah kaca (GRK), serta meningkatnya pendapatan petani.
Collections
- DT - Animal Science [343]