Peran Hutan Rakyat dalam Perekonomian Wilayah di Kabupaten Sumedang
Abstract
Pengelolaan hutan rakyat ini pada dasarnya bukan merupakan hal baru dalam kehidupan keseharian masyarakat Indonesia. Masyarakat di daerah pedesaan telah lama memiliki tradisi mengelola lahan milik mereka sebagai hutan. Penelitian ini mencoba mengungkap peranan hutan rakyat di dalam perekonomian wilayah khususnya di Kabupaten Sumedang. Hal tersebut perlu dilakukan mengingat minimnya informasi mengenai dampak riil pembangunan hutan rakyat yang ada saat ini. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui praktek pengusahaan hutan rakyat dan tingkat kelayakan finansial pengusahaan komoditas hutan rakyat jenis jati (Tectona grandis) dan mahoni (Swietenia macrophylla) yang dikelola secara monokultur maupun campuran, mengetahui jaringan dan margin pemasaran kayu rakyat jenis jati dan mahoni, mengetahui peran sektor hutan rakyat dalam struktur perekonomian wilayah ditinjau dari total nilai produksi, nilai tambah bruto (NTB), struktur permintaan serta multiplier output dan pendapatan melalui pendekatan analisis input output. Hasil penelitian menunjukkan dari tujuh pola pengusahaan hutan rakyat yang dilakukan oleh masyarakat di Kabupaten Sumedang, pola kebun campuran antara jati, mangga, padi dan jagung merupakan pola tanam yang paling menguntungkan bagi petani dengan nilai IRR 47,83%. Pada tingkat suku bunga 18% pola ini menghasilkan nilai NPV sebesar Rp. 13.505.330,- dan BCR 2,25 dengan daur pengusahaan selama 20 tahun. Hal tersebut menunjukkan efektivitas biaya yang tinggi sehingga petani masih mampu mengembalikan modal pinjaman pada tingkat suku bunga 18%. Pelaku pemasaran dalam tataniaga kayu rakyat terdiri dari petani, pedagang pengumpul, pedagang besar, industri penggergajian, industri meubelair, dan pedagang/industri pengolahan antar kabupaten/propinsi. Petani menjual hasil kayu rakyat melalui pedagang pengumpul dalam bentuk pohon berdiri. Dalam tata niaga kayu rakyat ini petani cenderung hanya berperan sebagai price taker (pengambil harga). Harga rata-rata di tingkat petani untuk kayu mahoni sebesar Rp. 283.209,47/m3, sedangkan harga rata-rata kayu jati sebesar Rp. 574.071,71/m3. Berdasarkan hasil analisis input-output peran hutan rakyat dalam perekonomian wilayah Kabupaten Sumedang relatif kecil dibanding sektor-sektor lainnya. NTB yang dihasilkan sektor hutan rakyat hanya sebesar Rp. 17,36 milyar (0,45%) yang terdiri dari upah dan gaji Rp. 397 juta, surplus usaha Rp. 16,74 milyar, penyusutan Rp. 196 juta dan Rp. 21 juta pajak tak langsung. Selain itu dilihat dari nilai multiplier output, peningkatan permintaan akhir sektor hutan rakyat sebesar satu satuan hanya akan meningkatkan ouput seluruh sektor perekonomian termasuk sektor kehutanan itu sendiri sebesar 1,03 satuan. Analisis multiplier pendapatan menunjukkan bahwa sektor hutan rakyat memiliki efek pengganda pendapatan sebesar 1,14 (tipe I) dan 1,45 (tipe II). Peran hutan rakyat yang masih relatif kecil ini diharapkan tetap dapat menjadi pendorong pengembangan usaha hutan rakyat ke depan.
Collections
- MT - Forestry [1412]