Show simple item record

dc.contributor.advisorMustari, Abdul Haris
dc.contributor.advisorMasy’ud, Burhanuddin
dc.contributor.authorNawangsari, Ventie Angelia
dc.date.accessioned2018-01-11T05:28:36Z
dc.date.available2018-01-11T05:28:36Z
dc.date.issued2016
dc.identifier.urihttp://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/88824
dc.description.abstractOrangutan kalimantan (Pongo pygmaeus wurmbii Groves, 2001) merupakan spesies primata endemik Pulau Kalimantan. Populasi spesies ini tercancam akibat deforastasi dan degradasi habitat. Secara ekologis, orangutan memiliki peran penting dalam ekosistem yaitu sebagai umbrella species. Salah satu bentuk konservasi yang telah dilakukan adalah pelepasliaran orangutan ex-captive ke habitat alaminya. Tujuan dari penelitian ini adalah menganalisis aktivitas dan menilai keberhasilan pasca pelepasliaran serta menilai kesesuaian habitat pelepasliaran orangutan ex-captive. Penelitian ini dilakukan di Suaka Margasatwa (SM) Lamandau di Kalimantan Tengah, yang menjadi salah satu lokasi pelepasliaran orangutan. Penelitian dilakukan pada bulan Agustus sampai September 2015. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara dan observasi langsung untuk pengelolaan orangutan ex-captive pasca-pelepasliaran, focal animal sampling untuk pengamatan aktivitas orangutan, dan analisis vegetasi dengan petak tunggal seluas 1.28 ha untuk habitat orangutan. Penilaian keberhasilan pelepasliaran orangutan dinilai berdasarkan aktivitas harian, kemampuan mengenal pakan alami, dan kemampuan bersarang. Kesesuaian habitat orangutan dinilai berdasarkan komponen biotik habitat yaitu ketersediaan pohon pakan dan pohon sarang. Kesesuaian habitat orangutan dinilai berdasarkan komponen biotik habitat yaitu ketersediaan pohon pakan dan pohon sarang. Setiap indikator kriteria keberhasilan pasca pelepasliaran orangutan ex-captive dan kesesuaian habitat orangutan diberikan skor 1-5 dengan klasifikasi 1 (sangat buruk), 2 (buruk), 3 (cukup), 4 (baik), dan 5 (sangat baik). Tingkat keberhasilan pelepasliaran dan kesesuaian habitat di SM Lamandau dikategorikan tiga kelas yakni rendah (16- 37); sedang (38-58), dan tinggi (59-80). Pengelolaan orangutan ex-captive pasca-pelepasliaran dilakukan dengan monitoring orangutan yang baru dilepasliarkan, pemantauan orangutan yang sering ke feeding site, pemantauan orangutan yang bunting, menyediakan pakan tambahan di area feeding site, pemantauan habitat, dan pemeriksaan kesehatan orangutan. Aktivitas orangutan menunjukkan bahwa aktivitas istirahat kelas umur remaja dan dewasa menunjukkan perbedaan yang signifikan. Orangutan remaja lebih banyak melakukan aktivitas makan, bergerak, dan bersarang dibandingkan dengan orangutan dewasa. Tingkat keberhasilan orangtan ex-captive pelepasliaran sebesar 70.5% atau kategori sedang. Tingkat kesesuaian habitat SM Lamandau sebagai habitat pelepasliaran sebesar 86.25%.SM Lamandau memiliki kesesuaian habitat yang tinggi untuk orangutan kalimantan. Camp Rasak dan Buluh memiliki potensi ketersediaan sumberdaya yang lebih tinggi dibandingkan dengan campcamp yang lain, sehingga pelepasliaran orangutan kedepan dapat dilakukan pada kedua camp tersebut.id
dc.language.isoidid
dc.publisherBogor Agricultural University (IPB)id
dc.subject.ddcPrimatesid
dc.subject.ddcOrang Utanid
dc.subject.ddc2015id
dc.subject.ddcKalimantan Tengahid
dc.titleTingkat Keberhasilan Orangutan (Pongo Pygmaeus Wurmbii Groves, 2001) Ex-Captive Pasca Pelepasliaran Dan Kesesuaian Habitatnya Di Suaka Margasatwa Lamandauid
dc.typeThesisid
dc.subject.keywordaktivitasid
dc.subject.keywordkeberhasilan pelepasliaranid
dc.subject.keywordkesesuaian habitatid
dc.subject.keywordorangutanid


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record