dc.description.abstract | Orangutan kalimantan (Pongo pygmaeus wurmbii Groves, 2001) merupakan
spesies primata endemik Pulau Kalimantan. Populasi spesies ini tercancam akibat
deforastasi dan degradasi habitat. Secara ekologis, orangutan memiliki peran
penting dalam ekosistem yaitu sebagai umbrella species. Salah satu bentuk
konservasi yang telah dilakukan adalah pelepasliaran orangutan ex-captive ke
habitat alaminya. Tujuan dari penelitian ini adalah menganalisis aktivitas dan
menilai keberhasilan pasca pelepasliaran serta menilai kesesuaian habitat
pelepasliaran orangutan ex-captive.
Penelitian ini dilakukan di Suaka Margasatwa (SM) Lamandau di
Kalimantan Tengah, yang menjadi salah satu lokasi pelepasliaran orangutan.
Penelitian dilakukan pada bulan Agustus sampai September 2015. Metode yang
digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara dan observasi langsung untuk
pengelolaan orangutan ex-captive pasca-pelepasliaran, focal animal sampling
untuk pengamatan aktivitas orangutan, dan analisis vegetasi dengan petak tunggal
seluas 1.28 ha untuk habitat orangutan. Penilaian keberhasilan pelepasliaran
orangutan dinilai berdasarkan aktivitas harian, kemampuan mengenal pakan
alami, dan kemampuan bersarang. Kesesuaian habitat orangutan dinilai
berdasarkan komponen biotik habitat yaitu ketersediaan pohon pakan dan pohon
sarang. Kesesuaian habitat orangutan dinilai berdasarkan komponen biotik habitat
yaitu ketersediaan pohon pakan dan pohon sarang. Setiap indikator kriteria
keberhasilan pasca pelepasliaran orangutan ex-captive dan kesesuaian habitat
orangutan diberikan skor 1-5 dengan klasifikasi 1 (sangat buruk), 2 (buruk), 3
(cukup), 4 (baik), dan 5 (sangat baik). Tingkat keberhasilan pelepasliaran dan
kesesuaian habitat di SM Lamandau dikategorikan tiga kelas yakni rendah (16-
37); sedang (38-58), dan tinggi (59-80).
Pengelolaan orangutan ex-captive pasca-pelepasliaran dilakukan dengan
monitoring orangutan yang baru dilepasliarkan, pemantauan orangutan yang
sering ke feeding site, pemantauan orangutan yang bunting, menyediakan pakan
tambahan di area feeding site, pemantauan habitat, dan pemeriksaan kesehatan
orangutan. Aktivitas orangutan menunjukkan bahwa aktivitas istirahat kelas umur
remaja dan dewasa menunjukkan perbedaan yang signifikan. Orangutan remaja
lebih banyak melakukan aktivitas makan, bergerak, dan bersarang dibandingkan
dengan orangutan dewasa. Tingkat keberhasilan orangtan ex-captive pelepasliaran
sebesar 70.5% atau kategori sedang. Tingkat kesesuaian habitat SM Lamandau
sebagai habitat pelepasliaran sebesar 86.25%.SM Lamandau memiliki kesesuaian
habitat yang tinggi untuk orangutan kalimantan. Camp Rasak dan Buluh memiliki
potensi ketersediaan sumberdaya yang lebih tinggi dibandingkan dengan campcamp
yang lain, sehingga pelepasliaran orangutan kedepan dapat dilakukan pada
kedua camp tersebut. | id |