Show simple item record

dc.contributor.advisorJaya, I Nengah Surati
dc.contributor.advisorRusdiana, Omo
dc.contributor.authorRenaldi, Dito Cahya
dc.date.accessioned2018-01-11T05:27:29Z
dc.date.available2018-01-11T05:27:29Z
dc.date.issued2016
dc.identifier.urihttp://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/88820
dc.description.abstractDi Kalimantan Timur, masih ditemukan praktik pengelolaan hutan berbasis masyarakat tradisional (adat). Salah satu masyarakat yang secara tradisional melestarikan hutan adalah masyarakat Dayak karena mampu melestarikan sumberdaya hutan melalui kehidupan sosial dan adat istiadatnya. Masyarakat Dayak, umumnya hidup didalam hutan karena memiliki kearifan lokal dalam memanfaatkan lahan hutan khususnya penataan ruang. Masyarakat seringkali dihadapkan pada kondisi yang serba terbatas. Sehingga pemanfaatan ruang dalam ruang lingkup mereka belum maksimal. Kondisi ini berpengaruh pada pendapatan yang harus didapat pada ruang yang dimanfaatkan. Oleh karena itu penelitian ini dilakukan atas dasar kebutuhan masyarakat akan suatu alokasi yang dapat dimanfaatkan tetapi tidak melanggar ketentuan pemanfaatan yang dibuat oleh adat istiadat. Alokasi ini dilakukan melalui optimalisasi pemanfaatan lahan berdasarkan preferensi masyarakat. Penelitian ini bertujuan untuk mengoptimalkan pemanfataan ruang oleh masyarakat berdasarkan produktivitas lahan serta preferensi masyarakat dengan memaksimalkan pendapatan sehingga terbentuk tatanan fungsi ruang yang baik. Penelitian dilaksanakan di Kecamatan Long Pahangai Kabupaten Mahakam Ulu Provinsi Kalimantan Timur pada bulan Oktober-Desember 2014 menggunakan data primer dan data sekunder. Data primer mencakup data spasial dalam bentuk vektor (peta), data tabel (atribut). Seperti peta sistem lahan, peta administrasi wilayah, peta RBI serta data sosial ekonomi masyarakat. Data sekunder dikumpulkan dari instansi terkait dan studi literatur. Analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah prediksi erosi, analisis produktivitas, analisis preferensi, analisis kemampuan lahan serta analisis optimasi dengan program linier. Prediksi erosi yang dibangun menggunakan metode USLE. Analisis produktivitas diperoleh dari nilai produktifitas per masing-masing penggunaan lahan yang definisikan sebagai jumlah penerimaan dikurangi dengan biaya tetap dan biaya operasional. Analisis preferensi didapat dari persepsi masyarakat terhadap perubahan penggunaan lahan yang diinginkan. Analisis kemampuan lahan diperoleh dari klasifikasi yang dibangun oleh Arsyad 2010 dengan menggunakan 8 (delapan) klasifikasi kelas lahan. Analisis optimasi penggunaan lahan dengan linier programming yang dilakukan bertujuan untuk memaksimumkan pendapatan masyarakat dari setiap tipe penggunaan lahan dengan menggunakan software LINGO. Selain itu analisis yang dilakukan dalam penelitian ini adalah analisis spasial dari tumpang susun (overlay) peta-peta yang diperoleh dari analisis sebaran kemampuan lahan dari setiap penggunaan lahan dan nilai optimasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa laju erosi yang masih dapat ditoleransikan di daerah penelitian berkisar antara 16.05 hingga 39.06 ton/ha/tahun. Secara keseluruhan erosi (A) lebih besar atau masih diatas TSL (Tolerable Soil Loss). Hanya hutan primer yang menunjukkan erosi lebih kecil atau dibawah TSL. Di Kecamatan Long Pahangai tidak terdapat lahan yang memiliki kelas kemampuan I-III. Luas kelas kemampuan terbesar terdapat pada kelas kemampuan IV seluas 9 002 27 hektar atau sekitar 34.04%. Sedangkan 3 4661.9 hektar wilayah yang memiliki kelas kemampuan VIII . Produktifitas lahan yang dihasilkan tergolong masih rendah, hal ini disebabkan karena faktor pengelolaan lahan yang masih sangat terbatas. Preferensi masyarakat menunjukan bahwa responden sebanyak 64% setuju perubahan terjadi pada penggunaan lahan kebun menjadi pertanian lahan kering. Biasanya responden yang menginginkan perubahan tersebut dikarenakan penggunaan lahan kebun sudah tidak produktif. Biasanya terjadi pada kebun karet yang saat ini dianggap tidak ada pasar. Hal yang menarik terjadi pada responden yang mayoritas menginginkan adanya perubahan penggunaan lahan hutan sekunder menjadi kebun sebanyak 90% dan hutan sekunder menajdi pertanian lahan kering sebanyak 86%. Masyarakat menganggap bahwa jika hutan bisa di jadikan kebun atau pertanian lahan kering dapat meningkatkan pendapatan.id
dc.language.isoidid
dc.publisherBogor Agricultural University (IPB)id
dc.subject.ddcForestryid
dc.subject.ddcForest managementid
dc.subject.ddc014id
dc.subject.ddcKALTIMid
dc.titleAlokasi Pemanfaatan Ruang Masyarakat Di Kecamatan Long Pahangaiid
dc.typeThesisid
dc.subject.keywordSIGid
dc.subject.keywordpenggunaan lahanid
dc.subject.keywordkemampuan lahanid
dc.subject.keywordprogram linierid
dc.subject.keywordalokasi lahanid


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record