Show simple item record

dc.contributor.advisorRimbawan
dc.contributor.advisorKusharto, Clara M
dc.contributor.advisorPurwantyastuti
dc.contributor.advisorEffendi, Adi Teruna
dc.contributor.authorSutiari, Ni Ketut
dc.date.accessioned2018-01-08T06:08:27Z
dc.date.available2018-01-08T06:08:27Z
dc.date.issued2017
dc.identifier.urihttp://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/88649
dc.description.abstractBeberapa jenis mikronutrien diduga penting sebagai kofaktor dalam jalur metabolik glukosa, memperbaiki fungsi sel β pankreas dan mengalirkan sinyal insulin. Salah satu mikronutrien yang banyak dibahas sejak tahun 1950 sampai sekarang dan diduga mampu bermanfaat bagi penyandang diabetes namun belum konklusif adalah kromium. Tujuan penelitian untuk mempelajari dan membandingkan profil kadar kromium serum dan asupan kromium penyandang diabetes melitus tipe 2 (DMT2) dengan nondiabetes, dan menganalisis efek pemberian suplemen kromium pikolinat (CrPic) terhadap kontrol glikemik dan resistensi insulin penyandang DMT2. Penelitian berlokasi di 6 puskesmas wilayah Kota Denpasar, yakni Puskesmas III Denpasar Utara, Pusesmas I Denpasar Timur, Puskesmas I Denpasar Barat, Puskesmas II Denpasar Timur, Puskesmas II Denpasar Barat dan Puskesmas IV Denpasar Selatan. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen dengan desain Randomized Controlled Trial dengan pembanding plasebo secara double blind. Penelitian dilakukan pada bulan Juli 2015 hingga Juni 2016. Subjek penelitian adalah penyandang DMT2 yang teregistrasi dalam data Prolanis di puskesmas dan atau anggota paguyuban senam diabetes puskesmas, yang memenuhi kriteria inklusi: laki-laki dan wanita yang berumur 50–70 tahun, masih menjalani terapi diet dan obat hipoglikemik oral (OHO), mempunyai kadar HbA1c 6.5–7.5% dan atau glukosa puasa 126–154 mg/dL, berdomisili di Kota Denpasar, dan bersedia menjadi subjek dengan menandatangani informed consent. Kriteria eksklusi yang digunakan adalah sedang mengalami komplikasi berdasarkan hasil pemeriksaan dokter penyakit dalam, tidak menjalani proses penelitian secara lengkap, dan tidak mengonsumsi suplemen selama 3 hari berturut turut. Bahan yang digunakan dalam penelitian ini berupa sampel darah intravena dan suplemen. Suplemen disiapkan oleh Laboratorium Farmasi Fakultas MIPA Universitas Udayana, Kampus Bukit Jimbaran Bali. Suplemen diberikan dalam bentuk kapsul dengan berat dan warna yang sama yakni 165 mg berat kapsul dan berwarna merah. Suplemen plasebo mengandung maltodekstrin. Suplemen CrPic diberikan pada dosis 1000 μg/hr dengan 2 kali pemberian masing-masing 500 μg. Penelitian dilakukan melalui 3 tahap: 1) tahap skrining terhadap 165 subjek DMT2 dengan tujuan untuk menggambarkan profil kromium serum, kontrol glikemik (kadar HbA1c dan GDP) dan menganalisis hubungan kromium serum dengan kontrol glikemik; 2) tahap studi pendahuluan, yang dilakukan terhadap 43 subjek (15 DMT2 kurang terkendali, 12 DMT2 terkendali, dan 16 nondiabetes), 3) tahap studi eksperimen, yang dilakukan terhadap 40 subjek DMT2 yang dipilih dari subjek hasil skrining dan merupakan bagian subjek studi pendahuluan. Data yang dikumpulkan adalah umur, jenis kelamin, jenis OHO, dan lama terdiagnosis diabetes, berat badan, tinggi badan, lingkar pinggang, status kesehatan yakni tekanan darah, data kepatuhan subjek, asupan gizi makro (macronutrient) dan kromium, kadar HbA1c, kadar glukosa darah puasa (GDP), kromium serum, kadar insulin serum dan adiponektin serum serta indeks Homeostatis Model Assessment 2 Insulin Resistance (HOMA2-IR). Data biokimia darah dikumpulkan sebelum dan sesudah pemberian intervensi dalam keadaan puasa sekitar 10 jam. Data diolah dan dianalisis dengan program Microsoft Office Excel dan SPSS for windows. Data dianalisis secara deskriptif dan disajikan dalam bentuk nilai rerata (mean), median, standar deviasi (SD) dan kisaran (minimum dan maksimum). Apabila data berdistribusi normal, maka uji beda rerata antara kelompok CrPic dengan plasebo diuji dengan t-two independent test, sedangkan apabila data tidak berdistribusi normal maka uji beda kedua kelompok intervensi diuji dengan Mann-Whitney U test. Data dianalisis pada tingkat kepercayaan 95% dan taraf kemaknaan p < 0.05. Hasil penelitian pada tahap skrining menunjukkan bahwa sebagian besar (50.9%) subjek DMT2 di Kota Denpasar mempunyai kontrol glikemik yang kurang terkendali (HbA1c > 7.0%) dan mempunyai kadar kromium yang lebih rendah dibandingkan kelompok nondiabetes, meskipun subjek telah menjalani terapi pengobatan diabetes. Penelitian pada tahap skrining juga menemukan bahwa ada hubungan negatif yang bermakna antara kadar kromium serum dengan glukosa darah puasa (GDP) (r = -0.813 p = 0.000), akan tetapi tidak bermakna pada kadar HbA1c dengan kromium serum (p > 0.05). Studi pendahuluan dilakukan dengan desain cross-sectional study. Hasil studi mendapatkan bahwa kromium serum penyandang DMT2 semakin rendah diikuti dengan kontrol glikemik yang kurang terkendali. Kadar kromium serum masing-masing subjek adalah 93.5 μg/L (nondiabetes), 48.1 μg/L (DMT2 terkendali), dan 40.7 μg/L (DMT2 kurang terkendali). Berdasarkan hasil recall diketahui bahwa subjek DMT2 cenderung mempunyai asupan kromium lebih tinggi dibandingkan dengan nondiabetes, meskipun secara uji statistik tidak berbeda bermakna. Studi ini juga menemukan bahwa subjek DMT2 dan nondiabetes mempunyai rerata asupan kromium yang masih kurang dari angka kecukupan gizi yang dianjurkan yakni < 79% kecukupan kromium. Hasil penelitian tahap intervensi menunjukkan bahwa suplemen kromium pikolinat (CrPic) 1000 μg/hr mampu meningkatkan kromium serum subjek DMT2 hampir 3 kali dari kromium serum sebelum intervensi dan juga melebihi kromium serum kelompok nondiabetes di Kota Denpasar. Penelitian ini juga menemukan ada kecenderungan suplemen CrPic 1000 μg/hr menurunkan kadar HbA1c dan GDP penyandang DMT2 namun tidak berbeda bermakna dengan plasebo (kontrol). Suplemen CrPic1000 μg/hr juga cenderung meningkatkan kadar insulin dan adiponektin serum puasa subjek DMT2 akan tetapi secara statistik peningkatkan tersebut tidak bermakna (p > 0.05). Kesimpulan dari penelitian ini adalah bahwa penyandang DMT2 di Kota Denpasar memiliki kontrol glikemik yang kurang terkendali (HbA1c > 7.0% atau GDP > 130 mg/dL) dan mempunyai kromium serum yang semakin rendah dengan semakin buruknya kontrol glikemik. Suplementasi CrPic 1000 μg/hr selama 4 bulan pada penyandang DMT2 dengan karakteristik seperti kadar HbA1c 6.5– 7.5% dan atau kadar GDP 126–154 mg/dL tidak dapat secara bermakna memperbaiki kontrol glikemik dan resistensi insulin penyandang DMT2.id
dc.language.isoidid
dc.publisherIPB (Bogor Agricultural University)id
dc.subject.ddcNutritionid
dc.subject.ddcGlycemic controlid
dc.subject.ddc2016id
dc.subject.ddcDenpasar, Baliid
dc.titleEfek Suplemen Kromium Pikolinat pada Penyandang Diabetes Melitus Tipe 2.id
dc.typeDissertationid
dc.subject.keyworddiabetesid
dc.subject.keywordkontrol glikemikid
dc.subject.keywordkromium pikolinatid
dc.subject.keywordkromium serumid
dc.subject.keywordresistensi insulinid


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record