Pengaruh Modal Sosial terhadap Kinerja Inovasi UMKM Agribisnis di Kabupaten Bogor
Abstract
Potensi usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) agribisnis di Kabupaten
Bogor masih terus berkembang, tercermin semakin meningkatnya jumlah para
pelaku usaha agribisnis yang berkecimpung dalam usaha ini. Akan tetapi inovasi
yang berperan dalam keberlangsungan usaha pelaku UMKM agribisnis pada
kenyataannya sebagian besar masih dalam tataran modifikasi dari gagasan yang
telah ada sebelumnya dan belum gagasan yang bersifat invensi atau penemuan baru.
Hal ini diduga karena belum berkembangnya kinerja inovasi yang dimiliki para
pelaku UMKM agribisnis di Kabupaten Bogor. Secara teoritik dan penelitian
empiris modal sosial diyakini memiliki peran dalam pengembangan kewirausahaan
atau dalam lingkup UMKM. Identifikasi dan optimalisasi modal sosial di tiap
daerah dalam pengembangan ekonomi telah dilakukan namun sering tercatat secara
tidak akurat, selain itu perlu dilakukan pembuktian seberapa besar modal sosial
dapat berperan dalam pengembangan kewirausahaan khususnya pada kinerja
inovasi UMKM agribisnis. Berdasarkan uraian tersebut tujuan penelitian adalah (1)
menganalisis modal sosial yang dominan dan kondisi kinerja inovasi UMKM
agribisnis; (2) menganalisis hubungan modal sosial terhadap kinerja inovasi
UMKM agribisnis di Kabupaten Bogor.
Penelitian dilakukan di Kabupaten Bogor. Sampel dalam penelitian ini
ditentukan dengan purposive sampling sebanyak 38 responden di sembilan
kecamatan yaitu Rancabungur, Kemang, Bojonggede, Parung, Ciawi, Caringin,
Tamansari, Ciseeng dan Dramaga dengan kriteria (1) Pelaku usaha adalah
pengelola sekaligus pemilik dari kegiatan UMKM agribisnis, (2) Kegiatan UMKM
minimal telah berjalan selama 2 tahun. Data primer diperoleh dengan wawancara
langsung dengan menggunakan kuisioner. Data dianalisis menggunakan metode
deskriptif dan Partial Least Square (PLS).
Berdasarkan hasil penelitian usaha mikro kecil dan menengah (UMKM)
agribisnis di Kabupaten Bogor memiliki karakteristik usaha yang bervariatif dan
produk agribisnis yang beragam. Mayoritas pelaku usaha memproduksi produk
olahan lokal dan tradisional, memiliki tenaga kerja rata-rata 1-5 orang,
menghasilkan omset dibawah 100 juta pertahun dan sebagian besar termasuk ke
dalam kategori usaha mikro dan kecil. Norma sosial berpengaruh signifikan
terhadap kinerja inovasi. Norma sosial direfleksikan oleh kesediaan saling
membantu, kemudahan memperoleh bantuan serta kesediaan berbagi informasi.
Pelaku UMKM agribisnis yang memiliki nilai norma sosial akan meningkatkan
kinerja inovasi mereka. Kesediaan saling membantu merupakan indikator yang
memberikan kontribusi terbesar terhadap norma sosial.
Jaringan sosial juga memberikan pengaruh signifikan terhadap kinerja
inovasi. Jaringan sosial direfleksikan oleh ukuran jaringan, multiplexity dan kendala
jaringan. Semakin besar ukuran jaringan maka akan memperluas sumber informasi
penting berkaitan usaha sehingga akan meningkatkan peluang berinovasi.
Tingginya multiplexity dan kendala jaringan akan mengurangi peluang berinovasi
pelaku usaha. Multiplexity menjadi indikator yang paling berkontribusi terhadap
jaringan sosial. Adapun variabel rasa percaya tidak memberikan pengaruh yang
signifikan terhadap kinerja inovasi UMKM agribisnis.
Dengan demikian, pelaku UMKM agribisnis perlu meningkatkan kerjasama
dengan sesama pelaku usaha lainnya dalam rangka mengembangkan usaha
sehingga dapat meningkatkan kinerja inovasi. Pelaku UMKM agribisnis perlu
memperluas jaringan usaha dengan mengikuti komunitas-komunitas pengusaha
ataupun pelatihan kewirausahaan dan memanfaatkan dengan maksimal peran
kelompok UMKM yang diikuti.
Collections
- MT - Economic and Management [2962]