Show simple item record

dc.contributor.advisorRauf, Aunu
dc.contributor.advisorHindayana, Dadan
dc.contributor.authorLia, Mayanda
dc.date.accessioned2017-12-08T01:55:34Z
dc.date.available2017-12-08T01:55:34Z
dc.date.issued2017
dc.identifier.urihttp://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/88494
dc.description.abstractLaba-laba merupakan bagian dari Artropoda dengan keanekaragaman dan kelimpahan yang tinggi. Laba-laba memiliki relung yang sangat luas dan dimorfisme dalam satu spesies. Selain itu laba-laba memiliki bentuk dan pola warna yang berbeda dari segi morfologi. Keanekaragaman fauna laba-laba di berbagai tipe lingkungan yang berbeda menunjukkan bahwa laba-laba memiliki kecenderungan sebagai indikator yang sensitif dari penggunaan lahan. Struktur komunitas laba-laba pada habitat, erat kaitannya dengan faktor lingkungan dan juga pada agroekosistem. Selain itu, laba-laba merupakan predator yang memiliki peran mengendalikan populasi serangga dan invertebrata lainnya serta regulasi di dalammnya. Oleh karena itu, laba-laba memiliki peran di dalam stabilisasi ekosistem. Perbedaan tata guna lahan akan membentuk struktur vegetasi dan fungsi ekologi berbeda yang dapat memengaruhi struktur komunitas laba-laba. Keanekaragaman laba-laba sering digunakan sebagai indikator kestabilan ekosistem karena berperan sebagai predator artropoda dan keberadaannya yang terkait struktur dan komposisi vegetasi dan kerusakan area. Penelitian bertujuan untuk (1) mengetahui keanekaragaman dan komposisi laba-laba di tiga tipe ekosistem, (2) mengetahui pola kekayaan pada ketiga tipe ekosistem, dan (3) mempelajari struktur komunitas laba-laba dalam kaitannya dengan perbedaan komponen fisik lingkungan. Penelitian dilaksanakan pada tiga ekosistem yaitu hutan penelitian, perkebunan kelapa sawit, dan pertanaman jagung, sejak bulan Februari sampai dengan Mei 2016. Pengambilan contoh laba-laba dilakukan pada lima petak (10m x 10 m) dari setiap ekosistem dengan perangkap jebak, jaring, dan pencarian langsung di permukaan tanah dan tajuk tanaman. Delapan penduga kekayaan spesies digunakan untuk menganalisis data: ACE, ICE, Chao 1, Chao 2, Jackknife 1, Jackknife 2, bootstrap, and Michaelis-Menten. Teknik ordinasi yang meliputi NMDS, ANOSIM, Cluster Analysis, PCA, dan CCA digunakan untuk memetakan komposisi dan struktur komunitas dalam kaitannya dengan factor lingkungan fisik. Hasil penelitian mendapatkan 971 laba-laba dewasa yang terdiri dari 98 spesies, di perkebunan kelapa sawit diperoleh 886 laba-laba dari 96 spesies, dan di pertanaman jagung terdapat 442 laba-laba yang terdiri dari 67 spesies. Proporsi laba-laba di hutan didominasi oleh famili Tetragnathidae, sedangkan di perkebunan kelapa sawit dan pertanaman jagung oleh famili Lycosidae. Spesies laba-laba yang paling berlimpah di hutan adalah Tylorida ventralis Thorell dan Opadometa fastigata Simon, di perkebunan kelapa sawit Oxyopes lineatipes Koch, dan di pertanaman jagung Oxyopes javanus Thorell dan Draposa tenasserimensis Thorell. Berdasarkan delapan model penduga yang digunakan, total kekayaan spesies laba-laba diperkirakan berkisar antara 112-134 di hutan, 110-140 di perkebunan kelapa sawit, dan 79-116 spesies di pertanaman jagung. Nilai indeks keanekaragaman (Shannon dan Simpson) menunjukkan hasil yang tidak berbeda nyata di antara ketiga ekosistem. Walaupun demikian, setiap ekosistem memiliki komposisi spesies laba-laba yang berbeda-beda, seperti ditunjukkan oleh persentase komplementaritas yang bernilai tinggi (66-95%) dan berbagai indeks kemiripan komunitas yang bernilai rendah (0.002-0.29). Tatanan komunitas laba-laba di hutan lebih memiliki kemiripan satu sama lain dengan laba-laba di perkebunan kelapa sawit, bila keduanya dibandingkan dengan pertanaman jagung. Hasil pemeriksaan dengan non-metric multidimentional scaling (NMDS) menunjukkan tiga pengelompokan laba-laba berdasarkan komposisi spesies. Selanjutnya, komposisi spesies laba-laba berbeda secara signifikan antara ketiga ekosistem (ANOSIM; p< 0.001). Hal ini mengisyaratkan bahwa perbedaan iklim mikro, komposisi tumbuhan, dan tingkat gangguan habitat berpengaruh pada pembentukan komposisi spesies dan distribusi laba-laba pada masing-masing tipe eksosistem. Begitu pula pemeriksaan dengan canonical correspondance analysis (CCA) menunjukkan bahwa spesies laba-laba tertentu terdistribusi di sepanjang gradien lingkungan, terutama temperatur dan kelembapan udara. Di pertanaman jagung dan perkebuanan sawit, jenis laba-laba yang umum dijumpai adalah laba-laba yang aktif berburu. Berdasarkan kelimpahan pada setiap ekosistem, diperkirakan kehadiran laba-laba O. javanus dan D. tenasserimensis dapat merupakan bioindikator dari habitat musiman, sedangkan O. lineatipes dan Pardosa sp. sebagai bioindikator dari habitat perennial. Laba-laba pembuat jaring seperti O. fastigata, T. ventralis, dan Nephila pilipes Fabricius dapat merupakan bioindikator dari habitat permanen seperti hutan.id
dc.language.isoidid
dc.publisherIPB (Bogor Agricultural University)id
dc.subject.ddcEntomologyid
dc.subject.ddcSpidersid
dc.subject.ddc2016id
dc.subject.ddcBogor-JABARid
dc.titleKeanekaragaman Spesies dan Struktur Komunitas Laba-laba (Araneae) pada Tiga Tipe Ekosistem di Bogor, Jawa Baratid
dc.typeThesisid
dc.subject.keywordlaba-labaid
dc.subject.keywordkeanekaragaman spesiesid
dc.subject.keywordstruktur komunitasid
dc.subject.keywordpertanaman jagungid
dc.subject.keywordperkebunan kelapa sawitid
dc.subject.keywordhutan penelitianid


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record