Show simple item record

dc.contributor.advisorDewi, Iswari Saraswati
dc.contributor.advisorSuwarno, Willy Bayuardi
dc.contributor.authorSyafii, Mohammad
dc.date.accessioned2017-11-02T06:27:07Z
dc.date.available2017-11-02T06:27:07Z
dc.date.issued2017
dc.identifier.urihttp://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/88214
dc.description.abstractKultur antera dapat mempersingkat waktu yang dibutuhkan untuk menghasilkan galur murni hanya dalam satu generasi. Meskipun teknik ini sangat menjanjikan untuk percepatan perakitan varietas, pada padi indica masih dibatasi oleh sifat rekalsitran dalam kultur antera. Dalam penelitian ini dilakukan pendekatan penggunaan varietas yang memiliki daya kultur tinggi sebagai salah satu donor tetua untuk meningkatkan keberhasilan mendapatkan galur yang berasal dari persilangan three way cross. Galur galur yang dihasilkan dari penelitian ini ditujukan untuk memiliki sifat agronomi baik sekaligus toleran terhadap cekaman kekeringan. Tujuan penelitian pertama ialah untuk mengetahui daya kultur enam genotipe F1 padi indica hasil persilangan three way cross. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa seluruh genotipe yang dicoba mampu menginduksi kalus dengan persentase tinggi (jumlah kalus dalam satu petridish dibagi jumlah antera ditanam ±150 antera). Persentase renerasi tanaman berkisar 14.49-36.94%. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa genotipe F1 hasil persilangan three way cross (F1 x Gadjah Mungkur) memiliki daya kultur tinggi serta lebih responsif dibandingkan laporan penggunaan Gadjah Mungkur sebelumnya. Dari penelitian ini diperoleh 749 tanaman hijau, dengan persentase keberhasilan aklimatisasi berkisar 89.52-95.05%. Persentase tanaman dihaploid pada penelitian ini sebesar 39.68% dari keseluruhan tanaman hijau diperoleh. Hasil ini membuktikan bahwa pemanfaatan varietas dengan daya kultur tinggi dapat meningkatkan keberhasilan teknik ini, terutama pada pemuliaan berbasis padi indica. Galur galur hasil penelitian pertama perlu diuji lebih lanjut. Empat puluh delapan genotipe hasil penelitian pertama dikarakterisasi. Hasil penelitian menunjukkan keragaman genetik luas dan heritabilitas tinggi (lebih dari 90%) pada semua variabel pengujian. Bobot per rumpun (hasil) berkorelasi positif dengan tinggi tanaman (vegetatif dan generatif), jumlah gabah isi, jumlah gabah total, dan kerapatan malai. Model regresi linear berganda dengan bobot per rumpun sebagai x sebagai model menunjukkan model yang sesuai adalah BR = - 144.06** + 149B100** + 0.18TG** + 2.57JAP** – 0.17PDB + 2.03PM* + 405.41GI + 405.18GH – 405.44GT + 7.35KM** dengan R2 adjusted 0.8789 (BR = bobot gabah per rumpun, B100 = bobot 100 butir gabah, TG = tinggi generatif, JAP = jumlah anakan produktif, PDB = panjang daun bendera; PM = panjang malai; GI = jumlah gabah isi; GH = jumlah gabah isi; GT = jumlah gabah total; KM = kerapatan malai). Analisis sidik lintas menunjukkan bahwa kerapatan malai memberikan pengaruh langsung paling besar, sedangkan panjang malai memberikan pengaruh langsung paling kecil (0.1028). Penelitian terakhir adalah evaluasi toleransi kekeringan galur dihaploid hasil penelitian sebelumnya. Ketepatan penggunaan protokol skrining kekeringan memainkan peranan penting dalam kesuksesan perakitan varietas toleran kekeringan karena sifat toleransi kekeringan yang kompleks. Penggunaan polyethylene glycol (PEG) untuk deteksi awal toleransi kekeringan dilaporkan berhasil membedakan galur toleran dan peka pada tahap perkecambahan. Penelitian ini bertujuan untuk mendeteksi secara dini toleransi kekeringan galur DH0 asal kultur antera menggunakan PEG 6000 25%. Penelitian ini menggunakan rancangan kelompok lengkap teracak dua faktor tiga ulangan. Faktor pertama galur dan faktor kedua adalah dua konsentrasi PEG 6000 (0 dan 25%). Hasil penelitian menunjukkan bahwa PEG 6000 25% menurunkan semua variabel perkecambahan. Berdasarkan analisis gerombol dan biplot dengan indeks sensitivitas kekeringan (ISK) sebagai variabel, galur yang diuji dibagi menjadi enam kelompok. Dengan merujuk pada cek toleran (Salumpikit) dan peka (IR20), tujuh galur teridentifikasi sangat toleran, 15 galur toleran (setara Salumpikit), 2 galur agak toleran, dan empat galur peka. Dari hasil penelitian ini diketahui bahwa teknik kultur antera sangat baik untuk menghasilkan galur dihaploid dalam jumlah besar. Beberapa galur menunjukkan karakter agronomi baik, dan juga toleran terhadap cekaman kekeringan pada tahap perkecambahan. Skrining dan penggunaan varietas padi indica yang memiliki daya kultur tinggi merupakan pilihan paling baik untuk menghasilkan galur yang lebih banyak melalui teknik ini.id
dc.language.isoidid
dc.publisherIPB (Bogor Agricultural University)id
dc.subject.ddcAgricultural technologyid
dc.subject.ddcRiceid
dc.titleKultur Antera Padi Indica Hasil Persilangan Three Way Cross untuk Perakitan Galur Toleran Kekeringan.id
dc.typeThesisid
dc.subject.keyworddaya kultur tinggiid
dc.subject.keywordheritabilitas arti luasid
dc.subject.keywordpadi indicaid
dc.subject.keywordtoleran kekeringaid


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record