dc.description.abstract | Kultur antera dapat mempersingkat waktu yang dibutuhkan untuk
menghasilkan galur murni hanya dalam satu generasi. Meskipun teknik ini sangat
menjanjikan untuk percepatan perakitan varietas, pada padi indica masih dibatasi
oleh sifat rekalsitran dalam kultur antera. Dalam penelitian ini dilakukan
pendekatan penggunaan varietas yang memiliki daya kultur tinggi sebagai salah
satu donor tetua untuk meningkatkan keberhasilan mendapatkan galur yang
berasal dari persilangan three way cross. Galur galur yang dihasilkan dari
penelitian ini ditujukan untuk memiliki sifat agronomi baik sekaligus toleran
terhadap cekaman kekeringan.
Tujuan penelitian pertama ialah untuk mengetahui daya kultur enam
genotipe F1 padi indica hasil persilangan three way cross. Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa seluruh genotipe yang dicoba mampu menginduksi kalus
dengan persentase tinggi (jumlah kalus dalam satu petridish dibagi jumlah antera
ditanam ±150 antera). Persentase renerasi tanaman berkisar 14.49-36.94%. Hasil
penelitian ini menunjukkan bahwa genotipe F1 hasil persilangan three way cross
(F1 x Gadjah Mungkur) memiliki daya kultur tinggi serta lebih responsif
dibandingkan laporan penggunaan Gadjah Mungkur sebelumnya. Dari penelitian
ini diperoleh 749 tanaman hijau, dengan persentase keberhasilan aklimatisasi
berkisar 89.52-95.05%. Persentase tanaman dihaploid pada penelitian ini sebesar
39.68% dari keseluruhan tanaman hijau diperoleh. Hasil ini membuktikan bahwa
pemanfaatan varietas dengan daya kultur tinggi dapat meningkatkan keberhasilan
teknik ini, terutama pada pemuliaan berbasis padi indica.
Galur galur hasil penelitian pertama perlu diuji lebih lanjut. Empat puluh
delapan genotipe hasil penelitian pertama dikarakterisasi. Hasil penelitian
menunjukkan keragaman genetik luas dan heritabilitas tinggi (lebih dari 90%)
pada semua variabel pengujian. Bobot per rumpun (hasil) berkorelasi positif
dengan tinggi tanaman (vegetatif dan generatif), jumlah gabah isi, jumlah gabah
total, dan kerapatan malai. Model regresi linear berganda dengan bobot per
rumpun sebagai x sebagai model menunjukkan model yang sesuai adalah BR = -
144.06** + 149B100** + 0.18TG** + 2.57JAP** – 0.17PDB + 2.03PM* + 405.41GI
+ 405.18GH – 405.44GT + 7.35KM** dengan R2 adjusted 0.8789 (BR = bobot
gabah per rumpun, B100 = bobot 100 butir gabah, TG = tinggi generatif, JAP =
jumlah anakan produktif, PDB = panjang daun bendera; PM = panjang malai; GI
= jumlah gabah isi; GH = jumlah gabah isi; GT = jumlah gabah total; KM =
kerapatan malai). Analisis sidik lintas menunjukkan bahwa kerapatan malai
memberikan pengaruh langsung paling besar, sedangkan panjang malai
memberikan pengaruh langsung paling kecil (0.1028).
Penelitian terakhir adalah evaluasi toleransi kekeringan galur dihaploid hasil
penelitian sebelumnya. Ketepatan penggunaan protokol skrining kekeringan
memainkan peranan penting dalam kesuksesan perakitan varietas toleran
kekeringan karena sifat toleransi kekeringan yang kompleks. Penggunaan
polyethylene glycol (PEG) untuk deteksi awal toleransi kekeringan dilaporkan
berhasil membedakan galur toleran dan peka pada tahap perkecambahan.
Penelitian ini bertujuan untuk mendeteksi secara dini toleransi kekeringan galur
DH0 asal kultur antera menggunakan PEG 6000 25%. Penelitian ini
menggunakan rancangan kelompok lengkap teracak dua faktor tiga ulangan.
Faktor pertama galur dan faktor kedua adalah dua konsentrasi PEG 6000 (0 dan
25%). Hasil penelitian menunjukkan bahwa PEG 6000 25% menurunkan semua
variabel perkecambahan. Berdasarkan analisis gerombol dan biplot dengan indeks
sensitivitas kekeringan (ISK) sebagai variabel, galur yang diuji dibagi menjadi
enam kelompok. Dengan merujuk pada cek toleran (Salumpikit) dan peka (IR20),
tujuh galur teridentifikasi sangat toleran, 15 galur toleran (setara Salumpikit), 2
galur agak toleran, dan empat galur peka.
Dari hasil penelitian ini diketahui bahwa teknik kultur antera sangat baik
untuk menghasilkan galur dihaploid dalam jumlah besar. Beberapa galur
menunjukkan karakter agronomi baik, dan juga toleran terhadap cekaman
kekeringan pada tahap perkecambahan. Skrining dan penggunaan varietas padi
indica yang memiliki daya kultur tinggi merupakan pilihan paling baik untuk
menghasilkan galur yang lebih banyak melalui teknik ini. | id |