Show simple item record

dc.contributor.advisorAlikodra, Hadi Sukadi
dc.contributor.advisorIskandar, Entang
dc.contributor.authorAgustine, Ratna
dc.date.accessioned2017-08-14T08:00:59Z
dc.date.available2017-08-14T08:00:59Z
dc.date.issued2017
dc.identifier.urihttp://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/87896
dc.description.abstractBekantan (Nasalis larvatus) merupakan satwa endemik Pulau Kalimantan yang kehidupannya bergantung pada sungai. Salah satu habitat kesukaan bekantan yaitu hutan rawa gelam yang berada di sisi Kanal Sungai Muning Kabupaten Tapin Provinsi Kalimantan Selatan. Setidaknya terdapat 77 individu bekantan yang hidup di kantung-kantung hutan rawa yang didominasi oleh jenis gelam (Melaleuca cajuputi). Luas hutan rawa gelam yang tersisa di Kabupaten Tapin pada Tahun 2013 yaitu 3.471 Ha. Guna melindungi bekantan dan habitatnya, maka Pemerintah Kabupaten Tapin telah menetapkan kawasan bernilai penting bagi konservasi bekantan seluas 90 ha yang tertuang dalam SK Bupati Tapin No. 188.45/060/KUM/2014. Penelitian ini penting dilakukan untuk menyusun model pembangunan di Kawasan Ekowisata Bekantan Tapin (KEBT). Kegiatan penelitian dilaksanakan sejak Desember 2015 hingga Juni 2016 di hutan rawa gelam Kanal Sungai Muning dengan luas 1.912 Ha, termasuk di dalamnya Kawasan Ekowisata Bekantan seluas 90 Ha. Penelitian ini didasarkan pada pendekatan supply-demand pariwisata yang diadopsi dari konsep Cooper et al. (1998). Pendekatan supply digunakan untuk mengetahui potensi ekowisata yang ada seperti kondisi habitat bekantan, populasi bekantan dan satwa lain serta sosial budaya masyarakat sekitar. Pendekatan demand dikaji untuk mengetahui persepsi dan motivasi pengunjung potensial terkait dengan pengembangan kawasan. Penyusunan visi, misi dan strategi pembangunan kawasan dilakukan dengan menganalisis faktor internal dan eksternal KEBT. Rona Kawasan Ekowisata Bekantan seluas 90 Ha didominasi oleh lahan bekas sawah (57 Ha) dan sisanya merupakan vegetasi bekas terbakar (33 Ha) yang telah tersuksesi. Pada lokasi ini ditemukan 31 jenis tumbuhan yang didominasi oleh gelam (Melaluca cajuputi) dan pulantan (Alstonia angustiloba). Kawasan yang dihuni oleh sekitar 11 kelompok bekantan ini dikelola oleh Pemda Kabupaten Tapin dan PT. Antang Gunung Meratus serta bekerja sama dengan perguruan tinggi (Universitas Lambung Mangkurat dan Institut Pertanian Bogor). Pengelolaan kawasan dilakukan mulai dari identifikasi, inventarisasi, validasi data ekosistem, restorasi, sosialisasi serta pembangunan fisik kawasan. Rencana jangka menengah, pengembangan kawasan diarahkan pada peningkatan status kawasan dari surat keputusan Bupati menjadi peraturan daerah. Upaya perluasan kawasan esensial dari 90 Ha menjadi 1.912 Ha juga diperlukan untuk memberikan keamanan bagi bekantan dan hutan rawa gelam. Kawasan ekowisata bekantan juga diarahkan sebagai destinasi wisata unggulan di Kabupaten Tapin sehingga perlu dikembangkan fasilitas dan akomodasi untuk meningkatkan pendapatan asli daerah (PAD) serta peluang usaha bagi masyarakat.id
dc.language.isoidid
dc.publisherBogor Agricultural University (IPB)id
dc.subject.ddcEconomicsid
dc.subject.ddcEcotourismid
dc.subject.ddc2016id
dc.subject.ddcTapin, Kalimantan Selatanid
dc.titlePerencanaan Model Pembangunan Ekowisata Bekantan di Hutan Rawa Gelam Kabupaten Tapin Kalimantan Selatanid
dc.typeThesisid
dc.subject.keywordBekantanid
dc.subject.keywordHutan Rawa Gelamid
dc.subject.keywordPembangunan Ekowisataid


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record