dc.description.abstract | Perhutani diamanatkan mengelola sekitar 2 445 006 ha kawasan hutan di
Pulau Jawa yang terdiri atas kawasan hutan produksi seluas 1 806 449 ha dan
kawasan hutan lindung seluas 638 558 ha (Perhutani 2014). Wilayah kerja
Perhutani terdiri dari beberapa unit kelola berupa Kesatuan Pemangkuan Hutan
(KPH). Saat ini 57 KPH Perhutani sedan mengalami berbagai masalah yakni
fungsi kelestarian tidak berjalan dengan baik. KPH Pekalongan Barat merupakan
salah satu KPH yang dianggap cukup baik, dengan indikator persentase
pemenuhan getah setiap tahunnya yang mampu mencapai sekitar 90% dari target.
KPH Pekalongan Barat mengusahakan kelas perusahaan pinus (prioritas tanaman
pinus) untuk memaksimalkan pendapatan KPH. Selain menghasilkan getah pinus
sebagai sumber pendapatan, KPH Pekalongan Barat juga mengelola wana wisata.
Namun, kualitas sumberdaya hutan mengalami penurunan dan terjadi degradasi
hutan akibat tekanan sosial berupa penggarapan lahan sayur di kawasan hutan.
Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji optimasi alokasi penggunaan
kawasan hutan yang memberikan pendapatan maksimum pada KPH Pekalogan
Barat. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah, 1) analisis
kelayakan finansial, 2) analisis optimasi penggunaan lahan, dan 3) analisis spasial
multikriteria. Analisis awal yang dilakukan adalah analisis kelayakan finansial
untuk setiap jenis komoditas yang akan dikembangkan berdasarkan pilihan
(preferensi) stakeholder. Analisis optimalisasi penggunaan lahan dilakukan
dengan pendekatan linear programming (LP) dengan tujuan agar nilai finansial
maksimum dan kondisi dampak erosi yang dapat diperbolehkan. Analisis
multikriteria dilakukan untuk memperoleh sebaran spasial alokasi lahan optimum
dalam wilayah penelitian. Hasil yang didapatkan untuk penggunaan lahan yang
ada sekarang di lokasi penelitian terdiri dari total hutan pinus untuk BKPH
Bumijawa dan Paguyangan sebesar 9 713 ha (70.1 %), areal garapan sayuran
sebesar 2 300 ha (16.6 %) dan tanah kosong 1 732 ha (12.5 %). Berdasarkan
aspek finansial, kriteria kelayakan investasi usaha menunjukkan ketiga
penggunaan lahan berupa hutan pinus, pengembangan kopi dan sayur layak untuk
dilaksanakan. Komposisi luas untuk penggunaan lahan yang optimal adalah areal
pinus seluas 11 047 ha, kopi seluas 2 126 ha, dan untuk areal sayur seluas 668 ha
dengan pendapatan pertahun sebesar Rp872 581 112 943. Berdasarkan analisis
multikriteria areal sayur yang ada sekarang berada pada areal yang tidak sesuai
sehingga tidak dapat dipertahankan keberadaannya. | id |