dc.description.abstract | Undang-Undang No. 18 Tahun 2012 tentang Pangan, yang secara spesifik
mengatur bahwa pemerintah menyelenggarakan pengaturan, pembinaan,
pengendalian dan pengawasan terhadap ketersediaan pangan yang cukup, baik
jumlah maupun mutunya, beragam, bergizi, berimbang, aman, merata, terjangkau
serta tidak bertentang dengan agama, keyakinan dan budaya masyarakat, untuk
hidup sehat, aktif dan produktif. Beberapa hasil kajian menunjukkan persediaan
pangan yang cukup secara nasional terbukti tidak menjamin perwujudan ketahanan
pangan pada tingkat wilayah (regional), rumah tangga atau individu (Kementan
2015). Pemerintah menggalakkan program pemberdayaan masyarakat di
perdesaan, untuk meningkatkan pertumbuhan pendapatan rakyat miskin di
perdesaan. Pembangunan era lalu bercirikan sentralistis, top down dan menerapkan
komunikasi linier, terbukti justru membuat petani tidak berdaya. Untuk itu,
pendekatan “bottom up” dan “top down” yang dipadukan, untuk menuju
pemberdayaan kelompok (capacity building of grass root community) dengan
pendamping berperan sebagai dinamisator, fasilitator dan motivator. Keikutsertaan
dari seluruh masyarakat akan menjadi indikator keberhasilan dari pembangunan
partisipatif, tidak ketinggalan wanita, sebagai anggota masyarakat, wanita melalui
berbagai lembaga kewanitaannya mempunyai hak yang sama dengan pria dalam
menyukseskan pembangunan di lingkungannya. Untuk itu menjadi penting diteliti
bagaimana cara wanita tani berkomunikasi dalam kelompok dan mengambil peran
dalam kegiatan pemberdayaan, untuk meningkatkan partisipasi dan
keberdayaannya melalui pemanfaatan pekarangan menuju ketahanan pangan
keluarga. Oleh karena itu penelitian ini berusaha mengisi kesenjangan tersebut.
Tujuan penelitian adalah (1) Menganalisis tingkat partisipasi, keberdayaan
dan ketahanan pangan wanita tani, (2) Menganalisis faktor-faktor penentu yang
mempengaruhi partisipasi, keberdayaan dan ketahanan pangan wanita tani, (3)
Menyusun model dan merumuskan strategi komunikasi keberdayaan wanita tani
melalui pemanfaatan pekarangan menuju ketahanan pangan keluarga.
Penelitian dilakukan di Kabupaten Bogor Provinsi Jawa Barat, yang
melaksanakan kegiatan pemberdayaan kelompok wanita tani yaitu P2KP
(Percepatan Penganekaragaman Konsumsi Pangan) dan KRPL (Kawasan Rumah
Pangan Lestari) dari tahun 2012–2014, dipilih 15 Kelompok Wanita Tani (KWT)
dengan 363 responden. Pengolahan data menggunakan analisis kuantitatif,
didukung informasi berdasarkan data kualitatif. Analisis kuantitatif menggunakan
analisis hubungan pengaruh antara peubah bebas dan peubah terikat, dilakukan
melalui permodelan Structural Equation Modelling (SEM).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa partisipasi wanita tani untuk
memanfaatkan pekarangan berada pada kategori sedang, di mana wanita tani cukup
berpartisipasi dalam memanfaatkan pekarangan. Semua pengurus KWT telah
berpartisipasi aktif, sedangkan sebagian dari anggota KWT juga telah berpartisipasi
aktif dalam berbagai kegiatan pemanfaatan pekarangan. Keberdayaan wanita tani
berada pada kategori sedang, di mana sebagian besar wanita tani cukup berdaya
dalam berbagai aspek tingkat keberdayaan (kemampuan dalam mengakses
informasi, memanfaatkan lahan pekarangan dan mengatur konsumsi pangan
keluarga). Wanita tani kurang berdaya dalam hal kemampuan mengambil
keputusan, meningkatkan pendapatan dan mendistribusikan hasil produksi.
Ketahanan pangan wanita tani berada pada kategori sedang, artinya wanita tani
sudah semakin sadar pentingnya mengonsumsi pangan yang berkualitas dan aman,
yang didapat dari hasil memanfaatkan pekarangan. Hasil produksi pekarangan
sebagian besar dikonsumsi, dibagikan ke tetangga dan sedikit sekali yang dijual.
Partisipasi wanita tani dalam memanfaatkan pekarangan dominan
dipengaruhi oleh faktor-faktor: 1) Karakteristik individu dan sosial ekonomi wanita
tani yaitu tingkat kekosmopolitan dan tingkat motivasi, 2) Intensitas pemberdayaan
yaitu pengembangan kemampuan teknis, 3) media komunikasi yaitu penggunaan
media, 4) lingkungan fisik dan sosial yaitu ketersediaan sarana komunikasi, dan 5)
penerapan komunikasi partisipatif yaitu dialogis. Keberdayaan wanita tani dalam
memanfaatkan pekarangan dominan dipengaruhi oleh faktor-faktor: 1)
Karakteristik individu dan sosial ekonomi wanita tani yaitu tingkat kekosmopolitan
dan tingkat motivasi, dan 2) Partisipasi wanita tani yaitu pelaksanaan kegiatan.
Berdasarkan matriks IE dari hasil analisa SWOT, strategi komunikasi
keberdayaan wanita tani melalui pemanfaatan pekarangan menuju ketahanan
pangan keluarga berada pada sel II, di mana strategi yang dibutuhkan adalah yang
bersifat tumbuh dan membangun (Grow and Build). Model komunikasi partisipatif
merupakan model yang relatif lebih sesuai digunakan dalam komunikasi
keberdayaan wanita tani untuk menggerakkan KWT memanfaatkan pekarangan
sebagai pemenuhan kebutuhan konsumsi pangan keluarga. Namun untuk lebih
efektif dan efisien dibutuhkan rumusan strategi komunikasi keberdayaan wanita
tani, yaitu 1) Melaksanakan pendampingan ke kelompok dengan persiapan materi
yang baik, 2) Melaksanakan pelatihan dalam rangka peningkatan kompetensi teknis
pengembangan budidaya pekarangan, manajemen kelompok dan kepemimpinan
untuk KWT, 3) Menggunakan metode komunikasi yang tepat dengan pendekatan
kelompok, 4) Menggunakan media komunikasi bermedia seperti tayangan video, 5)
Meningkatkan kompetensi pendamping terkait kemampuan teknis budidaya
pekarangan, manajemen kemitraan dan kepemimpinan serta komunikasi yang
efektif. | id |