Show simple item record

dc.contributor.advisorSupriatna, Imam
dc.contributor.advisorSetiadi, Mohamad Agus
dc.contributor.advisorKarja, Ni Wayan Kurniani
dc.contributor.authorGustina, Sri
dc.date.accessioned2017-08-07T07:08:27Z
dc.date.available2017-08-07T07:08:27Z
dc.date.issued2017
dc.identifier.urihttp://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/87690
dc.description.abstractTeknologi reproduksi pada ternak kerbau sejauh ini belum banyak berkembang seperti pada sapi. Secara umum dilaporkan bahwa efisiensi produksi embrio in vitro (IVEP) secara keseluruhan pada kerbau masih lebih rendah dibandingkan dengan ternak sapi. Penelitian ini bertujuan untuk mengoptimalkan perkembangan oosit in vitro pada ternak kerbau dengan menambahkan sericin pada medium maturasi. Penelitian dibagi atas 3 tahap yaitu tahap I, ovarium dikelompokkan berdasarkan status reproduksinya lalu ditimbang. Pengelompokan status ovarium diantaranya; ada corpus luteum (CL), ada folikel dominan (FD) (+ CL, + FD); ada CL, tanpa FD (+ CL, - FD); tanpa CL, ada FD (- CL, + FD); dan tanpa CL, tanpa FD (- CL, - FD). Oosit dari ovarium dikoleksi dengan teknik pencacahan, kemudian diseleksi berdasarkan kualitasnya. Tahap II, oosit hasil seleksi dimatangkan secara in vitro pada medium dasar tissue culture medium (TCM-199) dengan perlakuan tanpa bovine serum albumin (- BSA), dengan BSA (+ BSA), dan dengan penambahan sericin 0.025, 0.05, 0.1, dan 0.25%. Selanjutnya diamati perubahan inti oosit, konsentrasi hydrogen peroxide (H2O2), dan tingkat fragmentasi DNA. Penelitian tahap III, oosit dimatangkan pada medium dasar TCM-199 dengan dan tanpa penambahan sericin menggunakan konsentrasi terbaik pada penelitian tahap II untuk melihat perubahan ultrastruktur oosit kerbau sebelum dan setelah pematangan dengan dan tanpa sericin menggunakan transmission electron microscope (TEM) dan ukuran organel sel oosit dari hasil TEM. Hasil penelitian tahap I menunjukkan bahwa berat rata-rata ovarium kerbau dengan status (+ CL, + FD) sekitar 7.2 g, status (+ CL, - FD) 5.5 g, status (- CL, + FD) 4.1 g, serta status (- CL, - FD) 4.5 g. Status reproduksi ovarium pada kerbau tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan terhadap kualitas oosit yang dihasilkan, dengan hanya sekitar 40-55% oosit dengan kualitas baik yang bisa diperoleh. Hasil penelitian tahap II menunjukkan bahwa penambahan 0.05% sericin pada medium maturasi secara nyata meningkatkan persentase kematangan inti (P<0.05) (89.2%) dibandingkan dengan kelompok (- BSA), (+ BSA), 0.1 dan 0.25% sericin (berturut-turut 71.9, 73.8, 79.3, dan 77.0 %). Akan tetapi, kelompok 0.05% sericin tidak menunjukkan perbedaan yang nyata dibandingkan dengan kelompok 0.025% sericin (83.0%). Selanjutnya, konsentrasi H2O2 pada oosit yang dimatangkan dengan kelompok 0.05% sericin nyata lebih rendah (32.6 FIU/oosit) dibandingkan dengan (- BSA) (41.1 FIU/oosit) (P<0.05), namun relatif sama dengan (+ BSA), 0.025, 0.1, dan 0.25% sericin (berturut-turut 35.8, 35.1, 35.5, dan 36.3 FIU/oosit). Tidak ditemukan adanya perbedaan yang nyata (P>0.05) terhadap tingkat fragmentasi DNA pada oosit yang mencapai tahap MII diantara semua kelompok perlakuan. Hasil TEM pada penelitian tahap III menunjukkan bahwa terjadi perubahan ultrastruktur sitoplasma pada oosit matured baik dengan atau tanpa penambahan sericin dibandingkan dengan oosit immature. Organel-organel sitoplasma mengalami reorganisasi terutama kortikal granula yang berpindah ke arah peripheral dan membentuk barisan. Dari hasil pengukuran menunjukkan bahwa oosit yang dimatangkan dengan sericin memiliki ukuran kortikal granula lebih kecil dibanding dengan oosit immature (154.5 vs 230.2 nm) namun relatif sama pada semua perlakuan untuk ukuran organel lain yaitu mitokondria dan vesikel. Dari data tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa berat rata-rata ovarium kerbau berkisar antara 4.1-7.2 g dimana status ovarium tidak memberikan pengaruh terhadap kualitas oosit yang dihasilkan. Hanya sekitar 40-55% oosit dengan kualitas baik (grade A dan B) yang bisa diperoleh dari tiap pasang ovarium kerbau. Penambahan 0.05 % sericin pada medium maturasi dapat meningkatkan kematangan inti dan menurunkan konsentrasi H2O2, namun tidak berpengaruh pada tingkat fragmentasi DNA. Ultrastruktur sitoplasma oosit kerbau seperti kortikal granula, mitokondria, dan vesikel, mengalami relokasi dan modulasi selama proses pematangan baik dengan atau tanpa penambahan sericin. Sericin tidak mempengaruhi morfometri organel kecuali pada kortikal granula.id
dc.language.isoidid
dc.publisherIPB (Bogor Agricultural University)id
dc.subject.ddcAnimal Husbandryid
dc.subject.ddcBuffaloid
dc.subject.ddc2016id
dc.titleKompetensi Perkembangan dan Ultrastruktur Oosit Kerbau In Vitro dalam Medium Maturasi dengan Sericinid
dc.title.alternativeBogor Agricultural University (IPB)id
dc.typeDissertationid
dc.subject.keywordoosit kerbauid
dc.subject.keywordmaturasi in vitroid
dc.subject.keywordsericinid
dc.subject.keywordTEMid
dc.subject.keywordfragmentasi DNAid
dc.subject.keywordhydrogen peroxideid


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record