dc.description.abstract | Indonesia merupakan penghasil biji kakao terbesar di Asia dan ketiga di
dunia. Sebagian besar produksi bii kakao di Indonesia berasal dari perkebunan
kakao rakyat. Salah satu sentra perkebunan kakao rakyat di Indonesia adalah
Provinsi Lampung. Sayangnya, produktivitas perkebunan kakao rakyat masih
rendah. Hal tersebut disebabkan terutama oleh faktor cuaca, hama penyakit
tanaman serta berbagai faktor yang menunjukkan adanya ketidakefisienan
penggunaan input-input produksi. Keadaan ini pada akhirnya akan memengaruhi
pendapatan dan kesejahteraan petani kakao.
Pemerintah provinsi memiliki beberapa upaya sebagai solusi untuk
mengatasi kendala tersebut. Salah satu caranya dengan melakukan rehabilitasi
tanaman dengan metode sambung-samping. Metode ini dianggap mudah
dilakukan dan lebih murah biayanya. Dengan demikian, diharapkan kegiatan
usahatani dapat menjadi lebih efisien.
Tujuan dari penelitian ini yaitu: 1) menganalisis faktor-faktor yang dapat
memengaruhi produksi kakao, 2) menganalisis tingkat efisiensi teknis perkebunan
kakao rakyat rehabilitasi dan non-rehabilitasi beserta faktor-faktor yang
memengaruhinya, (3) menganalisis tingkat efisiensi alokatif dan ekonomi
perkebunan kakao rakyat rehabilitasi dan non-rehabilitasi serta 4) menganalisis
pendapatan usahatani perkebunan kakao rakyat rehabilitasi dan non-rehabilitasi di
Provinsi Lampung.
Data yang digunakan di dalam penelitian adalah data primer yang terdiri
dari dua kelompok sampel. Kelompok sampel pertama terdiri dari petani-petani
yang memiliki perkebunan kakao rakyat yang direhabilitasi dengan metode
sambung-samping dan kelompok sampel kedua terdiri dari petani-petani yang
memiliki perkebunan kakao rakyat non-rehabilitasi dengan metode apapun di
Provinsi Lampung. Jumlah observasi seluruhnya yaitu sebanyak 64 responden.
Terdapat tiga buah alat analisis yang digunakan untuk menjawab tujuan
penelitian. Stochastic Frontier Analysis digunakan sebagai alat untuk menduga
parameter fungsi produksi Cobb-Douglas Stochastic Frontier dan parameter
fungsi inefisiensi teknis secara simultan. Analisis dual frontier digunakan untuk
mengestimasi efisiensi alokatif dan ekonomi. Analisis NFI (Net Farm Income)
dan RC ratio digunakan untuk mengestimasi pendapatan usahatani petani.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat empat faktor yang
berpengaruh secara nyata terhadap peningkatan jumlah produksi biji kakao yaitu
luas lahan (X1), pupuk kimia (X2), TKDK (X5) dan TKLK (X6). Adapun faktor
produksi yang tidak berpengaruh nyata adalah insektisida (X3) dan fungisida (X4).
TKDK menjadi faktor produksi yang paling responsif dengan koefisien sebesar
0.52. Perkebunan kakao rakyat di Provinsi Lampung secara keseluruhan sudah
efisien secara teknis dengan tingkat efisiensi teknis rata-rata 0.82. Tingkat
efisiensi teknis pada perkebunan kakao rakyat rehabilitasi lebih tinggi daripada
non-rehabilitasi (0.92 > 0.73). Terdapat empat faktor yang memengaruhi tingkat
efisiensi teknis secara signifikan. Yaitu, umur petani (Z1), jumlah tanggungan
keluarga (Z4), keanggotaan kelompok tani (Z6) dan penerapan metode sambungsamping
(Z7).
Perkebunan kakao rakyat baik yang direhabilitasi maupun non-rehabilitasi
belum mencapai tingkat yang efisien secara alokatif dan ekonomis. Tingkat
efisiensi alokatif antara perkebunan kakao rakyat rehabilitasi dan non-rehabilitasi
tidak berbeda nyata karena berada pada tingkat yang sama yaitu 0.15. Akan
tetapi, tingkat efisiensi ekonomis antara perkebunan kakao rakyat rehabilitasi dan
non-rehabilitasi berbeda secara nyata dengan nilai rata-rata masing-masing 0.14
dan 0.11. Pada tingkat efisiensi produksi tersebut, pendapatan usahatani pada
perkebunan kakao rakyat rehabilitasi terbukti lebih tinggi dibandingkan nonrehabilitasi
dengan RC ratio berturut-turut yaitu 2.25 dan 1.50.
Telah terbukti bahwa penerapan metode sambung-samping pada kegiatan
rehabilitasi tanaman kakao dapat memberikan tingkat efisiensi teknis yang tinggi.
Sehingga, metode tersebut dapat direkomendasikan untuk usaha peningkatan
produktivitas kakao di Provinsi Lampung. Namun, tingkat efisiensi ekonomis
yang rendah sebagai hasil dari penerapan metode ini menandakan bahwa kegiatan
rehabilitasi tersebut belum dapat meningkatkan kesejahteraan petani. Tingkat
efisiensi ekonomis yang rendah tersebut lebih disebabkan rendahnya tingkat
efisiensi alokatif. Rendahnya tingkat efisiensi alokatif dapat diatasi dengan
kebijakan harga input. Kebijakan harga input dapat memberikan insentif bagi
petani untuk dapat meningkatkan penggunaan inputnya secara proporsional. Di
sisi lain, hendaknya instansi terkait baik pemerintah maupun swasta dapat
mempercepat tujuan program rehabilitasi tanaman kakao dengan penyediaan
faktor-faktor yang dapat mendukung keberhasilan metode yang digunakan
misalnya seperti pengadaan entrees varietas kakao unggul, subsidi pupuk kimia
dan pestisida kakao. | id |