dc.description.abstract | Penanganan pascapanen yang tepat merupakan faktor yang penting untuk mengurangi tingkat kehilangan dan mempertahankan kualitas buah pepaya. Kualitas buah dan benih pepaya dipengaruhi oleh stadia kematangan. Akumulasi satuan panas merupakan salah satu metode yang dapat digunakan dalam menentukan kriteria kematangan buah. Melalui metode ini diharapkan dapat ditentukan tingkat kematangan buah yang tepat baik untuk tujuan konsumsi maupun perbanyakan benih. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kriteria kematangan pascapanen buah dan viabilitas benih pepaya Callina dari umur petik berdasarkan satuan panas yang berbeda setelah dipanen hingga mencapai tingkat kematangan tertentu.
Penelitian dilaksanakan pada bulan Februari hingga September 2015 di kebun kelompok tani Mekarsari, Rancabungur Bogor, Laboratorium Pascapanen dan Laboratorium Ilmu Teknologi Benih Departemen Agronomi dan Hortikultura, Institut Pertanian Bogor. Penelitian menggunakan rancangan kelompok lengkap teracak faktor tunggal dengan 4 ulangan. Terdapat 5 taraf umur panen berdasarkan akumulasi satuan panas yaitu: 2 100, 2 200, 2 300, 2 400, dan 2 500 oC hari.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa buah pepaya yang dipanen lebih tua memiliki umur simpan lebih pendek dibandingkan dipanen lebih muda. Umur panen tidak mempengaruhi susut bobot, kelunakan kulit dan daging buah pepaya Callina. Kadar vitamin C dan padatan terlarut total meningkat seiring semakin lamanya umur panen. Padatan terlarut total pada 2 500 oC hari sebesar 12.19 obrix tidak berbeda nyata dengan 2 300, dan 2 400 oC hari. Kandungan vitamin C berkisar antara 37.40 hingga 69.96 mg/100 g bagian dapat dimakan. Vigor dan viabilitas benih mencapai maksimum pada 2 300 oC hari.
Buah pepaya untuk tujuan konsumsi sebaiknya dipanen sejak 2 300 o C hari demikian halnya dengan buah untuk tujuan produksi benih yang diikuti pemeraman hingga kuning penuh. | id |