Show simple item record

dc.contributor.advisorSoviana, Susi
dc.contributor.advisorHadi, Upik Kesumawati
dc.contributor.authorSimbawara, Lalu
dc.date.accessioned2017-07-17T08:01:27Z
dc.date.available2017-07-17T08:01:27Z
dc.date.issued2017
dc.identifier.urihttp://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/87493
dc.description.abstractKejadian Demam berdarah dengue (DBD) di Kabupaten Sumbawa sampai sekarang masih tinggi. Dinas Kesehatan Kabupaten Sumbawa melaporkan, pada 2013 dilaporkan sebanyak 646 kasus, 2014 sebanyak 294 kasus, dan pada 2015 sebanyak 151 kasus. Upaya pengendalian vektor DBD yang dilakukan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten Sumbawa yaitu secara kimiawi dengan menggunakan malation dan temefos. Kasus DBD yang masih tinggi padahal penggunaan malation dan temefos secara terus menerus, menunjukkan upaya pengendalian vektor DBD yang tidak efektif lagi. Hal ini mendorong dilakukan evaluasi terhadap status resistensi Ae. aegypti di Kabupaten Sumbawa terhadap malation dan temefos. Tujuan penelitian ini untuk menganalisis status resistensi larva dan Ae. aegypti yang menjadi vektor DBD terhadap temefos dan malation, membuat pemetaan status resistensi Ae. aegypti terhadap temefos dan malation di Kabupaten Sumbawa, serta menganalisis hubungan faktor iklim (curah hujan, kelembaban udara, dan suhu udara) terhadap kejadian DBD di Kabupaten Sumbawa. Penelitian dilakukan melalui uji resistensi larva Ae. aegypti dengan metode WHO (1980) menggunakan larutan temefos dengan konsentrasi 0.005 mg/l, 0.025 mg/l, 0.125 mg/l, 0.625 mg/l. Uji resistensi nyamuk Ae. aegypti terhadap insektisida dilakukan dengan metode standar WHO (1975) menggunakan impragnated paper berbahan aktif malation 0,8%. Ae. aegypti diperoleh dengan cara mengumpulkan telur-telurnya menggunakan ovitrap pada 5 kecamatan endemis DBD di Kabupaten Sumbawa. Telur-telur tersebut ditetaskan dan dipelihara hingga generasi kedua (F2) lalu diujikan terhadap insektisida. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 15 isolat larva Ae. aegypti, 6 isolat telah resisten dan 9 isolat rentan terhadap temefos. Status resistensi Ae. aegypti terhadap malation berdasarkan persentase kematian menunjukkan bahwa 2 isolat (Pekat dan Lempeh) telah resisten, 4 isolat (Moyo, Moyo Mekar, Labuan Sumbawa dan Labuan Badas) toleran, dan 9 isolat (Berare, Brangbara, Uma Beringin, Nijang, Karang Dima, Semamung, Leseng, Sebasang dan Kerato) masih rentan. Adapun status resistensi terhadap malation berdasarkan resistance ratio (RR) menunjukkan bahwa 5 isolat Ae. agypti telah resisten, 2 isolat toleran, dan 8 isolat masih rentan. Waktu terlama yang dibutuhkan untuk mematikan 95% nyamuk adalah 36.76 jam pada isolat Pekat dan waktu tersingkat adalah 0.96 jam pada isolat Kerato. Hasil uji multivariat menunjukkan terdapat hubungan yang signifikan tetapi lemah (p = 0.021 dan R = 0.298) antara kelembapan udara dengan kasus DBD di Kabupaten Sumbawa antara tahun 2011 – 2015.id
dc.language.isoidid
dc.publisherIPB (Bogor Agricultural University)id
dc.titleStatus Resistensi Aedes aegypti Terhadap Malation dan Temefos Serta Distribusi Spasialnya Di Daerah Endemis DBD Kabupaten Sumbawaid
dc.title.alternativeIPB (Bogor Agricultural University)id
dc.typeDissertationid
dc.subject.keywordAedes aegptiid
dc.subject.keyworddemam berdarah dengueid
dc.subject.keywordfaktor iklimid
dc.subject.keywordKabupaten Sumbawaid
dc.subject.keywordmalationid
dc.subject.keywordtemefosid


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record