Show simple item record

dc.contributor.advisorTjahjoleksono, Aris
dc.contributor.advisorUtami, Dwinita Wikan
dc.contributor.authorAfiah, Mawar
dc.date.accessioned2017-07-04T02:17:46Z
dc.date.available2017-07-04T02:17:46Z
dc.date.issued2017
dc.identifier.urihttp://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/87416
dc.description.abstractMutu beras merupakan salah satu faktor yang menjadi pertimbangan konsumen dalam memilih beras. Beras merupakan hasil produksi dari tanaman padi (Oryza sativa L.) yang menjadi sumber makanan pokok bagi setengah populasi di dunia. Dalam rangka memenuhi kebutuhan pangan yang meningkat, saat ini telah banyak varietas unggul yang dikembangkan seperti varietas unggul tahan penyakit blas. Penyakit blas merupakan penyakit yang disebabkan oleh Pyricularia grisea Sacc. Penyakit ini dapat menurunkan produksi padi secara drastis dan merusak mutu beras. Umumnya penurunan produksi padi berkisar antara 10-20%. Pada kasus yang lebih serius, penurunan produksi dapat mencapai 40-50%, bahkan dapat mengakibatkan gagal panen. Di Indonesia, luas serangan penyakit blas sebesar 12% dari total luas area pertanaman padi atau mencapai 1.285 juta ha. Mutu beras yang baik merupakan hal penting yang diperhatikan dalam perakitan varietas baru sehingga dapat memenuhi strategi pemasaran. Penggunaan varietas unggul tahan penyakit blas dapat menekan penurunan produksi padi. Namun demikian, varietas unggul yang telah dirakit belum tentu menjadi pilihan petani untuk ditanam apabila tidak memiliki mutu beras yang baik. Hal ini karena konsumen memiliki preferensi terhadap mutu beras yang baik. Mutu beras dikelompokkan dalam 5 komponen, yaitu mutu gabah, mutu beras giling, mutu tampilan beras, mutu tanak, dan mutu nutrisi. Karakter-karakter unggul terkait mutu beras dapat diseleksi menggunakan marka molekuler. Pemanfaatan marka molekuler sudah sering dilakukan dalam pemuliaan tanaman yaitu untuk menyeleksi galur-galur unggul melalui analisis keterpautan antara marka molekuler dengan sifat yang terkait mutu beras. Namun, pemanfaatan marka molekuler terkait mutu beras belum dilakukan pada galur tahan penyakit blas. Oleh karena itu, seleksi lebih lanjut pada galur-galur tahan penyakit blas terkait karakter mutu beras dapat dilakukan melalui analisis asosiasi antara genotipe dan fenotipe. Sembilan belas galur tahan penyakit blas digunakan dalam penelitian ini. Galur-galur ini berasal dari 4 persilangan yaitu Situ Patenggang/IRBLa, Situ Patenggang/IRBLiF5, Situ Patenggang/IRBLKp, Situ Patenggang/IRBLta. Situ Patenggang sebagai tetua kontrol, dan 4 varietas unggul (Inpari Blas, IR64, Ciherang dan Inpago 4) sebagai varietas kontrol. Total 24 populasi tanaman tersebut digunakan untuk analisis genotipe. Analisis fenotipe juga menggunakan 24 populasi yang sama. Sebanyak 25 individu dari masing-masing populasi dipanen untuk mendapatkan gabah seberat 2 kg. Analisis fenotipe untuk pengujian mutu beras dilakukan menggunakan metode standar yang biasa digunakan di Laboratorium Mutu Gabah dan Beras Balai Penelitian Tanaman Padi Sukamandi, Subang. Mutu beras yang dianalisis meliputi mutu gabah, mutu beras giling, mutu tampilan beras, mutu tanak beras, dan mutu nutrisi beras. Analisis genotipe terkait mutu beras dilakukan dengan menggunakan 4 tipe marka molekuler (STS, SSR, iii Indel, dan SNP) di Laboratorium Biologi Molekuler Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik Pertanian, Bogor. Hasil analisis mutu gabah menunjukkan bahwa galur SPIRIS8, SPIRIS141, SPIRIS170, SPIRIS197, dan SPIRAA207 memenuhi standar SNI untuk karakter gabah hampa, butir kuning rusak, dan butir kapur. Galur SPIRTA17 memiliki berat 1000 butir tertinggi sebesar 26.77%. Galur SPIRIS170 memiliki densitas gabah tertinggi yaitu 558 kg/m3. Hasil analisis mutu beras giling menunjukkan bahwa galur-galur harapan yang konsisten memenuhi standar SNI untuk karakter butir kepala, butir patah, butir menir, butir kuning rusak, dan butir kapur adalah SPIRTA17, SPIRTA22, SPIRIS8, SPIRIS141, SPIRIS166, SPIRIS175, SPIRIS197, SPIRKAP130, SPIRKAP141, dan SPIRAA207. Galur SPIRKAP281 memiliki rendemen beras pecah kulit tertinggi yaitu sebesar 80.12%. Galur SPIRIS8 memiliki rendemen beras giling tertinggi yaitu sebesar 89.58%. Galur-galur harapan ini memiliki karakter yang cenderung lebih baik dibandingkan dengan tetuanya sehingga dapat digunakan sebagai kandidat potensial untuk dikembangkan sebagai varietas unggul. Karakterisasi mutu tampilan beras menunjukkan bahwa 19 galur harapan dan tetuanya menghasilkan beras berbentuk medium (sedang). Hasil analisis mutu tanak beras yang meliputi kadar amilosa dan konsistensi gel menunjukkan bahwa 16 galur harapan dan tetuanya (Situ Patenggang) bersifat pulen, sedangkan 3 galur lainnya bersifat pulen sedang. Kadar protein pada 19 galur berkisar antara 8.21- 9.64%. Situ Patenggang sebagai tetua memiliki kadar protein sebesar 6.93%. Di antara 19 pasang primer dari 4 tipe marka yaitu SSR, STS, Indel dan SNP diperoleh 14 pasang primer yang menghasilkan pita DNA polimorfis. Analisis asosiasi antara data genotipe dan fenotipe (mutu beras) menghasilkan 10 marka yang signifikan (p_Value< 0.05). Marka-marka tersebut berkaitan dengan gen biosintesis pati dan sukrosa yang berkontribusi dalam menentukan karakter mutu beras.id
dc.language.isoidid
dc.publisherBogor Agricultural University (IPB)id
dc.subject.ddcBotanyid
dc.subject.ddcPlant biologyid
dc.subject.ddc2016id
dc.subject.ddcBogor, Jawa Baratid
dc.titleEvaluasi marka molekuler untuk seleksi mutu beras pada galur-galur padi (Oryza sativa L.) tahan penyakit blas (Pyricularia grisea Sacc.)id
dc.typeThesisid
dc.subject.keywordmarka DNAid
dc.subject.keywordmutu berasid
dc.subject.keywordmutu gabahid
dc.subject.keywordOryza sativaid


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record