Show simple item record

dc.contributor.advisorTjahjono, Boedi
dc.contributor.advisorMurtilaksono, Kukuh
dc.contributor.authorWiguna, Muh. Taufiq
dc.date.accessioned2017-07-03T03:53:03Z
dc.date.available2017-07-03T03:53:03Z
dc.date.issued2017
dc.identifier.urihttp://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/87351
dc.description.abstractDegradasi lahan adalah proses penurunan fungsi lahan untuk tata air dan produktivitas, baik bersifat sementara maupun tetap, sehingga kondisi ini melahirkan lahan kritis. Sebagian besar Daerah Aliran Sungai (DAS) Indonesia saat ini sedang dalam keadaan kritis termasuk di antaranya adalah DAS Cimanuk yang berada di Jawa Barat, disebabkan oleh kerusakan ekologi di daerah hulu yang terjadi akibat peladangan liar maupun penebangan hutan untuk keperluan pertanian ataupun eksploitasi produk hutan. Pada tahun 2004 di DAS Cimanuk Hulu telah diperkirakan mempunyai lahan kritis seluas 40.876 ha, namun hingga kini belum diketahui bagaimana penanganan terhadap fenomena tersebut. Sementara itu kejadian cuaca ekstrim di wilayah ini pada tanggal 20 September 2016 yang melahirkan bencana banjir bandang di kota Garut dapat dijadikan sebagai indikator tentang masih belum tertanganinya secara baik lahan kritis yang ada. Alhasil fungsi bentanglahan terhadap tata air belum berjalan dengan baik. Oleh sebab itu penelitian terkait lahan kritis di DAS Cimanuk Hulu masih sangat relevan untuk mengetahui kondisi aktual bentanglahan di wilayah ini. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi dan memetakan bentanglahan (faset lahan) dan lahan kritis di DAS Cimanuk Hulu dan keterkaitan di antara keduannya serta terhadap penggunaan lahan. Metode pemetaan faset lahan dilakukan secara visual dari citra satelit (SRTM), sedangkan penilaian lahan kritis dilakukan sesuai dengan Perdirjen BPDAS PS No. P.4/V-Set/2013 yang dimodifikasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa faset lahan di DAS Cimanuk Hulu yang terluas adalah Dataran Fluvio- Vulkanik (FV1) yang terbentang di bagian tengah DAS, yaitu seluas 24.831,08 ha atau 21,10% dari total luas daerah penelitian. Sisanya merupakan faset lahan perbukitan dan pegunungan vulkanik denudasional yang mengelilingi dataran tersebut. Sementara itu hasil kajian lahan kritis menunjukkan bahwa lahan-lahan yang mempunyai “kategori tidak kritis” menempati luasan sekitar 82.208,56 ha (69,86%) dari luas DAS Cimanuk Hulu, sedangkan lahan “kategori kritis” menempati luasan 35.469,08 ha (30,14%). Dalam hubungannya dengan karakter bentanglahan, persebaran lahan “kategori kritis” di DAS Cimanuk Hulu menempati faset lahan perbukitan dan pegunungan seperti tersebut di atas, terutama tersebar secara dominan pada faset lahan Lereng Tengah Kerucut Vulkanik Denudasional (VD5), seluas 10.718,82 ha atau 93,55% dari total luas faset lahan VD5. Secara spesifik persebaran lahan “kategori kritis” mempunyai hubungan yang erat dengan morfometri faset lahan (kemiringan lereng), dimana persebarannya mengikuti pola kemiringan lereng tertentu, yaitu yang terluas berada pada kemiringan lereng 16- 25% dan 26-40%, sedangkan dalam hubungannya dengan penggunaan lahan, terindikasi 69,12% lahan “kategori kritis” terletak pada penggunaan lahan tegalan. Dengan demikian kemiringan lereng dan penggunaan lahan dapat dianggap sebagai parameter utama penentu lahan kritis pada bentanglahan vulkanik di DAS Cimanuk Huluid
dc.language.isoidid
dc.publisherBogor Agricultural University (IPB)id
dc.subject.ddcSoil Sciencesid
dc.subject.ddcWatershedsid
dc.subject.ddcBogorid
dc.subject.ddcJawa Baratid
dc.titlePemetaan Faset Lahan dan Lahan Kritis di Daerah Aliran Sungai (DAS) Cimanuk Huluid
dc.typeUndergraduate Thesisid
dc.subject.keywordDAS Cimanuk Huluid
dc.subject.keywordLahan Kritisid
dc.subject.keywordFaset Lahanid
dc.subject.keywordKabupaten Garutid


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record