dc.description.abstract | Penyakit layu fusarium pada tanaman kelapa sawit yang disebabkan oleh
F. oysporum f.sp. elaeidis (Foe) merupakan salah satu penyakit penting pada
kelapa sawit di berbagai negara produsen kelapa sawit. Di Indonesia, Foe
termasuk Organisme Pengganggu Tanaman Karantina Golongan A1 (OPT KA1)
atau belum pernah dilaporkan ada di Indonesia. Hasil penelitian terbaru
menunjukkan Fusarium spp. berasosiasi dengan berbagai gejala pada kelapa
sawit, salah satunya F. oxysporum. Meskipun belum ada laporan yang relevan
tentang kehilangan hasil kelapa sawit yang disebabkan oleh penyakit fusarium,
eksplorasi agens biokontrol sebagai upaya mencari pengendalian berbasis
biokontrol untuk mengantisipasi adanya introduksi patogen tersebut. Penelitian ini
bertujuan mengetahui forma specialis F. oxysporum asal bibit kelapa sawit
berdasarkan karakter morfologi dan teknik molekuler, serta memperoleh
cendawan agens biokontrol yang efektif dalam mengendalikan F. oxysporum pada
bibit kelapa sawit in vitro dan in planta.
Identifikasi morfologi tiga isolat cendawan F. oxysporum dilakukan pada
media PDA dan BLA, identifikasi karakter molekuler dengan teknik PCR dan
sikuensing menggunakan primer EF 1 5' -A TGGGT AAGGA(A/G)
GACAAGAC-3’ dan EF 2 reverse 5'GGA(G/A)GTACCAGT(G/C)ATCATGTT-
3'. Pengujian cendawan rizosfer calon agens biokontrol dilakukan dengan uji
patogenisitas pada tiga benih uji (kacang tanah, mentimun dan cabai). Cendawan
yang dinyatakan berpotensi sebagai agens biokontrol selanjutnya diuji
kemampuan antagonisme untuk mengetahui potensi dan mekanisme
biokontrolnya. Isolat cendawan rizosfer yang berpotensi sebagai agens biokontrol
dan empat isolat agens biokontrol koleksi Lab. Mikologi, IPB diidentifikasi
berdasarkan karakter morfologi pada media PDA dan WA. Uji antagonisme agens
biokontrol dilakukan dengan uji kultur ganda dan pembentukan senyawa volatil
in vitro. Pengujian keefektifan tujuh agens biokontrol terhadap tiga isolat
F. oxysporum patogenik pada kelapa sawit dilakukan di rumah kaca kebun
percobaan Cikabayan, IPB.
Berdasarkan karakter morfologi ketiga isolat cendawan patogen
diidentifikasi sebagai F. oxysporum. Hasil analisis kekerabatan melalui konstruksi
pohon filogenetik menunjukkan F. oxysporum isolat Cikabayan B memiliki
kedekatan dengan F. oxysporum f.sp. elaeidis NRLL 22543 asal Suriname.
Sementara F. oxysporum isolat Cikabayan A dan isolat Papua tidak berkerabat
dekat dengan F. oxysporum f.sp. elaeidis NRLL 22543 asal Suriname, akan tetapi
tetap menjadi satu clade monofilotik dengan F. oxysporum f.sp. elaeidis NRLL
22543 asal Suriname. Ketiga isolat F. oxysporum asal bibit kelapa sawit juga
memiliki homologi yang tinggi dengan F. oxysporum f.sp. elaeidis NRLL 22543
asal Suriname kecuali isolat Papua. Analisis pairwise distance dengan
F. oxysporum f.sp. elaeidis NRLL 22543 asal Suriname menunjukkan bahwa
F. oxysporum isolat Cikabayan B, Cikabayan A, dan Papua memiliki jarak genetik
2
yang bervariasi, berturut-turut adalah 0.004, 0.006, dan 0.042. Inokulasi buatan
ketiga isolat F. oxysporum pada bibit kelapa sawit in planta menunjukkan bahwa
ketiga isolat tersebut bersifat patogenik terhadap bibit kelapa sawit. Hasil uji
patogenisitas beberapa cendawan rizosfer di peroleh tiga isolat cendawan rizosfer
yang berpotensi sebagai agens biokontrol dan empat isolat agens biokontrol
koleksi Laboratorium Mikologi Tumbuhan. Berdasarkan hasil identifikasi
morfologi tujuh isolat agens biokontrol, empat isolat termasuk dalam genus
Trichoderma, yaitu T. harzianum isolat Gadingrejo 1, T. harzianum isolat
Gadingrejo 2, dan T. harzianum isolat Jambi; T. virens isolat Jambi; dan
T. inhamatum isolat Jambi, sedangkan dua isolat lainya adalah Gliocladium
fimbriatum isolat KLMT 1 dan G. fimbriatum isolat KLMT 2. Hasil uji
antagonisme menujukkan tujuh isolat agens biokontrol dapat menghambat
pertumbuhan tiga isolat F. oxysporumin vitro. Persentase penghambatan tertinggi
pada uji kultur ganda terjadi pada ketiga isolat F. oxysporum yang diberi
perlakuan G. fimbriatum isolat KLMT 1 dan isolat KLMT 2. Hasil uji
pembentukan senyawa volatil menunjukkan rerata persentase penghambatan
relatif agens biokontrol lebih rendah dibandingkan dengan persentase
penghambatan pada uji kultur ganda. Persentase penghambatan paling tinggi pada
ketiga isolat F. oxysporum terjadi pada isolat T. harzianum isolat Gadingrejo 2.
Pengujian keefektifan agens biokontrol terhadap F. oxysporum pada kelapa
sawit in planta menunjukkan bahwa, agens biokontrol dapat menghambat
nekrotik akar. Penghambatan nekrotik akar paling tinggi terjadi pada
F. oxysporum isolat Papua. Perlakuan agens biokontrol T. virens isolat Jambi
secara konsisten memiliki persentase penghambatan tinggi pada ketiga isolat
F. oxysporum. Selain efektif menghambat nekrotik akar, agens biokontrol juga
efektif menghambat perkembangan nekrotik ke bonggol bibit kelapa sawit.
Aplikasi agens biokontrol belum terlihat berpengaruh terhadap pertumbuhan
tanaman seperti tinggi tanaman, panjang akar, jumlah daun, serta bobot basah dan
bobot kering tanaman pada akhir pengamatan (empat bulan setelah perlakuan).
Populasi agens biokontrol pada media tanam menunjukkan perubahan yang
bervariasi. Pada bulan pertama pengamatan pada umumnya populasi agens
biokontrol meningkat, meskipun pada beberapa isolat peningkatan populasi
tersebut sangat sedikit. Sebagian isolat menunjukkan peningkatan populasi pada
akhir pengamatan, tetapi sebagian menunjukkan penurunan.
Manfaat yang diperoleh dari penelitian ini adalah memberikan informasi
baru tentang cendawan F. oxysporum pada rizosfer kelapa sawit di kebun
percobaan Institut Pertanian Bogor di daerah Cikabayan dan
F. oxysporum isolat Papua koleksi Laboratorium Mikologi; hasil identifikasi
F. oxysprum berdasarkan karakter morfologi dan molekuler dapat dijadikan dasar
bagi tindakan karantina terhadap bahan perbanyakan tanaman kelapa sawit impor;
serta memberikan informasi baru tentang adanya cendawan agens biokontrol yang
dapat mengendalikan F. oxysporum baik in vitro maupun in planta di rumah kaca. | id |