Show simple item record

dc.contributor.advisorIlyas, Satriyas
dc.contributor.advisorManohara, Dyah
dc.contributor.authorZakia, Aulia
dc.date.accessioned2017-06-12T06:49:48Z
dc.date.available2017-06-12T06:49:48Z
dc.date.issued2017
dc.identifier.urihttp://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/87278
dc.description.abstractPenggunaan benih bermutu menentukan keberhasilan pertanian. Benih bermutu merupakan benih yang memenuhi empat syarat mutu benih, yaitu mutu genetik, mutu fisik, mutu fisiologis, dan mutu kesehatan. Mutu fisiologis benih mencakup viabilitas dan vigor benih. Upaya meningkatkan vigor benih dapat dilakukan dengan memberikan perlakuan terhadap benih sebelum tanam, melalui metode priming/ osmoconditioning. Priming dengan mengintegrasikan agens hayati dalam perlakuan disebut biopriming. Perlakuan biopriming menggunakan agens hayati dari golongan rizobakteri memiliki kemampuan meningkatkan vigor serta bersifat antagonis bagi penyakit menjadi salah satu perhatian dalam mengatasi permasalahan benih cabai bervigor rendah dan rentan terhadap serangan penyakit. Salah satu permasalahan pertanaman cabai adalah penyakit busuk phytophthora (busuk pangkal batang) disebabkan oleh cendawan Phytophthora capsici, yang berbahaya bagi tanaman karena memiliki sifat soil borne, water borne, dan seed borne. Penelitian terdiri atas tiga tahap percobaan, dimana hasil dari setiap percobaan digunakan dalam percobaan selanjutnya. Isolasi rizobakteri dan P. capsici sebagai percobaan pertama bertujuan untuk mendapatkan isolat rizobakteri dan P. capsici yang berasal dari sentra produksi pertanaman cabai di Jawa Timur. Percobaan pertama diawali dengan eksplorasi pertanaman cabai sehat dan sakit bersebelahan dalam satu lokasi. Sampel perakaran (rizosfer) cabai sehat diisolasi untuk mendapatkan isolat rizobakteri, sedangkan sampel cabai sakit diisolasi untuk mendapatkan isolat P. capsici. Hasil percobaan ini, didapatkan 252 isolat rizobakteri dan satu isolat P. capsici terkoleksi. Efektivitas rizobakteri dalam menghambat pertumbuhan P. capsici secara in vitro menggunakan metode dual culture (dua biakan) sebagai percobaan kedua bertujuan untuk mendapatkan isolat rizobakteri dan kombinasi isolat rizobakteri yang memiliki kemampuan untuk menghambat P. capsici secara in vitro. Percobaan dilakukan menggunakan rancangan acak lengkap faktor tunggal, isolat rizobakteri. Hasil percobaan menunjukkan bahwa terdapat tiga isolat rizobakteri yang memiliki daya hambat tertinggi. Ketiga isolat tersebut kemudian dikombinasikan dan diuji kembali daya hambatnya terhadap P. capsici secara in vitro. Daya hambat tertinggi ditunjukkan oleh empat jenis isolat atau kombinasi isolat, yaitu isolat E1, kombinasi isolat E1+E3C2, kombinasi isolat E1+F2B1, dan kombinasi isolat E1+E3C2+F2B1. Ketiga isolat rizobakteri bersifat bukan patogen bagi tanaman. Peningkatan pertumbuhan tanaman cabai serta pengendalian busuk phytophthora melalui biopriming benih dengan rizobakteri sebagai percobaan ketiga bertujuan untuk mendapatkan perlakuan biopriming benih dengan rizobakteri yang efektif meningkatkan pertumbuhan tanaman cabai dan mengendalikan penyakit busuk phytophthora di rumah kaca. Percobaan ketiga dilakukan pada benih cabai varietas Laris yang rentan terhadap P. capsici. Percobaan ini menggunakan rancangan acak kelompok satu faktor, perlakuan biopriming, dengan 11 taraf yaitu isolat rizobakteri E1 (1.06x109 cfu mL-1), E3C2 (1.15x109 cfu mL-1), F2B1 (1.20x109 cfu mL-1), kombinasi isolat E1+E3C2, E1+F2B1, E1+E3C2+F2B1, kontrol (direndam air), kontrol tanpa direndam, priming metalaksil 800 ppm, kontrol positif (direndam dalam media potato dextrose broth (PDB) tanpa rizobakteri, dengan inokulasi tanah inokulum P. capsici), dan kontrol negatif (direndam dalam media PDB tanpa rizobakteri, tanpa inokulasi tanah inokulum P. capsici). Biopriming dengan cara 450 benih direndam selama 24 jam pada suhu 20 oC, di dalam 50 mL inokulum rizobakteri yang ditumbuhkan pada media PDB, berfungsi sebagai media hidup rizobakteri. Seluruh perlakuan kecuali kontrol negatif, diberi 10 g tanah inokulum P. capsici per polybag di sekitar rizosfer cabai, 4 minggu setelah pindah tanam. Hasil percobaan menunjukkan bahwa biopriming dengan kombinasi isolat E1+F2B1 nyata meningkatkan jumlah daun dan tinggi tanaman cabai 21-42 hari setelah tanam di persemaian. Biopriming dengan isolat F2B1 maupun kombinasi isolat E1+F2B1 setelah pindah tanam di rumah kaca memiliki kemampuan meningkatkan tinggi tanaman 14-21 hari setelah pindah tanam, serta menurunkan kejadian penyakit busuk phytophthora dari 13.3% pada kontrol positif menjadi 6.1%, 5 hari setelah inokulasi tanah inokulum P. capsici. Perlakuan priming dengan metalaksil tidak efektif mengendalikan penyakit busuk phytophthora.id
dc.language.isoidid
dc.publisherIPB (Bogor Agricultural University)id
dc.subject.ddcSeed Technologyid
dc.subject.ddcSeed Qualityid
dc.subject.ddc2016id
dc.subject.ddcBogor, Jawa Baratid
dc.titlePeningkatan Pertumbuhan Tanaman Cabai dan Pengendalian Busuk Phytophthora melalui Biopriming Benih dengan Rizobakteri Asal Pertanaman Cabai Jawa Timurid
dc.typeThesisid
dc.subject.keyworddua biakanid
dc.subject.keywordin vitroid
dc.subject.keywordPhytophthora capsiciid
dc.subject.keywordprimingid
dc.subject.keywordrumah kacaid


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record