Potensi Kejadian Penyakit Diare Berdasarkan Kondisi Iklim dan Ketinggian Wilayah (Studi Kasus : Tanjung Priok, Dramaga, Lembang).
Abstract
Dinamika iklim akan diikuti oleh perubahan ekosistem yang akhirnya merubah pola hubungan antara lingkungan dan manusia yang berdampak pada derajat kesehatan masyarakat. Keragaman iklim secara tidak langsung dapat memicu kejadian penyakit, seperti diare. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh kondisi iklim dan ketinggian wilayah terhadap potensi angka kejadian penyakit atau Incidence Rate (IR) diare pada wilayah kajian, yaitu Kecamatan Tanjung Priok, Dramaga, dan Lembang. Pengaruh curah hujan (CH), suhu udara (T), kelembaban relatif (RH), surplus/defisit air (SD), dan defisit tekanan uap (VPD) terhadap IR diare ditentukan berdasarkan nilai koefisien korelasi (r), dan kesesuaian hasil plotting. Data ketinggian wilayah diperoleh dengan analisis data citra satelit (SRTM) Digital Elevation Model (DEM) 90 untuk mengetahui pengaruh ketinggian wilayah terhadap rata-rata IR pada wilayah kajian. Semakin bertambah ketinggian suatu wilayah maka semakin rendah suhu, sehingga potensi IR kasus diare juga berkurang. Kecenderungan berkurangnya IR diare dengan bertambahnya ketinggian wilayah terjadi pada ketinggian wilayah > 600 mdpl (R2 = 0.308). Antara IR diare dengan curah hujan dan surplus/defisit berkorelasi nyata di Tanjung Priok dan Lembang, tetapi dengan sifat korelasi yang berbeda. Pada kondisi curah hujan tinggi dan surplus air, IR di wilayah dataran rendah (Tanjung Priok) cenderung meningkat dan IR diare di wilayah dataran tinggi (Lembang) cenderung menurun. Aliran air permukaan membawa bahan-bahan penyebab diare dari daerah dataran tinggi ke dataran rendah bila curah hujan atau surplus tinggi, diduga menjadi penyebabnya. Wilayah Dramaga menunjukkan pola kejadian penyakit diare yang relatif konstan tinggi di sepanjang tahun namun tidak memperlihatkan tren secara nyata terhadap curah hujan dan surplus/defisit air.