Show simple item record

dc.contributor.advisorSudirman, Lisdar Idwan
dc.contributor.advisorMaddu, Akhiruddin
dc.contributor.authorRosyunita
dc.date.accessioned2017-05-24T04:22:19Z
dc.date.available2017-05-24T04:22:19Z
dc.date.issued2017
dc.identifier.urihttp://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/85514
dc.description.abstractPenelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk 1) memetakan, mengidentifikasi, dan menghitung populasi Parmotrema dan Usnea epifitik pada pohon di Kebun Raya Cibodas (KRC), 2) mengektraksi Parmotrema dan Usnea untuk mengetahui potensinya sebagai pewarna tekstil dan penghasil senyawa antibakteri, disamping itu karakter senyawa tersebut diharapkan dapat membantu identifikasi nama liken. Pemetaan Parmotrema dan Usnea dilakukan dengan metode jelajah. Identifikasi Parmotrema dan Usnea dilakukan berdasarkan karakter morfologi, kimia dan fisika talus. Pengamatan populasi Parmotrema dan Usnea dilakukan pada seluruh pohon pada ketinggian 0-2 m. Parameter populasi liken yang diamati yaitu jumlah talus (JT), luas tutupan talus (TT) dan frekuensi talus. Luas tutupan talus Parmotrema diperoleh dengan menggambar talus pada plastik transparan, kemudian digunting dan ditimbang, lalu dikonversi menjadi cm2. Senyawa pewarna Parmotrema diperoleh dengan mengekstraksi talus dengan amonia 10%. Ekstrak amonia Parmotrema difermentasi selama 8 minggu, setiap minggu warna larutan ekstrak amonia dicatat dan diukur emisi fluoresensinya dengan Spectrofluorometer Ocean Optics USB 4000. Kain katun, benang katun dan benang wol digunakan sebagai bahan uji warna. Talus Usnea spp. diekstraksi dengan pelarut metanol. Uji aktivitas antibakteri esktrak metanol Usnea dilakukan dengan menggunakan metode difusi cakram kertas. Bacillus subtillis dan Escherichia coli O615 digunakan sebagai bakteri uji. Frekuensi dihitung berdasarkan jumlah pohon yang ditumbuhi liken (F2). F2 Parmotrema terbagi dalam 3 kelompok yaitu kelompok frekuensi tinggi sebesar 6.71% terdapat pada blok (XIX), frekuensi sedang berkisar 2.22-2.29% (blok III, XIV, dan XVII) dan frekuensi rendah dengan kisaran 0.61-1.45% (blok I, II, IV, VI, VIII, X, XVIII). F2 Usnea juga terbagi dalam 3 kelompok yang terdiri dari kelompok frekuensi tinggi sebesar 7.91% (blok II), frekuensi sedang dengan kisaran 3.44-5% (blok I, III, XI,XII, dan XIV) dan frekuensi rendah dengan kisaran 0.48-1.97% (blok VI, VII, X, XIII, XVI, dan XVIII). Hasil identifikasi secara morfologi diperoleh tiga spesies Parmotrema dan dua spesies Rimeliella yaitu P. sancti-angelii, P. tinctorum, P. cooperi, Rimeliella sp.1 dan Rimeliella sp.2. Pada penelitian ini juga diukur emisi fluoresensi talus genus liken lain sebagai pembanding talus Parmotrema dengan Spectrofluorometer Ocean Optics USB 4000. Emisi fluoresensi talus menunjukan bahwa talus Parmotrema spp. mempunyai dua puncak emisi fluoresensi yang berkisar pada 698-736 nm, talus Leptogium sp. memiliki tiga puncak berkisar pada 572-773 nm, talus Dirinaria sp. dan talus Rimeliella spp. memiliki dua puncak berkisar masing-masing pada 700-738 nm dan 703-738 nm, sedangkan talus Coccocarpia sp., Physcia sp dan Pyxine hanya memiliki satu puncak masing-masing pada 728 nm, 733 nm dan 700 nm. Jadi kemungkinan puncak emisi fluoresensi talus liken dapat digunakan untuk membedakan nama genus liken. Disamping itu emisi fluoresensi ekstrak metanol Parmotrema spp. dan Rimeliella spp. memiliki pola yang sama yaitu satu puncak emisi fluoresensi yang berkisar pada 672-685 nm. Demikian juga ekstrak metanol Parmotrema spp. dan Rimeliella spp. tidak menunjukkan perbedaan pola puncak absorbsi dengan masing-masing puncak pertama pada 406-432 nm dan 435-446 nm dan puncak kedua masing-masing pada 643-670 nm dan 652-655 nm. Jadi Parmotrema dan Rimeliella tidak dapat dibedakan melalui ekstrak metanol yang diukur dengan kedua spektroskopi tersebut. Parmotrema tinctorum merupakan spesies dengan rata-rata jumlah talus (JT) terbanyak dan rata-rata luas tutupan talus (TT) terbesar per m2 luas permukaan batang pohon (LPBP) serta F1 (dihitung berdasarkan jumlah talus) tertinggi masing-masing sebesar 1.03 talus, 22.86 cm2 dan 73.43%, sedangkan JT terkecil, TT terkecil dan F1 terendah adalah P. sancti-angelii masing-masing 0.09 talus dan 2.22 cm2. 6.27%. Warna larutan esktrak amonia P. sancti-angelii adalah reddish purple, P. tinctorum dan P.cooperi berwarna dark purple, Rimeliella sp.1 berwarna brown dan Rimeliella sp.2 berwarna dark red. Emisi fluoresensi ekstrak amonia ketiga Parmotrema memiliki pola yang sama yaitu dua puncak emisi fluoresensi dan Rimeliella memiliki satu puncak emisi fluoresensi. Puncak emisi fluoresensi pertama Parmotrema spp. berkisar pada panjang gelombang 495-529 nm sedangkan puncak emisi fluorosensi kedua berkisar antara 603-631 nm (minggu ke-1 hingga minggu ke 8) dan kedua spesies Rimeliella spp. memiliki panjang gelombang yang berkisar antara 502-539 nm. Berdasarkan hasil ini, emisi fluoresensi ekstrak amonia Parmotrema dan Rimeliella menunjukan perbedaan pola spektrum sehingga pola ini dapat dijadikan sebagai karakter pembeda untuk identifikasi kedua genus ini. Parmotrema sancti-angelii memiliki warna white violet pada ketiga bahan tekstil, P. tintorum dan P cooperi memiliki warna greyish violet dan kedua Rimeliella spp. berwarna brown pada ketiga bahan. Hasil identifikasi secara morfologi dan kimia ditemukan 7 spesies Usnea yaitu Usnea sp.1, U. pycnoclada, Usnea sp.2, U. dyplotipus, U. rubicunda, U. rubrotincta, dan Usnea sp.3. Usnea sp.2 memiliki rata-rata JT terbanyak per m2 LPBP dan F1 tertinggi masing-masing 2.29 talus dan 75.02% sedangkan yang terkecil dan terendah adalah Usnea sp.1 masing-masing 0.02 talus dan 0.54%. Aktivitas antibakteri ekstrak metanol dengan pH awal 2-3.5, U. pycnoclada memiliki rata-rata diamater zona hambat pertumbuhan terbesar terhadap B. subtillis yaitu 4.56±0.51 mm dan Usnea sp.3 memiliki rata-rata diameter zona hambat pertumbuhan terkecil yaitu 1.6±0.78 mm. Ekstrak metanol U. pycnoclada dengan pH akhir (7-7.5) terhadap B. subtillis memiliki rata-rata zona hambat pertumbuhan terbesar yaitu 6.50±1.35 mm dan Usnea sp.2 memiliki rata-rata diameter zona hambat pertumbuhan terkecil yaitu 1.33±1.23 mm. Aktivitas antibakteri ekstrak metanol dengan pH awal 2-3.5 terhadap E. coli O615, U. pycnoclada memiliki rata-rata diameter zona hambat pertumbuhan terbesar yaitu sebesar 13.34±0.39 mm dan Usnea sp.1 memiliki rata-rata diameter zona hambat pertumbuhan terkecil sebesar 1.21±0.19 mm. Ekstrak metanol U. pycnoclada dengan pH akhir (7-7.5) terhadap E. coli O615 memiliki rata-rata diameter zona hambat pertumbuhan terbesar yaitu sebesar 3.48±1.15 mm dan U. dyplotipus memiliki rata-rata diameter zona hambat pertumbuhan terkecil yaitu sebesar 0.65±0.19 mm.id
dc.language.isoidid
dc.publisherBogor Agricultural University (IPB)id
dc.subject.ddcMicrobiologyid
dc.subject.ddcMicroorganismid
dc.subject.ddc2015id
dc.subject.ddcBogor, Jawa Baratid
dc.titleEksplorasi Liken Parmotrema Dan Usnea Sebagai Pewarna Dan Penghasil Senyawa Antibakteri Di Kebun Raya Cibodas Kabupaten Cianjur Jawa Baratid
dc.typeThesisid
dc.subject.keywordantibakteriid
dc.subject.keywordlikenid
dc.subject.keywordpewarnaid
dc.subject.keywordpopulasiid
dc.subject.keywordParmotremaid
dc.subject.keywordUsneaid


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record