Show simple item record

dc.contributor.advisorPrasetyo, Lilik Budi
dc.contributor.advisorKartono, Agus Priyono
dc.contributor.authorFitriana, Fifin
dc.date.accessioned2017-05-23T02:24:36Z
dc.date.available2017-05-23T02:24:36Z
dc.date.issued2017
dc.identifier.urihttp://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/85420
dc.description.abstractTarsius belitung (Cephalopachus bancanus saltator) merupakan salah satu jenis tarsius yang endemik di Pulau Belitung dan menjadi satwa identitas di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. International Union for Conservation of Nature and Natural Resources (IUCN) mengkategorikan tarsius belitung sebagai satwa yang terancam punah karena tingginya fragmentasi habitat akibat deforestasi. Upaya konservasi tarsius belitung masih sangat terbatas mengingat kajian ekologi jenis ini belum banyak dilakukan. Salah satu aspek kajian yang penting diketahui adalah terkait model spasial habitat preferensial. Model spasial habitat preferensial tarsius belitung diharapkan dapat digunakan sebagai dasar upaya konservasi yakni dalam manajemen populasi dan habitat. Penelitian ini bertujuan untuk (1) mengidentifikasi karakteristik komponen habitat preferensial bagi tarsius belitung, (2) menyusun model spasial habitat preferensial tarsius belitung berdasarkan komponen habitat tersebut. Identifikasi keberadaan tasius ditandai dari pantulan mata, identifikasi bau urine, informasi dari masyarakat dan identifikasi berdasarkan kesesuaian habitat. Lokasi keberadaan tarsius kemudian diukur seluruh komponen habitatnya yang meliputi: jenis, tinggi dan dimater pohon perjumpaan, kerapatan tajuk/Leaf Area Index (LAI), keberadaan satwa lain, kerapatan vegetasi tiap tingkat pertumbuhan, ketinggian dan kelerengan tempat, suhu permukaan, bioclimate/bioiklim, jarak dari tepi hutan, jarak dari jalan dan jarak dari permukiman. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tarsius belitung memiliki preferensi terhadap karakteristik habitat yang berada pada tipe tutupan lahan pertanian lahan kering dan semak, dekat dengan tepi hutan (0 - 874 m), dekat dengan jalan (0 – 403 m), dekat dengan permukiman (0 -1849 m), berada pada ketinggian 1 - 142 m dpl, kelas kelerengan datar dan landai, nilai LAI berkisar 0.83-2.46, suhu permukaan 24-250C, serta pada habitat yang hangat dan curah hujan yang tinggi. Model persamaan yang diperoleh untuk model spasial habitat preferensial tarsius belitung adalah Y= 0.513 + 0.113PC1- 0.031PC2 dengan Nagelkerke (R2) sebesar 0.704 (70.4%). Hasil pemodelan spasial habitat tarsius belitung menunjukkan bahwa habitat yang paling disukai tarsius hanya sekitar 1058 ha (7.83%), habitat yang disukai sekitar 1449 ha (10.73%), dan habitat yang kurang disukai sekitar 10998 ha (81.44%).id
dc.language.isoidid
dc.publisherBogor Agricultural University (IPB)id
dc.subject.ddcEcologyid
dc.subject.ddcHabitatid
dc.subject.ddc2016id
dc.subject.ddcdi Pulau Belitungid
dc.titleModel Spasial Habitat Tarsius Belitung (Cephalopachus Bancanus Saltator Elliot,1910) Di Pulau Belitungid
dc.typeThesisid
dc.subject.keywordhabitatid
dc.subject.keywordmodel spasialid
dc.subject.keywordpreferensi habitatid
dc.subject.keywordtarsius belitungid
dc.subject.keywordtarsiusid


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record