Show simple item record

dc.contributor.advisorAnggraeni, Lukytawati
dc.contributor.advisorAchsani, Noer Azam
dc.contributor.authorSatryo, Agung
dc.date.accessioned2017-05-23T02:14:44Z
dc.date.available2017-05-23T02:14:44Z
dc.date.issued2017
dc.identifier.urihttp://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/85386
dc.description.abstractDengan semakin terbukanya perekonomian suatu negara, kegiatan perekonomian antar negara baik arus barang dan jasa maupun arus modal akan semakin tinggi. Hal tersebut membuat nilai tukar menjadi faktor yang semakin berpengaruh terhadap perekonomian domestik termasuk pengaruhnya terhadap inflasi domestik. Penerapan sistem nilai tukar mengambang bebas (floating exchange rate) membuat pergerakan nilai tukar tidak lagi dibatasi pada suatu tingkat tertentu melainkan dibiarkan bebas bergerak sesuai dengan kekuatan permintaan dan penawaran yang terjadi di pasar. Oleh karena itu, pergerakan nilai tukar memiliki peranan penting terhadap pembentukan variabel sasaran kebijakan moneter terutama terhadap pembentukan tingkat inflasi. Dampak dari pergerakan nilai tukar terhadap inflasi domestik dalam literatur dapat dilihat dengan konsep exchange rate passthrough (ERPT). ERPT didefinisikan sebagai persentase perubahan harga (domestik, impor maupun ekspor) sebagai akibat dari perubahan satu persen dalam kurs. Beberapa penelitian terdahulu mengungkapkan bahwa ERPT bisa saja bersifat nonlinear terutama saat terjadi krisis ekonomi, dan tidak bersifat linear seperti di banyak penelitianpenelitian sebelumnya. Penelitian ini mencoba untuk menganalisis adanya sifat nonlinearitas pada Exchange Rate Passthrough (ERPT) untuk contoh kasus di negara Indonesia dan Korea Selatan sebagai negara-negara yang pernah mengalami krisis ekonomi yang cukup parah. Pendekatan model Smooth Transition Regression (STR) digunakan untuk melihat adanya potensi nonlinearitas pada ERPT di negara-negara tersebut terutama saat terjadi krisis. Berdasarkan hasil, ditemukan bahwa untuk kasus Indonesia dan Korea Selatan, exchange rate passthrough bersifat nonlinear dan bergantung pada kestabilan kondisi makroekonomi. Artinya, pada saat negaranegara tersebut mengalami krisis ekonomi, perubahan nilai tukar bisa memiliki pengaruh yang lebih besar terhadap perubahan tingkat inflasi domestik. Begitu pula yang terjadi sebaliknya. Pada saat kondisi perekonomian stabil, perubahan nilai tukar tidak terlalu memiliki pengaruh yang signifikan terhadap perubahan tingkat inflasi domestik di negara-negara tersebut. Pada kasus Indonesia, sumber nonlinearitas pada ERPT disebabkan oleh variabel interest rate differential antara Indonesia dengan Amerika Serikat sebagai acuan suku bunga internasional. Sedangkan pada kasus Korea Selatan, nonlinearitas pada ERPT disebabkan oleh pergerakan variabel nilai tukar antara Korea Selatan dan Amerika Serikat. Ketika variabel-variabel ini nilainya berfluktuasi dan meningkat secara signifikan pada kondisi krisis, maka akan berpengaruh pada peningkatan nilai ERPT di masing-masing negara.id
dc.language.isoidid
dc.publisherBogor Agricultural University (IPB)id
dc.subject.ddcEconomicsid
dc.subject.ddcMacroeconomicsid
dc.subject.ddc2014id
dc.subject.ddcIndonesia & KORSELid
dc.titleDampak Stabilitas Makro Ekonomi Terhadap Exchange Rate Passthrough: Comparative Study Antara Indonesia Dan Korea Selatanid
dc.typeThesisid
dc.subject.keywordExchange Rate Passthroughid
dc.subject.keywordNonlinearitasid
dc.subject.keywordSmooth Transition Regressionid


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record