dc.description.abstract | Dengan semakin terbukanya perekonomian suatu negara, kegiatan
perekonomian antar negara baik arus barang dan jasa maupun arus modal akan
semakin tinggi. Hal tersebut membuat nilai tukar menjadi faktor yang semakin
berpengaruh terhadap perekonomian domestik termasuk pengaruhnya terhadap
inflasi domestik. Penerapan sistem nilai tukar mengambang bebas (floating
exchange rate) membuat pergerakan nilai tukar tidak lagi dibatasi pada suatu
tingkat tertentu melainkan dibiarkan bebas bergerak sesuai dengan kekuatan
permintaan dan penawaran yang terjadi di pasar. Oleh karena itu, pergerakan nilai
tukar memiliki peranan penting terhadap pembentukan variabel sasaran kebijakan
moneter terutama terhadap pembentukan tingkat inflasi.
Dampak dari pergerakan nilai tukar terhadap inflasi domestik dalam
literatur dapat dilihat dengan konsep exchange rate passthrough (ERPT). ERPT
didefinisikan sebagai persentase perubahan harga (domestik, impor maupun
ekspor) sebagai akibat dari perubahan satu persen dalam kurs. Beberapa penelitian
terdahulu mengungkapkan bahwa ERPT bisa saja bersifat nonlinear terutama saat
terjadi krisis ekonomi, dan tidak bersifat linear seperti di banyak penelitianpenelitian
sebelumnya.
Penelitian ini mencoba untuk menganalisis adanya sifat nonlinearitas pada
Exchange Rate Passthrough (ERPT) untuk contoh kasus di negara Indonesia dan
Korea Selatan sebagai negara-negara yang pernah mengalami krisis ekonomi yang
cukup parah. Pendekatan model Smooth Transition Regression (STR) digunakan
untuk melihat adanya potensi nonlinearitas pada ERPT di negara-negara tersebut
terutama saat terjadi krisis. Berdasarkan hasil, ditemukan bahwa untuk kasus
Indonesia dan Korea Selatan, exchange rate passthrough bersifat nonlinear dan
bergantung pada kestabilan kondisi makroekonomi. Artinya, pada saat negaranegara
tersebut mengalami krisis ekonomi, perubahan nilai tukar bisa memiliki
pengaruh yang lebih besar terhadap perubahan tingkat inflasi domestik. Begitu
pula yang terjadi sebaliknya. Pada saat kondisi perekonomian stabil, perubahan
nilai tukar tidak terlalu memiliki pengaruh yang signifikan terhadap perubahan
tingkat inflasi domestik di negara-negara tersebut.
Pada kasus Indonesia, sumber nonlinearitas pada ERPT disebabkan oleh
variabel interest rate differential antara Indonesia dengan Amerika Serikat
sebagai acuan suku bunga internasional. Sedangkan pada kasus Korea Selatan,
nonlinearitas pada ERPT disebabkan oleh pergerakan variabel nilai tukar antara
Korea Selatan dan Amerika Serikat. Ketika variabel-variabel ini nilainya
berfluktuasi dan meningkat secara signifikan pada kondisi krisis, maka akan
berpengaruh pada peningkatan nilai ERPT di masing-masing negara. | id |