Show simple item record

dc.contributor.advisorKusharto, Clara Meliyanti
dc.contributor.advisorMadanijah, Siti
dc.contributor.advisorNasrun, Martina Wiwie Setiawan
dc.contributor.authorDainy, Nunung Cipta
dc.date.accessioned2017-05-19T07:38:56Z
dc.date.available2017-05-19T07:38:56Z
dc.date.issued2017
dc.identifier.urihttp://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/85352
dc.description.abstractLansia merupakan kelompok usia yang rawan gizi karena pada lansia terjadi perubahan-perubahan fisik serta menurunnya kemampuan fungsi organ-organ tubuh. Salah satu permasalahan kesehatan pada lansia adalah demensia atau pikun dan Alzheimer adalah penyebab demensia yang paling umum. Sebanyak 50 - 70% dari semua kasus demensia disebabkan oleh penyakit Alzheimer. Orang dengan demensia (ODD) yang disebabkan penyakit Alzheimer akan mengalami penurunan kemampuan fungsi otak secara berangsur-angsur, hingga kehilangan kemandirian dalam menjalani kehidupan sehari-hari. Hal ini menyebabkan ODD menjadi beban bagi keluarga dan masyarakat sekitarnya. Penyakit Alzheimer paling sering ditemukan pada lansia usia >65 tahun, tetapi dapat juga menyerang orang yang berusia sekitar 40 tahun. Estimasi jumlah penderita alzheimer di Indonesia pada tahun 2013 mencapai 1 juta orang. Jumlah ini diperkirakan akan meningkat menjadi dua kali lipat pada tahun 2030 karena tren penderita Alzheimer di Indonesia semakin meningkat setiap tahunnya. Oleh karena itu diperlukan berbagai upaya untuk menekan terjadinya Alzheimer yang tidak hanya ditujukan bagi lansia namun juga bagi pralansia. Salah satu faktor risiko yang menyebabkan demensia adalah dislipidemia. Kondisi dislipidemia akan memicu terjadinya stress oksidatif yang menyebabkan tingginya peroksidasi lipid serta terganggunya stabilitas membran sel. Salah satu akibat dari peroksidasi lipid adalah terbentuknya neurofibrillary tangles yang menghambat proses transfer informasi sel neuron, sehingga menyebabkan kematian pada sel neuron (necrosis). Oleh karena itu kondisi dislipidemia sedapat mungkin harus dihindari oleh lansia. Bukti epidemiologi mendukung hipotesis bahwa gaya hidup merupakan faktor risiko penurunan kognitif yang dapat dimodifikasi. Hal ini membuka jalan baru bagi upaya pencegahan Alzheimer yakni dengan mencegah terjadinya dislipidemia pada lansia. Salah satu upaya pencegahan tersebut adalah dari diet atau pola makan yang telah menjadi objek penelitian intensif dalam kaitannya dengan penuaan kognitif dan penyakit neurodegeneratif. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menghasilkan produk makanan dan suplemen bagi lansia berbasis pangan lokal yang selain mendukung pola makan sehat untuk memenuhi kebutuhan gizi bagi lansia juga bermanfaat fungsional yakni memperbaiki profil lipid dan mencegah terjadinya stress oksidatif yang berimplikasi pada pemeliharaan fungsi kognitif lansia. Penelitian intervensi ini menggunakan desain RCT single blind pre-post study, dengan empat jenis perlakuan : P (Plasebo), CB (biskuit lele), CO (Minyak lele) dan CBCO (Biskuit dan minyak lele). Makanan yang diintervensikan berupa biskuit lele dan suplemen minyak ikan lele. Kandungan gizi dari biskuit lele yang membedakan dengan biskuit lainnya adalah proteinnya yang mencapai 18.04%. Biskuit lele diberikan setiap hari selama 60 hari dengan takaran saji 50 g/hari yang setara dengan energy 234 kkal. Suplemen minyak ikan lele diberikan dengan dosis 1000 mg/hari selama 60 hari dengan kandungan SFA sebesar 26.48%, MUFA 32.53% dan PUFA 19.76%. Hasil penelitian ini membuktikan bahwa terdapat korelasi positif antara indeks massa tubuh (IMT) dengan kadar trigliserida (r = 0.201; p = 0.030). Hal ini berarti besarnya nilai IMT berhubungan dengan tingginya kadar trigliserida. Adapun status MNA berkorelasi positif dengan kadar kolesterol total (r = 0.264; p = 0.004). Hal ini menunjukkan bahwa besarnya nilai MNA berhubungan dengan tingginya kadar kolesterol total. Hubungan fungsi kognitif dengan stress oksidatif terlihat dari adanya korelasi negatif yang signifikan antara kadar ox-LDL dengan fungsi memori visual segera (r = -0.289; p = 0.012) dan memori visual tunda (r = -0.288; p = 0.012). Hal ini berarti tingginya kadar ox-LDL berhubungan dengan rendahnya fungsi memori visual segera dan tunda. Pasca intervensi perbaikan profil lipid terjadi pada kelompok yang diberikan biskuit plus minyak ikan lele maupun minyak ikan lele saja, yakni ada penurunan kadar trigliserida darah secara signifikan berbeda (p<0.05) dibandingkan dengan subjek yang diberikan placebo (mengalami peningkatan). Hal ini menunjukkan bahwa minyak ikan lele saja (tunggal) maupun bersama biskuit lele bermanfaat menurunkan kadar trigliserida darah, namun biskuit lele secara tunggal belum dapat memperbaiki profil lipid. Kadar ox-LDL meningkat pada semua perlakuan, kadar MDA menurun dan tidak terdapat perbedaan yang bermakna antar setiap perlakuan. Namun terdapat kecenderungan perlakuan biskuit bersama minyak ikan lele dapat menekan peningkatan kadar ox-LDL serta menurunkan kadar MDA lebih besar. Hasil uji fungsi kognitif tidak menunjukkan perbedaan yang bermakna antar perlakuan (p>0.05), namun terdapat kecenderungan perbaikan fungsi memori visual (ROCFT) dan skor kognitif global (MMSE) pada kelompok perlakuan biskuit dengan minyak ikan lele.id
dc.language.isoidid
dc.publisherIPB (Bogor Agricultural University)id
dc.subject.ddcNutritionid
dc.subject.ddcNutrition foodid
dc.subject.ddc2015id
dc.subject.ddcDepok, Jawa Baratid
dc.titleEfikasi Biskuit Dan Minyak Ikan Lele (Clarias Gariepinus) Terhadap Profil Lipid, Stres Oksidatif Dan Fungsi Kognitif Pralansia Dan Lansiaid
dc.typeDissertationid
dc.subject.keywordAlzheimerid
dc.subject.keywordClarias gariepinusid
dc.subject.keywordkadar trigliseridaid
dc.subject.keywordlansiaid
dc.subject.keywordmalondialdehydeid


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record